SEKOLAH TINGGI ALKITAB TIRANUS
Mata Kuliah : Soteriologi dan Kehidupan Kristen
Dosen : Mika Sulistiono
Tugas : Analisis Buku
Nama : Adrianus
Buku tak mengembang dan tak meleset memberikan informasi yang sangat
penting, supaya setiap orang percaya tidak hanya puas karena sudah
diselamatkan, tetapi orang percaya juga harus memahami dengan benar
kepercayaannya di dalam Kristus. Dengan memiliki pemahaman yang benar
akan membuat imannya semakin teguh dan dapat menyaksikan imannya itu
kepada orang lain.
Dalam penguraiannya, penulis selalu berangkat dan berpatokan pada
Alkitab. Penulis menguraikan dari hal-hal yang paling dasar yaitu
bagaimana sikap seseorang supaya Kristus bisa masuk ke dalam hatinya.
Sikap pertama yaitu harus terbuka, penulis menguraikan hal ini dengan
mengambil peristiwa dalam Lukas 23. Sikap terbuka sangat penting,
karena Yesus hanya mau berbicara kepada orang yang terbuka. Contoh
dalam hal ini adalah dua penjahat yang disalib bersama Yesus mengalami
nasib yang berbeda, satu binasa karena tertutup dan satunya selamat
karena hatinya terbuka dan bersedia mendengarkan Yesus, mengaku orang
berdosa yang tidak mampu menyelamatkan dirinya dan membutuhkan
keselamatan dari Yesus. Lebih dalam lagi penulis menjelaskan bahwa
sikap membuka hati tidak cukup, tetapi yang lebih utama adalah
mengenal siapa Yesus, kita harus sadar bahwa Yesus di salib untuk
menanggung dosa kita dan merelakan Yesus masuk ke dalam kehidupan
kita.
Langkah awal untuk menuju keselamatan adalah pertobatan. Pertobatan
berarti menyesali perbuatan yang buruk dan mengambil suatu keputusan
untuk tidak mengulangi perbuatan itu lagi. Penyesalan harus
benar-benar dilakukan bukan dengan kepura-puraan, karena penyesalan
yang hanya pura-pura sama dengan menipu diri sendiri. Pertobatan yang
dipenuhi dengan kepura-puraan bukan pertobatan yang menyelamatkan.
Pertobatan yang benar adalah menyadari bahwa dirinya sudah rusak total
karena dosa, tidak lagi melihat sesuatu faedah dalam dirinya yang
berguna bagi Allah. Pertobatan yang benar adalah pertobatan yang tidak
menuntut syarat. Jadi langkah pertama untuk menuju keselamatan bukan
perbaikan hidup, melainkan pertobatan yaitu kesadaran bahwa seluruh
hidupnya telah ternoda oleh dosa. Tetapi harus diingat bahwa
pertobatan dengan sendirinya tidak dapat menyelamatkan. Pertobatan
barulah langkah awal menuju keselamatan.
Untuk memperoleh keselamatan/hidup kekal seseorang harus mengalami
kelahiran baru. Kelahiran baru mutlak dibutuhkan oleh siapapun juga,
tak peduli betapa salehnya seseorang. Kelahiran baru tidak dapat
dilakukan oleh manusia, tetapi sesuatu pemberian Allah atau kelahiran
baru datangnya dari Allah dan dikaruniakan oleh Allah. Untuk menerima
kelahiran baru syaratnya hanya menerima dan percaya kepada Yesus
Kristus. Dengan menerima dan percaya kepada Yesus maka Allah akan
mengubahkan tabiat kita yang lama menjadi manusia baru yang didiami
oleh Roh Allah. Jadi keselamatan hanya anugerah dari Allah, kebaikan
pribadi dan perbuatan-perbuatan baik tidak akan pernah menyelamatkan.
Usaha apapun yang kita lakukan tidak akan pernah mencapai norma yang
ditentukan oleh Allah. Kita diselamatkan oleh iman, bukan atas
kebaikan kita, dan juga bukan atas perbuatan baik kita. Kita
diselamatkan karena kekayaan kasih Allah yang dilimpahkan kepada kita
dalam Yesus Kristus. Tidak ada seorang manusia, siapapun yang memenuhi
persyaratan Allah. Keselamatan kita terjamin oleh iman, bukan
berdasarkan perbuatan.
Orang yang sudah diselamatkan oleh anugerah wajib melakukan perbuatan
baik dan perbuatan baik harus menjadi kebiasaan hidup orang yang sudah
lahir baru. Seseorang yang sudah percaya dan dilahirbarukan mempunyai
segala hak sebagai anak Allah. Pertanyaannya, apakah seseorang yang
sudah dilahirbarukan masih memiliki kemungkinan untuk jatuh?,
kemungkinan itu ada, tetapi tidak akan mempengaruhi statusnya sebagai
orang yang sudah diselamatkan. Harus dipahami bahwa rohani kita sudah
diselamatkan, tetapi tubuh kita masih bertempat tinggal dalam dunia
yang penuh dosa. Hati kita telah disucikan, tetapi lingkungan kita
masih tetap sama.
Untuk mengetahui kepastian keselamatan, maka seseorang harus menguji
dirinya berdasarkan Firman Allah (Alkitab) bukan berdasarkan perasaan.
Alkitab mengatakan bahwa satu-satunya syarat untuk diselamatkan adalah
percaya kepada Yesus Kristus. Syarat Alkitab hanyalah percaya dengan
pengakuan aktif. Seseorang yang percaya Yesus adalah Juruselamat
satu-satunya dan menyambut Yesus dalam kehidupannya, orang itu sudah
selamat walaupun belum menyatakan buah kemenangan dan kesucian hidup.
Jadi tidak ada syarat dalam Alkitab bahwa seseorang harus berhenti
berdosa supaya diselamatkan. Kesucian merupakan buah iman bukan syarat
supaya selamat. Hanya Alkitab yang layak dijadikan dasar penilaian
kebenaran. Jika kita mendalami Firman Allah pasti kita tidak akan ragu
akan keselamatan kita, tetapi sebaliknya memiliki kepastian
keselamatan.
Tanda bahwa seseorang telah diselamatkan adalah Orang tersebut
mengalami perubahan hidup. Perubahan itu terjadi tidak terlepas dari
peranan dari Roh Kudus. Ketika kita percaya Yesus maka kita
dimateraikan dengan Roh Kudus. Roh Kudus bekerja tetap bertalian
dengan Alkitab, setiap kita membaca Alkitab Roh Kudus bersaksi dalam
hati kita. Bukti bahwa kita telah diselamatkan tidak dilihat dari
kesempurnaan hidup, melainkan pembaharuan hidup. Dasar kepastian
satu-satunya adalah Alkitab yang dimateraikan dalam hati kita oleh Roh
Kudus. Jika kita meragukan dan tidak mempercayai Alkitab, berarti kita
juga memperlakukan Allah sebagai pendusta karena memberi berita bohong
dalam Alkitab.
