22 September 2013

REVITALISASI NILAI-NILAI BUDAYA BETAWI | WINDY SUAWAH | BANDUNG

Kebudayaan Betawi merupakan kelompok budaya yang has yang secara
filososfis merupakan kausa materialis bangsa Indonesia. Kebudayaan
Betawi dapat dikatakan sebagai potret miniatur bangsa Indonesia. Tidak
berlebihan kiranya bila mana dikatakan percampuran antar suku proses
akulturasi kebudayaan, penduduk asli Batavia dan daerah-daerah
sekitarnya merupakan prototipe bangsa Indonesia dewasa ini.
Percampuran antara suku berlangsung kurang lebih dua abad lamanya.
Dari percampuran antar suku tersebut terbentuklah suatu tipe
masyarakat baru yang kemudian dikenal sebagai kaum Betawi.
Percampuran antar suku tersebut selalu disertai dengan proses
akulturasi kebudayaan. Akibatnya, munculah kebudayaan campuran yang
kadangg kala beberapa unsurnya menunjukan daerah asalnya. Misalnya
bahasa Indonesia dialoknya Betawi. Dialek betawi merupakan bahasa
melayu yang dipengaruhi unsur-unsur bahasa Sunda, Jawa, Bali, Arab,
Cina, Portugis, dan Belanda. Kebudayaan betawi tidak bisa dilepaskan
dari subyek penukung kebudayaan tersebut, yaitu orang Betawi.
Suku bangsa lain, misalnya suku Batak, umumnya memiliki sebutan Batak
asli. Untuk menyebutkan seorang yang bukan merupakan hasil percampuran
dua suku. Bagi orang Betawi sebutan "asli" tidaklah berlaku. Sulit
mengindentifikasikan kaslian suku Betawi. Mereka merupakan hasil
percampuran darah atau proses asimilasi antara penduduk pribumi daerah
Jakarta dan suku-suku bangsa pendatang, misalnya orang Sunda, Banten,
Jawa, Bugis, dan Madura. Kemudian terjadi juga proses asimilasi antara
pernduduk pribumi dengan pendatang dari bangsa asing seperti bangsa
Cina, Arap, India, Belanda, Portugis, dan India.
Masyarakat Betawi secara turun temurun mengembangkan "wolklor"
kemudian secara filosofi merupakan budaya Betawi. Ada tiga jenis
woklor yang dimiliki masyarakat betawi, yaitu wiklor lisan, dan tidak
lisan.
Pertama woklor lisan misalnya bahasa rakyat betawi, yang meliputi
logat, julukan, dan sindiran : ungkapan tradisional Betawi, meliputi
peribahasa dan pepatah : puisi rakyat Betawi, meliputi pantun dan
syair : nyanyian rakyat Betawi misalnya jali-jali, lenggang kangkung,
dan surilang : cerita prosa rakyat betawi meliputi mite, legenda, dan
dongeng misalnya cerita prosa rakyat Nyai Dasima, Sipitung, Mat Item
dan siJampang. Cerita prosa meliputi cerita asal mula nama tempat,
sepertiasal mula nama Rawa Bangke "Matraman Tanjung Priuk, Pasar
Rumput, Marunda dan lain-lain sebagainya.
Kedua woklor setengah lisan, meliputi kepercayaan rakyat Betawi,
permainan rakyat dan hiburan rakyat Betawi, tari Betawi, adat
kebiasaan rakyat Betawi upacara-upacara tradisi rakyat Betawi
tradisional Betawi serta pesta-pesta rakyat Betawi. Drama rakyat
Betawi misalnya Lenong, Topeng, dan tari cokek.
Ketiga woklor tidak lisan Betawi meliputi, arsitektur rakyat Betawi,
seni kerajinan tangan Betawi, pakaian serat periasan adat Betawi,
makanan dan minuman rakyat betawi, alat-alat musik Betawi peralatan
dan senjata orang Betawi, serta mainan Betawi.
Kami berpendapat :
Hal-hal yang mungkin dapat terjadi :
- Dalam rangka revitalisasi nilai-nilai filosofis budaya Betawi
kenyataan yang kita hadapi saat ini adalah pengaruh budaya moderen
sebagai tuntutan modernisasi kota metropolitan. Hal ini merupakan
konsekwensi dari perkembangan kebudayaan yang mencapai tahapan
fungsional. Akibat lokal genius budaya Betawi pun tidak lagi
menampakan pengaruh budayanya semakin terdesak. Kepunahan budaya bisa
saja terjadi.
- Demikian juga wujud kebudayaan sistim sosial juga akan mengalami
nasib yang sama mengingat urbanisasi secara besar-besaran ke Jakarta,
akibatnya, jika masyarakat Betawi tidak mampu menguasai kapital mereka
juga akan mengalami tekanan dan kepunahan.
Yang dapat dipertanyakan juga :
- Mengapa harus kebudayaan Betawi yang merupakan potret miniatur
bangsa Indonesia? Harus menyadari bahwa letak yang sangat strategis di
Ibu kota negara yang menjadi panutan dan contoh.
- Ada kekuatiran dengan berkaitan adanya merdenisasi. Kalau budaya
lokal mempertahankan dengan baik adanya sosialisasi bagi
generasi-genarasi maka pasati tetap eksis.
- Akan menjadi pelajaran dan pengalaman kiranya bagi budaya-budaya
yang terdapat di daerah-daerah yang lainnya untuk melestarikan
kealamiahan sehingga keaslian budaya tetap terjaga.
- Adanya perbedaan budaya yang ada dapat terciptanya kebersamaan dan
persatuan bagi masyarakat Indonesia, karna berbeda-beda tetapi satu
(Bhineka Tunggal Ika).

Kutipan :
Buku sosiologi Kls SMA . oleh Kun Maryati – Juju Suryawati. PT Gedora
Aksara Pratama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Seseorang di segani dan di hormati bukan karena apa yang di perolehnya, Melainkan apa yang telah di berikannya. Tak berhasil bukan karena gagal tapi hanya menunggu waktu yang tepat untuk mencoba lagi menjadi suatu keberhasilan hanya orang gagal yang merasa dirinya selalu berhasil dan tak mau belajar dari kegagalan

BERITA TERKINI

« »
« »
« »
Get this widget

My Blog List

Komentar