Orang yang sudah mendapatkan keselamatan dalam Yesus tidak secara
otomatis hidupnya tanpa tantangan. Justru orang Kristen yang mau
menikmati kemenangan dalam Kristus harus belajar menghadapi kenyataan
hidup. Kunci untuk memperoleh kemenangan yaitu haruslah kita bersandar
sepenuhnya pada Yesus.
Bagi saya, apa yang dikemukakan oleh penulis dalam buku ini, akan
sangat menolong dalam membimbing pembaca untuk memiliki pemahaman yang
benar tentang imannya kepada Yesus Kristus. Apa yang dibahas dalam
buku ini sangat relevan dengan kondisi yang dialami oleh orang-orang
Kristen pada umumnya. Jika kita berbicara tentang kepastian
keselamatan masih banyak orang Kristen yang masih ragu-ragu tentang
keselamatannya. Umumnya mereka membandingkan keselamatan dengan pola
hidupnya yang masih "tidak hidup suci", atau sebaliknya mengukur
keselamatannya berdasarkan hasil perbuatannya. Dengan membaca buku
ini, pemahaman-pemahaman seperti itu akan terjawab. Saya menilai apa
yang diungkapkan penulis dalam buku ini sangat Alkitabiah karena
setiap persoalan selalu dikaitkan dengan Alkitab.
Buku: Diselamatkan Oleh Anugerah
Oleh: Anthony A. Hoekema
Buku ini membahas tentang soteorologi atau doktrin keselamatan.
Soteorologi yang dibahas dalam buku ini lebih ke arah teologi Injili,
di mana penekanannya ke perspektif Reformed atau Calvinistis. Beberapa
penekanan-penekanan di dalam teologi Reformed yaitu: walaupun
keputusan manusia memainkan peranan yang signifikan dalam proses
keselamatan, tetapi faktor utama yang menentukan seseorang
diselamatkan bukanlah keputusan seseorang tetapi kedaulatan anugerah
Allah. Keselamatan seseorang tidak diukur berdasarkan kebaikan, tetapi
semata-mata berdasarkan kerelaan kehendak-Nya. Anugerah Allah yang
menyelamatkan tidak bersifat universal, tetapi partikular (tertentu) ,
yaitu dikaruniakan hanya kepada kaum pilihan Allah (mereka yang telah
dipilih-Nya di dalam Kristus untuk beroleh keselamatan). Keselamatan
bersifat efektif dan tidak akan hilang, dalam arti Allah tidak akan
membiarkan orang-rang pilihan-Nya kehilangan keselamatan mereka,
dengan kata lain Allah yang memegang orang-orang percaya, bukan orang
percaya yang berpegang pada Allah. Hal-hal inilah yang akan membentuk
seluruh alur pemikiran dalam teologi Reformed.
Manusia adalah ciptaan yang secara mutlak bergantung kepada Allah,
tetapi manusia juga pribadi yang membuat keputusan yang bertanggung
jawab. Orang-orang percaya yang telah mendapat anugerah keselamatan
memiliki tanggung jawab di dalam proses keselamatan mereka. Jika
demikian halnya, akan muncul suatu persoalan, bagaimana menyelaraskan
kedua hal ini yaitu: di satu sisi Allah yang harus menguduskan kita
secara keseluruhan, tetapi di sisi lain kita harus mengerjakan
keselamatan kita. Allah yang memiliki kedaulatan atas hidup kita,
mengarahkannya sesuai kehendak-Nya, tetapi kita juga diharuskan untuk
membuat keputusan kita sendiri dan harus bertanggung jawab atasnya.
Untuk menjawab persoalan seperti ini, kita harus kembali ke Alkitab
sebagai titik ukur pemikiran kita. Alkitab mengajarkan kedua-duanya,
misalnya: Alkitab dengan jelas mengajarkan mengenai kedaulatan Allah
(Amsal 21:1; Ef. 1:11; Rm. 9:21). Alkitab juga dengan jelas
mengajarkan mengenai tanggung jawab manusia (Yoh.3:36; Mat.16:2;
Why.22:12). Kesimpulan yang dapat kita ambil adalah kita dapat
dikatakan setia kepada ajaran Alkitab jika kita berpegang kepada
keduanya, tetapi karena Allah adalah pencipta dan kita ciptaan-Nya,
maka Allah-lah yang lebih utama, kita harus menyadari bahwa faktor
yang paling menentukan di dalam proses keselamatan kita adalah
anugerah Allah yang berdaulat. Seringkali pemahaman kita yang terbatas
tentang Allah, membuat kita bersikap berat sebelah yang hanya
menekankan semata-mata pada kedaulatan Allah yang akan menimbulkan
kesan bahwa Allah menyelamatkan umat-Nya seperti komputer
mengendalikan robot-robot. Demikian juga sebaliknya penekanan yang
semata-mata hanya ditujukan pada tanggung jawab manusia akan
menghasilkan Allah yang sepenuhnya bergantung pada keputusan manusia,
tanpa memiliki kendali sedikitpun atas manusia. Pemahaman soteorologi
seperti ini tidak sesuai dengan ajaran Alkitab.
Jika Soteorologi dikaitkan dengan doktrin mengenai manusia, maka akan
muncul pandangan yang berbeda, seperti Seteorologi Palagian, yang
mengajarkan bahwa manusia dilahirkan di dalam suatu kondisi moral dan
rohani yang netral sehingga mereka tidak perlu diregenerasi, dan hanya
perlu dilatih dengan benar dan diberikan teladan-teladan yang benar.
Lain halnya dengan soteriologi Semi-Pelagian, yang mengajarkan bahwa
natur manusia setelah jatuh hanya bobrok sebagian, di mana manusia
tidak mati di dalam dosa dan hanya sakit, sehingga manusialah yang
harus mengambil langkah awal di dalam regenerasi, dan dapat kehilangan
keselamatan setelah menerimanya. Kedua pandangan ini tidak melihat
natur manusia yang sudah jatuh rusak total, berbeda dengan pandangan
Soteorologi Reformed, yang mengajarkan bahwa natur manusia setelah
kejatuhan mengalami kerusakan total dan menyeluruh, dan perlu
diregenerasi atau diberikan kehidupan rohani yang baru oleh tindakan
anugerah yang merupakan karya Allah semata, dan keselamatan yang
dikaruniakan oleh Allah tidak mungkin hilang.
Roh Kudus sangat berperan dalam proses keselamatan kita yaitu untuk
menyatukan kita dengan Kristus. Regenerasi atau kelahiran baru yang
kita alami adalah karya Roh Kudus. Dalam Efesus 4:30, Roh Kudus adalah
materai final dari keselamatan kita. Untuk lebih jauh memahami
bagaimana peranan Roh Kudus dalam proses keselamatan, maka harus
dihubungkan dengan pengajaran Alkitab tentang karunia Roh dan buah
Roh. Masalah karunia Roh ini memunculkan beberapa perbedaan pandangan
di antara teolog, semua setuju bahwa karunia-karunia non mujizat masih
ada saat ini, tetapi karunia-karunia yang bersifat mujizat ada yang
mengatakan masih terjadi, dan ada juga yang mempertanyakan. Para
teolog yang mempertanyakan, mereka memberi alasan bahwa
karunia-karunia mujizat seperti penyembuhan dan berbahasa lidah tidak
disebutkan dalam daftar karunia-karunia Roh (Rom.12:6-8) yang
dinasehati oleh Paulus. Perbedaan pandangan seperti ini masih menjadi
polemik dalam gereja masa kini. Para teolog dapat mengatakan bahwa
tidak ada lagi karunia-karunia yang berbentuk mujizat, tetapi tidak
dapat disangkal Allah terkadang menjawab doa-doa umatnya dengan cara
mujizat. Apa yang terjadi di gereja-gereja di Amerika Latin, di mana
terjadi banyak mujizat penyembuhan yang menjadi jawaban doa. Bagaiman
kita menjawab kejadian seperti ini?
Demikian juga halnya dengan peran medis dalam proses kesembuhan, kita
harus memahami bahwa terjadi kombinasi antar medis dan doa untuk
meperoleh kesembuhan, kalau kita mengabaikan medis berarti kita
mengabaikan apa yang telah disediakan Allah, dan ini merupakan
ketidaktaatan kepada Allah. Paradigma yang selalu menghubungkan
penyakit dengan dosa, perlu pencerahan karena tidak semua penyakit
disebabkan oleh dosa tertentu yang dipernah dilakukan. Jadi ketika
kita mendoakan orang sakit dan tidak sembuh, kita tidak boleh berkata,
dia tidak cukup beriman. Perlu kita pahami bahwa tujuan utama dari doa
adalah untuk keselamatan jiwanya, menguatkan dia supaya tetap teguh
dalam menghadapi penyakitnya, apakah sembuh atau tidak keputusan semua
di tangan Tuhan, kehendak Tuhan yang jadi.
Karunia-karunia Roh dengan buah Roh saling berhubungan dan tidak
terpisah. Orang yang sudah dimerdekakan harus menghasilkan buah-buah
Roh. Buah Roh memiliki peran yang penting dalam kehidupan orang
percaya. Menarik apa yang dikatakan penulis dalam buku ini, kita dapat
diselamatkan tanpa mendapatkan banyak karunia, tetapi kita tidak dapat
diselamatkan tanpa buah Roh. Ini jelas memeperlihatkan bahwa buah Roh
memiliki peran yang sangat penting. Dapat disimpulkan bahwa, kita
memerlukan baik karunia-karunia maupun buah Roh, tetapi kita tidak
pernah boleh mencari karunia-karunia tersebut terpisah dari buah Roh.
Terdapat perbedaan pandangan yang berbeda dikalangan orang Kristen
tentang babtisan Roh, ada yang berpandangan bahwa babtisan Roh berbeda
dengan proses regenerasi, babtisan Roh baru terjadi setelah
regenerasi. Itu sah-sah saja, tetapi kita harus melihat apa yang
Alkitab katakan, tentang doktrin babtisan Roh Kudus tidak ada dasar
Alkitabiah untuk mendukungnya. Apa yang dikatakan Alkitab bahwa
babtisan Roh identik dengan regenerasi, kita telah dibabtis dengan Roh
Kudus saat kita mengalami regenerasi. Orang yang sudah dibabtis dengan
Roh, hidupnya harus dipenuhi dengan Roh, dalam arti semakin sempurna,
hidup oleh kekuatan Roh, dan bersandar kepada Tuhan.
Alkitab mengajarkan bahwa hanya melalui Roh Kudus kita dapat menjadi
satu dengan Kristus, tanpa kita menjadi satu dengan Kristus kita belum
diselamatkan dan belum berada di dalam kesatuan denganNya. Pemilihan
Allah atas umatNya sudah terjadi sebelum alam semesta diciptakan.
Allah memilih kita untuk diselamatkan bukan karena perbuatan baik yang
dilihatNya di dalam diri kita sebelumnya, tetapi hanya berdasarkan
kesatuan kita dengan Kristus yang telah ditetapkan sebelumnya oleh
Dia. Kesatuan antara Kristus dan umatNya telah direncanakan di dalam
kekekalan, dengan kata lain, mereka yang dipilih untuk diselamatkan
tidak pernah dipikirkan oleh Bapa terpisah dari Kristus. Jadi Kristus
tidak bisa dipikirkan terpisah dari umatNya, demikian juga umatNya
terpisah dariNya. Kesatuan dengan Kristus dimulai pada saat regenerasi
terjadi, di mana kesatuan antara Kristus dan umatNya secara aktual
dibangun.
Setelah mengalami regenerasi dan menjadi satu dengan Kristus, maka
tugas kita sebagai umatNya adalah menjalankan Amanat Agung Tuhan
Yesus. salah satu sarana yang dipakai Tuhan untuk membawa orang-orang
kepada keselamatan adalah penyampaian Injil. walaupun terdapat
perbedaan pandangan di antara denominasi, tetapi satu hal yang harus
tetap dipegang bahwa di dalam menyampaikan Injil kita harus tetap
setia kepada Alkitab. Tugas kita menyampaikan Injil, Allah sendiri
yang memampukan pendengar Injil untuk bertobat dan percaya. Panggilan
Injil bersifat universal, Perjanjian Baru dengan jelas mengajarkan
bahwa panggilan atau seruan Injil datang kepada semua orang (Luk.
14:16-24; Mat. 28:19-20; Mat.11:28; Kis 1:30; Why. 22:1). Hoeksema
berpendapat lain yaitu panggilan Injil bukan tawaran anugerah dan
keselamatan secara universal, tetapi partikuler, panggilan Injil hanya
berlaku bagi kaum pilihan. Hoeksema melihat adanya inkonsistensi
antara ajaran mengenai tawaran Injil dan doktrin penebusan terbatas.
Disatu sisi percaya pada penebusan terbatas dan bahwa Kristus hanya
mati bagi orang pilihan, akan tetapi disisi lain, mereka juga
menegaskan bahwa Allah secara tulus dan dengan maksud baik menawarkan
keselamatan bagi semua manusia. Bagi Hoeksema, mustahil untuk
menggabungkan kedua doktrin ini, karena keduanya saling
berkontradiksi. Apa yang Alkitab katakan tentang panggilan Injil:
Allah serius dan sungguh-sungguh menginginkan keselamatan semua orang
yang mendengarkan Injil, termasuk mereka yang tidak termasuk kaum
pilihanNya. Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan
supaya semua orang berbalik dan bertobat. Allah ingin supaya semua
orang yang mendengarkan Injil datang dan diselamatkan. Namun Alkitab
juga mengajarkan bahwa Allah telah menetapkan atau memilih umatNya di
dalam Kristus sebelum penciptaan dunia. Keduanya harus kita pegang
karena itulah yang Alkitab katakan, walaupun dari kacamata kita
sebagai manusia terbatas tidak mungkin menyatukan keduannya.
Bagaimana respon seseorang setelah mendengar panggilan Injil. Fakta
menyatakan bahwa ketika kita menyampaikan Injil, tidak semua orang
menyambut keselamatan ini, sejumlah orang menerimanya, tetapi lainnya
menolak. Dalam hal ini kita yang perlu ditanyakan adalah, apakah dalam
merespon panggilan Injil manusia punya andil atau hanya semat-mata
karena campur tangan Tuhan untuk memilih seseorang. Alkitab
mengajarkan tentang panggilan efektif, di mana Allah secara efektif
memapukan kita untuk menanggapi panggilan Injil. Namun, persoalan ini
telah menimbulkan sejumlah keberatan, misalnya: jika hanya orang yang
dipanggil secara efektif yang dapat menanggapi panggilan Injil, buat
apa lagi kita berkotbah dan bermisi? Keberatan lain, jika Allah telah
menentukan orang yang diselamatkan, orang yang menolak Injil akan
memberi alasan dengan mengatakan bahwa mereka tidak dipanggil yang
pada akhirnya mereka akan menyalahkan Allah, karena Allah dianggap
tidak adil. Jika hanya Allah yang berperan dalam keselamatan kita,
bukankah Allah memperlakukan kita seperti robot? Untuk menjawab
keberatan-keberatan ini kembali kepada pandang seseorang terhadap
kondisi natural manusia setelah kejatuhan. Jika seseorang percaya pada
pandangan Pelagian, Semi Pelagian, Armenian, maka panggilan efektif
tidak diperlukan, sebaliknya jika seseorang percaya pada pandangan
Reformed maka akan membutuhkan panggilan efektif dari Allah.
Kejatuhan menyebabkan manusia mengalami kerusakan total, sehingga
memerlukan regenerasi. Regenerasi merupakan karya Allah sendiri yang
berasal dari Allah. Regenerasi sangat diperlukan, jika seseorang ingin
melihat Kerajaan Allah. Seseorang yang telah mengalami regenerasi
tidak akan terus menerus hidup dalam dosa (1 Yoh. 3:9) dan orang yang
telah diregenerasikan akan dijaga sedemikian oleh Kristus, sehingga
tidak akan berpaling dari imannya. Dalam proses regenerasi manusia
hanya bersikap pasif secara total, semua dilakukan oleh Allah. Jadi
regenerasi bukan merupakan hasil kerjasama manusia dengan Allah,
tetapi suatu karya di mana hanya Allah sebagai pelaku tunggalnya.
Konversi adalah tindakan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang
yang telah mengalami regenerasi di mana dia berpaling kepada Allah di
dalam pertobatan dan iman. Konversi merupakan langkah di dalam proses
keselamatan. Setiap orang akan mengalami konversi yang berbeda-beda.
Konversi yang dialami oleh Petrus, berbeda dengan konversi yang
dialami oleh Paulus. Jadi kita tidak dapat menetapkan pola konversi
yang sama untuk semua orang, karena ini akan sangat berbahaya dan
bertentangan dengan Alkitab. yang paling penting dari konversi bukan
cara terjadinya atau waktu terjadinya, melainkan kesejatiannya.
Salah satu aspek dari konversi adalah pertobatan. Pertobatan adalah
suatu tindakan yang secara sadar dilakukan oleh seseorang yang telah
diregenerasi untuk berbalik dari dosa kepada Allah di dalam suatu
perubahan kehidupan sepenuhnya. Pertobatan merupakan karya Allah dan
juga sebagai karya manusia. Orang-orang berdosa harus bertobat, dan
dalam pertobatan itu Allah-lah yang memampukan mereka untuk bertobat.
Tugas kita sebagai orang percaya adalah memanggil orang-orang kepada
pertobatan dan konversi, tetapi harus kita sadari bahwa hanya Allah
yang dapat memampukan mereka untuk bertobat. Tugas pokok kita adalah
mendesak orang-orang kepada pertobatan, dan Allah yang berdaulat
mengaruniakan kepada orang tersebut karunia pertobatan yang memampukan
untuk berbalik kepada Allah.
Alkitab mengatakan bahwa kita dibenarkan hanya oleh iman dan bukan
oleh perbuatan-perbuatan berdasarkan hukum taurat. Tetapi iman yang
sejati adalah iman yang menyatakan dirinya di dalam kasih dan
kehidupan yang benar. Iman adalah sesuatu yang dikaruniakan atau
diberikan secara Cuma-Cuma kepada kita oleh Allah. Jadi kemampuan
seseorang untuk percaya kepada Kristus haruslah dikaruniakan oleh
Bapa, tanpa kemampuan itu, maka tidak ada seorang pun yang mampu untuk
percaya, dan kemampuan itu diberikan melalui kuasa Roh Kudus. Paulus
mengatakan bahwa keselamatan yang kita peroleh adalah karunia Allah
yang diberikan secara Cuma-Cuma, bukan hasil usaha tetapi pemberian
Allah. Seseorang diselamatkan semata-mata oleh anugerah, dan sama
sekali tidak tergantung pada perbuatan baiknya.
Tidak ada orang yang dibenarkan dihadapan Allah dengan jalan menaati
hukum taurat, atau berbuat sesuai dengan hukum taurat, tetapi manusia
dibenarkan hanya oleh karena iman. Pembenaran tidak didapatkan dengan
perbuatan, melainkan hanya oleh iman kepada Yesus Kristus. Jika
demikian halnya, apakah yang dimaksud oleh Yakobus bahwa iman tanpa
perbuatan adalah nol. Disini dapat kita lihat bahwa Yakobus mengatakan
bahwa iman disempurnakan atau dibawa mencapai sasarannya oleh
perbuatan. Jadi seseorang tidak akan dibenarkan hanya oleh iman
semata, melainkan hanya oleh iman yang menyatakan kesejatiannya di
dalam perbuatan-perbuatan. Oleh karena itu, hanya iman saja yang
membenarkan, akan tetapi iman yang membenarkan itu bukanlah iman yang
tanpa perbuatan. Proses pembenaran terjadi satu kali untuk selamanya
ketika seseorang menerima Kristus dengan iman, dan anugerah pembenaran
ini tidak akan hilang. Muncul pertanyaan jika kita dibenarkan satu
kali untuk selamanya, mengapa kita harus mengakui dosa-dosa kita? Jadi
memang pembenaran hanya terjadi satu kali untuk selamanya, tetapi
pengakuan dosa dan doa permohonan bagi pengampunan harus diulangi.
Pengudusan berarti sedang diperbaharui supaya kita semakin meyerupai
Allah, dengan cara mengikuti teladan-Nya. Keserupaan dalam hal
sifat-sifat Allah, bukan dalam hal kemahatahuan, kemahahadiran dan
kemahakuasaan-Nya. Pengudusan bukanlah hal yang kita kerjakan sendiri,
dengan usaha kita sendiri atau dengan kekuatan kita sendiri.
Pengudusan bukanlah aktivitas manusia, melainkan suatu karunia ilahi.
Walaupun demikian, pengudusan juga meliputi partisipasi penuh tanggung
jawab dari kita. Allah tidak akan pernah mengizinkan orang-orang yang
telah dikarunia iman sejati untuk meninggalkan iman-Nya. Kenyataan
banyak orang yang dianggap sebagai orang Kristen yang sejati tetapi
kemudian menjadi murtad, namun kita harus berasumsi bahwa kelak Allah
akan membawa mereka kembali, jika memang dipilih Allah.
Setelah membaca buku diselamatkan oleh anugerah saya dapat
menyimpulkan bahwa pembahasan dalam buku ini selalu berangkat dari
Alkitab. Setiap persoalan yang dibahas selalu mengacu kepada Alkitab
sebagai dasar untuk mengambil suatu kesimpulan. Dari 13 bab, semua
persoalan yang dibahas, penuis selalu melakukan studi kata untuk
meneliti apa yang Alkitab katakan untuk mendukung kebenaran dari suatu
persoalan yang dibahas. Namun ada juga beberapa persoalan yang
kelihatan kontradiksi sehingga terkadang argumentasi penulis
seakan-akan tidak menjawab suatu persoalan. Kondisi demikian akhirnya
membawa penulis untuk kembali melihat apa yang Alkitab katakan. Jadi
bagi saya buku diselamatkan oleh Anugerah ini pembahasannya sangat
Alkitabiah, karena pembahasan-pembahasannya selalu berangkat dari
Alkitab sebagai dasar pembenaran suatu persoalan.
Dari kedua buku ini, saya menilai bahwa keduanya selalu berdasarkan
Alkitab dalam setiap pembahasannya. Buku Tak Mengembang dan Tak
Meleset lebih simpel dan lebih mudah dipahami, sedangkan buku
Diselamatkan oleh Anugerah pembahasannya lebih mendalam, tetapi kedua
buku ini sama-sama menekankan Allah sebagai pemeran utama dalam proses
keselamatan umat manusia.
Mata Kuliah : Soteriologi dan Kehidupan Kristen
Dosen : Mika Sulistiono
Tugas : Analisis Buku
Nama : Adrianus
Buku tak mengembang dan tak meleset memberikan informasi yang sangat
penting, supaya setiap orang percaya tidak hanya puas karena sudah
diselamatkan, tetapi orang percaya juga harus memahami dengan benar
kepercayaannya di dalam Kristus. Dengan memiliki pemahaman yang benar
akan membuat imannya semakin teguh dan dapat menyaksikan imannya itu
kepada orang lain.
Dalam penguraiannya, penulis selalu berangkat dan berpatokan pada
Alkitab. Penulis menguraikan dari hal-hal yang paling dasar yaitu
bagaimana sikap seseorang supaya Kristus bisa masuk ke dalam hatinya.
Sikap pertama yaitu harus terbuka, penulis menguraikan hal ini dengan
mengambil peristiwa dalam Lukas 23. Sikap terbuka sangat penting,
karena Yesus hanya mau berbicara kepada orang yang terbuka. Contoh
dalam hal ini adalah dua penjahat yang disalib bersama Yesus mengalami
nasib yang berbeda, satu binasa karena tertutup dan satunya selamat
karena hatinya terbuka dan bersedia mendengarkan Yesus, mengaku orang
berdosa yang tidak mampu menyelamatkan dirinya dan membutuhkan
keselamatan dari Yesus. Lebih dalam lagi penulis menjelaskan bahwa
sikap membuka hati tidak cukup, tetapi yang lebih utama adalah
mengenal siapa Yesus, kita harus sadar bahwa Yesus di salib untuk
menanggung dosa kita dan merelakan Yesus masuk ke dalam kehidupan
kita.
Langkah awal untuk menuju keselamatan adalah pertobatan. Pertobatan
berarti menyesali perbuatan yang buruk dan mengambil suatu keputusan
untuk tidak mengulangi perbuatan itu lagi. Penyesalan harus
benar-benar dilakukan bukan dengan kepura-puraan, karena penyesalan
yang hanya pura-pura sama dengan menipu diri sendiri. Pertobatan yang
dipenuhi dengan kepura-puraan bukan pertobatan yang menyelamatkan.
Pertobatan yang benar adalah menyadari bahwa dirinya sudah rusak total
karena dosa, tidak lagi melihat sesuatu faedah dalam dirinya yang
berguna bagi Allah. Pertobatan yang benar adalah pertobatan yang tidak
menuntut syarat. Jadi langkah pertama untuk menuju keselamatan bukan
perbaikan hidup, melainkan pertobatan yaitu kesadaran bahwa seluruh
hidupnya telah ternoda oleh dosa. Tetapi harus diingat bahwa
pertobatan dengan sendirinya tidak dapat menyelamatkan. Pertobatan
barulah langkah awal menuju keselamatan.
Untuk memperoleh keselamatan/hidup kekal seseorang harus mengalami
kelahiran baru. Kelahiran baru mutlak dibutuhkan oleh siapapun juga,
tak peduli betapa salehnya seseorang. Kelahiran baru tidak dapat
dilakukan oleh manusia, tetapi sesuatu pemberian Allah atau kelahiran
baru datangnya dari Allah dan dikaruniakan oleh Allah. Untuk menerima
kelahiran baru syaratnya hanya menerima dan percaya kepada Yesus
Kristus. Dengan menerima dan percaya kepada Yesus maka Allah akan
mengubahkan tabiat kita yang lama menjadi manusia baru yang didiami
oleh Roh Allah. Jadi keselamatan hanya anugerah dari Allah, kebaikan
pribadi dan perbuatan-perbuatan baik tidak akan pernah menyelamatkan.
Usaha apapun yang kita lakukan tidak akan pernah mencapai norma yang
ditentukan oleh Allah. Kita diselamatkan oleh iman, bukan atas
kebaikan kita, dan juga bukan atas perbuatan baik kita. Kita
diselamatkan karena kekayaan kasih Allah yang dilimpahkan kepada kita
dalam Yesus Kristus. Tidak ada seorang manusia, siapapun yang memenuhi
persyaratan Allah. Keselamatan kita terjamin oleh iman, bukan
berdasarkan perbuatan.
Orang yang sudah diselamatkan oleh anugerah wajib melakukan perbuatan
baik dan perbuatan baik harus menjadi kebiasaan hidup orang yang sudah
lahir baru. Seseorang yang sudah percaya dan dilahirbarukan mempunyai
segala hak sebagai anak Allah. Pertanyaannya, apakah seseorang yang
sudah dilahirbarukan masih memiliki kemungkinan untuk jatuh?,
kemungkinan itu ada, tetapi tidak akan mempengaruhi statusnya sebagai
orang yang sudah diselamatkan. Harus dipahami bahwa rohani kita sudah
diselamatkan, tetapi tubuh kita masih bertempat tinggal dalam dunia
yang penuh dosa. Hati kita telah disucikan, tetapi lingkungan kita
masih tetap sama.
Untuk mengetahui kepastian keselamatan, maka seseorang harus menguji
dirinya berdasarkan Firman Allah (Alkitab) bukan berdasarkan perasaan.
Alkitab mengatakan bahwa satu-satunya syarat untuk diselamatkan adalah
percaya kepada Yesus Kristus. Syarat Alkitab hanyalah percaya dengan
pengakuan aktif. Seseorang yang percaya Yesus adalah Juruselamat
satu-satunya dan menyambut Yesus dalam kehidupannya, orang itu sudah
selamat walaupun belum menyatakan buah kemenangan dan kesucian hidup.
Jadi tidak ada syarat dalam Alkitab bahwa seseorang harus berhenti
berdosa supaya diselamatkan. Kesucian merupakan buah iman bukan syarat
supaya selamat. Hanya Alkitab yang layak dijadikan dasar penilaian
kebenaran. Jika kita mendalami Firman Allah pasti kita tidak akan ragu
akan keselamatan kita, tetapi sebaliknya memiliki kepastian
keselamatan.
Tanda bahwa seseorang telah diselamatkan adalah Orang tersebut
mengalami perubahan hidup. Perubahan itu terjadi tidak terlepas dari
peranan dari Roh Kudus. Ketika kita percaya Yesus maka kita
dimateraikan dengan Roh Kudus. Roh Kudus bekerja tetap bertalian
dengan Alkitab, setiap kita membaca Alkitab Roh Kudus bersaksi dalam
hati kita. Bukti bahwa kita telah diselamatkan tidak dilihat dari
kesempurnaan hidup, melainkan pembaharuan hidup. Dasar kepastian
satu-satunya adalah Alkitab yang dimateraikan dalam hati kita oleh Roh
Kudus. Jika kita meragukan dan tidak mempercayai Alkitab, berarti kita
juga memperlakukan Allah sebagai pendusta karena memberi berita bohong
dalam Alkitab.
Orang yang sudah mendapatkan keselamatan dalam Yesus tidak secara
otomatis hidupnya tanpa tantangan. Justru orang Kristen yang mau
menikmati kemenangan dalam Kristus harus belajar menghadapi kenyataan
hidup. Kunci untuk memperoleh kemenangan yaitu haruslah kita bersandar
sepenuhnya pada Yesus.
Bagi saya, apa yang dikemukakan oleh penulis dalam buku ini, akan
sangat menolong dalam membimbing pembaca untuk memiliki pemahaman yang
benar tentang imannya kepada Yesus Kristus. Apa yang dibahas dalam
buku ini sangat relevan dengan kondisi yang dialami oleh orang-orang
Kristen pada umumnya. Jika kita berbicara tentang kepastian
keselamatan masih banyak orang Kristen yang masih ragu-ragu tentang
keselamatannya. Umumnya mereka membandingkan keselamatan dengan pola
hidupnya yang masih "tidak hidup suci", atau sebaliknya mengukur
keselamatannya berdasarkan hasil perbuatannya. Dengan membaca buku
ini, pemahaman-pemahaman seperti itu akan terjawab. Saya menilai apa
yang diungkapkan penulis dalam buku ini sangat Alkitabiah karena
setiap persoalan selalu dikaitkan dengan Alkitab.
Buku: Diselamatkan Oleh Anugerah
Oleh: Anthony A. Hoekema
Buku ini membahas tentang soteorologi atau doktrin keselamatan.
Soteorologi yang dibahas dalam buku ini lebih ke arah teologi Injili,
di mana penekanannya ke perspektif Reformed atau Calvinistis. Beberapa
penekanan-penekanan di dalam teologi Reformed yaitu: walaupun
keputusan manusia memainkan peranan yang signifikan dalam proses
keselamatan, tetapi faktor utama yang menentukan seseorang
diselamatkan bukanlah keputusan seseorang tetapi kedaulatan anugerah
Allah. Keselamatan seseorang tidak diukur berdasarkan kebaikan, tetapi
semata-mata berdasarkan kerelaan kehendak-Nya. Anugerah Allah yang
menyelamatkan tidak bersifat universal, tetapi partikular (tertentu) ,
yaitu dikaruniakan hanya kepada kaum pilihan Allah (mereka yang telah
dipilih-Nya di dalam Kristus untuk beroleh keselamatan). Keselamatan
bersifat efektif dan tidak akan hilang, dalam arti Allah tidak akan
membiarkan orang-rang pilihan-Nya kehilangan keselamatan mereka,
dengan kata lain Allah yang memegang orang-orang percaya, bukan orang
percaya yang berpegang pada Allah. Hal-hal inilah yang akan membentuk
seluruh alur pemikiran dalam teologi Reformed.
Manusia adalah ciptaan yang secara mutlak bergantung kepada Allah,
tetapi manusia juga pribadi yang membuat keputusan yang bertanggung
jawab. Orang-orang percaya yang telah mendapat anugerah keselamatan
memiliki tanggung jawab di dalam proses keselamatan mereka. Jika
demikian halnya, akan muncul suatu persoalan, bagaimana menyelaraskan
kedua hal ini yaitu: di satu sisi Allah yang harus menguduskan kita
secara keseluruhan, tetapi di sisi lain kita harus mengerjakan
keselamatan kita. Allah yang memiliki kedaulatan atas hidup kita,
mengarahkannya sesuai kehendak-Nya, tetapi kita juga diharuskan untuk
membuat keputusan kita sendiri dan harus bertanggung jawab atasnya.
Untuk menjawab persoalan seperti ini, kita harus kembali ke Alkitab
sebagai titik ukur pemikiran kita. Alkitab mengajarkan kedua-duanya,
misalnya: Alkitab dengan jelas mengajarkan mengenai kedaulatan Allah
(Amsal 21:1; Ef. 1:11; Rm. 9:21). Alkitab juga dengan jelas
mengajarkan mengenai tanggung jawab manusia (Yoh.3:36; Mat.16:2;
Why.22:12). Kesimpulan yang dapat kita ambil adalah kita dapat
dikatakan setia kepada ajaran Alkitab jika kita berpegang kepada
keduanya, tetapi karena Allah adalah pencipta dan kita ciptaan-Nya,
maka Allah-lah yang lebih utama, kita harus menyadari bahwa faktor
yang paling menentukan di dalam proses keselamatan kita adalah
anugerah Allah yang berdaulat. Seringkali pemahaman kita yang terbatas
tentang Allah, membuat kita bersikap berat sebelah yang hanya
menekankan semata-mata pada kedaulatan Allah yang akan menimbulkan
kesan bahwa Allah menyelamatkan umat-Nya seperti komputer
mengendalikan robot-robot. Demikian juga sebaliknya penekanan yang
semata-mata hanya ditujukan pada tanggung jawab manusia akan
menghasilkan Allah yang sepenuhnya bergantung pada keputusan manusia,
tanpa memiliki kendali sedikitpun atas manusia. Pemahaman soteorologi
seperti ini tidak sesuai dengan ajaran Alkitab.
Jika Soteorologi dikaitkan dengan doktrin mengenai manusia, maka akan
muncul pandangan yang berbeda, seperti Seteorologi Palagian, yang
mengajarkan bahwa manusia dilahirkan di dalam suatu kondisi moral dan
rohani yang netral sehingga mereka tidak perlu diregenerasi, dan hanya
perlu dilatih dengan benar dan diberikan teladan-teladan yang benar.
Lain halnya dengan soteriologi Semi-Pelagian, yang mengajarkan bahwa
natur manusia setelah jatuh hanya bobrok sebagian, di mana manusia
tidak mati di dalam dosa dan hanya sakit, sehingga manusialah yang
harus mengambil langkah awal di dalam regenerasi, dan dapat kehilangan
keselamatan setelah menerimanya. Kedua pandangan ini tidak melihat
natur manusia yang sudah jatuh rusak total, berbeda dengan pandangan
Soteorologi Reformed, yang mengajarkan bahwa natur manusia setelah
kejatuhan mengalami kerusakan total dan menyeluruh, dan perlu
diregenerasi atau diberikan kehidupan rohani yang baru oleh tindakan
anugerah yang merupakan karya Allah semata, dan keselamatan yang
dikaruniakan oleh Allah tidak mungkin hilang.
Roh Kudus sangat berperan dalam proses keselamatan kita yaitu untuk
menyatukan kita dengan Kristus. Regenerasi atau kelahiran baru yang
kita alami adalah karya Roh Kudus. Dalam Efesus 4:30, Roh Kudus adalah
materai final dari keselamatan kita. Untuk lebih jauh memahami
bagaimana peranan Roh Kudus dalam proses keselamatan, maka harus
dihubungkan dengan pengajaran Alkitab tentang karunia Roh dan buah
Roh. Masalah karunia Roh ini memunculkan beberapa perbedaan pandangan
di antara teolog, semua setuju bahwa karunia-karunia non mujizat masih
ada saat ini, tetapi karunia-karunia yang bersifat mujizat ada yang
mengatakan masih terjadi, dan ada juga yang mempertanyakan. Para
teolog yang mempertanyakan, mereka memberi alasan bahwa
karunia-karunia mujizat seperti penyembuhan dan berbahasa lidah tidak
disebutkan dalam daftar karunia-karunia Roh (Rom.12:6-8) yang
dinasehati oleh Paulus. Perbedaan pandangan seperti ini masih menjadi
polemik dalam gereja masa kini. Para teolog dapat mengatakan bahwa
tidak ada lagi karunia-karunia yang berbentuk mujizat, tetapi tidak
dapat disangkal Allah terkadang menjawab doa-doa umatnya dengan cara
mujizat. Apa yang terjadi di gereja-gereja di Amerika Latin, di mana
terjadi banyak mujizat penyembuhan yang menjadi jawaban doa. Bagaiman
kita menjawab kejadian seperti ini?
Demikian juga halnya dengan peran medis dalam proses kesembuhan, kita
harus memahami bahwa terjadi kombinasi antar medis dan doa untuk
meperoleh kesembuhan, kalau kita mengabaikan medis berarti kita
mengabaikan apa yang telah disediakan Allah, dan ini merupakan
ketidaktaatan kepada Allah. Paradigma yang selalu menghubungkan
penyakit dengan dosa, perlu pencerahan karena tidak semua penyakit
disebabkan oleh dosa tertentu yang dipernah dilakukan. Jadi ketika
kita mendoakan orang sakit dan tidak sembuh, kita tidak boleh berkata,
dia tidak cukup beriman. Perlu kita pahami bahwa tujuan utama dari doa
adalah untuk keselamatan jiwanya, menguatkan dia supaya tetap teguh
dalam menghadapi penyakitnya, apakah sembuh atau tidak keputusan semua
di tangan Tuhan, kehendak Tuhan yang jadi.
Karunia-karunia Roh dengan buah Roh saling berhubungan dan tidak
terpisah. Orang yang sudah dimerdekakan harus menghasilkan buah-buah
Roh. Buah Roh memiliki peran yang penting dalam kehidupan orang
percaya. Menarik apa yang dikatakan penulis dalam buku ini, kita dapat
diselamatkan tanpa mendapatkan banyak karunia, tetapi kita tidak dapat
diselamatkan tanpa buah Roh. Ini jelas memeperlihatkan bahwa buah Roh
memiliki peran yang sangat penting. Dapat disimpulkan bahwa, kita
memerlukan baik karunia-karunia maupun buah Roh, tetapi kita tidak
pernah boleh mencari karunia-karunia tersebut terpisah dari buah Roh.
Terdapat perbedaan pandangan yang berbeda dikalangan orang Kristen
tentang babtisan Roh, ada yang berpandangan bahwa babtisan Roh berbeda
dengan proses regenerasi, babtisan Roh baru terjadi setelah
regenerasi. Itu sah-sah saja, tetapi kita harus melihat apa yang
Alkitab katakan, tentang doktrin babtisan Roh Kudus tidak ada dasar
Alkitabiah untuk mendukungnya. Apa yang dikatakan Alkitab bahwa
babtisan Roh identik dengan regenerasi, kita telah dibabtis dengan Roh
Kudus saat kita mengalami regenerasi. Orang yang sudah dibabtis dengan
Roh, hidupnya harus dipenuhi dengan Roh, dalam arti semakin sempurna,
hidup oleh kekuatan Roh, dan bersandar kepada Tuhan.
Alkitab mengajarkan bahwa hanya melalui Roh Kudus kita dapat menjadi
satu dengan Kristus, tanpa kita menjadi satu dengan Kristus kita belum
diselamatkan dan belum berada di dalam kesatuan denganNya. Pemilihan
Allah atas umatNya sudah terjadi sebelum alam semesta diciptakan.
Allah memilih kita untuk diselamatkan bukan karena perbuatan baik yang
dilihatNya di dalam diri kita sebelumnya, tetapi hanya berdasarkan
kesatuan kita dengan Kristus yang telah ditetapkan sebelumnya oleh
Dia. Kesatuan antara Kristus dan umatNya telah direncanakan di dalam
kekekalan, dengan kata lain, mereka yang dipilih untuk diselamatkan
tidak pernah dipikirkan oleh Bapa terpisah dari Kristus. Jadi Kristus
tidak bisa dipikirkan terpisah dari umatNya, demikian juga umatNya
terpisah dariNya. Kesatuan dengan Kristus dimulai pada saat regenerasi
terjadi, di mana kesatuan antara Kristus dan umatNya secara aktual
dibangun.
Setelah mengalami regenerasi dan menjadi satu dengan Kristus, maka
tugas kita sebagai umatNya adalah menjalankan Amanat Agung Tuhan
Yesus. salah satu sarana yang dipakai Tuhan untuk membawa orang-orang
kepada keselamatan adalah penyampaian Injil. walaupun terdapat
perbedaan pandangan di antara denominasi, tetapi satu hal yang harus
tetap dipegang bahwa di dalam menyampaikan Injil kita harus tetap
setia kepada Alkitab. Tugas kita menyampaikan Injil, Allah sendiri
yang memampukan pendengar Injil untuk bertobat dan percaya. Panggilan
Injil bersifat universal, Perjanjian Baru dengan jelas mengajarkan
bahwa panggilan atau seruan Injil datang kepada semua orang (Luk.
14:16-24; Mat. 28:19-20; Mat.11:28; Kis 1:30; Why. 22:1). Hoeksema
berpendapat lain yaitu panggilan Injil bukan tawaran anugerah dan
keselamatan secara universal, tetapi partikuler, panggilan Injil hanya
berlaku bagi kaum pilihan. Hoeksema melihat adanya inkonsistensi
antara ajaran mengenai tawaran Injil dan doktrin penebusan terbatas.
Disatu sisi percaya pada penebusan terbatas dan bahwa Kristus hanya
mati bagi orang pilihan, akan tetapi disisi lain, mereka juga
menegaskan bahwa Allah secara tulus dan dengan maksud baik menawarkan
keselamatan bagi semua manusia. Bagi Hoeksema, mustahil untuk
menggabungkan kedua doktrin ini, karena keduanya saling
berkontradiksi. Apa yang Alkitab katakan tentang panggilan Injil:
Allah serius dan sungguh-sungguh menginginkan keselamatan semua orang
yang mendengarkan Injil, termasuk mereka yang tidak termasuk kaum
pilihanNya. Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan
supaya semua orang berbalik dan bertobat. Allah ingin supaya semua
orang yang mendengarkan Injil datang dan diselamatkan. Namun Alkitab
juga mengajarkan bahwa Allah telah menetapkan atau memilih umatNya di
dalam Kristus sebelum penciptaan dunia. Keduanya harus kita pegang
karena itulah yang Alkitab katakan, walaupun dari kacamata kita
sebagai manusia terbatas tidak mungkin menyatukan keduannya.
Bagaimana respon seseorang setelah mendengar panggilan Injil. Fakta
menyatakan bahwa ketika kita menyampaikan Injil, tidak semua orang
menyambut keselamatan ini, sejumlah orang menerimanya, tetapi lainnya
menolak. Dalam hal ini kita yang perlu ditanyakan adalah, apakah dalam
merespon panggilan Injil manusia punya andil atau hanya semat-mata
karena campur tangan Tuhan untuk memilih seseorang. Alkitab
mengajarkan tentang panggilan efektif, di mana Allah secara efektif
memapukan kita untuk menanggapi panggilan Injil. Namun, persoalan ini
telah menimbulkan sejumlah keberatan, misalnya: jika hanya orang yang
dipanggil secara efektif yang dapat menanggapi panggilan Injil, buat
apa lagi kita berkotbah dan bermisi? Keberatan lain, jika Allah telah
menentukan orang yang diselamatkan, orang yang menolak Injil akan
memberi alasan dengan mengatakan bahwa mereka tidak dipanggil yang
pada akhirnya mereka akan menyalahkan Allah, karena Allah dianggap
tidak adil. Jika hanya Allah yang berperan dalam keselamatan kita,
bukankah Allah memperlakukan kita seperti robot? Untuk menjawab
keberatan-keberatan ini kembali kepada pandang seseorang terhadap
kondisi natural manusia setelah kejatuhan. Jika seseorang percaya pada
pandangan Pelagian, Semi Pelagian, Armenian, maka panggilan efektif
tidak diperlukan, sebaliknya jika seseorang percaya pada pandangan
Reformed maka akan membutuhkan panggilan efektif dari Allah.
Kejatuhan menyebabkan manusia mengalami kerusakan total, sehingga
memerlukan regenerasi. Regenerasi merupakan karya Allah sendiri yang
berasal dari Allah. Regenerasi sangat diperlukan, jika seseorang ingin
melihat Kerajaan Allah. Seseorang yang telah mengalami regenerasi
tidak akan terus menerus hidup dalam dosa (1 Yoh. 3:9) dan orang yang
telah diregenerasikan akan dijaga sedemikian oleh Kristus, sehingga
tidak akan berpaling dari imannya. Dalam proses regenerasi manusia
hanya bersikap pasif secara total, semua dilakukan oleh Allah. Jadi
regenerasi bukan merupakan hasil kerjasama manusia dengan Allah,
tetapi suatu karya di mana hanya Allah sebagai pelaku tunggalnya.
Konversi adalah tindakan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang
yang telah mengalami regenerasi di mana dia berpaling kepada Allah di
dalam pertobatan dan iman. Konversi merupakan langkah di dalam proses
keselamatan. Setiap orang akan mengalami konversi yang berbeda-beda.
Konversi yang dialami oleh Petrus, berbeda dengan konversi yang
dialami oleh Paulus. Jadi kita tidak dapat menetapkan pola konversi
yang sama untuk semua orang, karena ini akan sangat berbahaya dan
bertentangan dengan Alkitab. yang paling penting dari konversi bukan
cara terjadinya atau waktu terjadinya, melainkan kesejatiannya.
Salah satu aspek dari konversi adalah pertobatan. Pertobatan adalah
suatu tindakan yang secara sadar dilakukan oleh seseorang yang telah
diregenerasi untuk berbalik dari dosa kepada Allah di dalam suatu
perubahan kehidupan sepenuhnya. Pertobatan merupakan karya Allah dan
juga sebagai karya manusia. Orang-orang berdosa harus bertobat, dan
dalam pertobatan itu Allah-lah yang memampukan mereka untuk bertobat.
Tugas kita sebagai orang percaya adalah memanggil orang-orang kepada
pertobatan dan konversi, tetapi harus kita sadari bahwa hanya Allah
yang dapat memampukan mereka untuk bertobat. Tugas pokok kita adalah
mendesak orang-orang kepada pertobatan, dan Allah yang berdaulat
mengaruniakan kepada orang tersebut karunia pertobatan yang memampukan
untuk berbalik kepada Allah.
Alkitab mengatakan bahwa kita dibenarkan hanya oleh iman dan bukan
oleh perbuatan-perbuatan berdasarkan hukum taurat. Tetapi iman yang
sejati adalah iman yang menyatakan dirinya di dalam kasih dan
kehidupan yang benar. Iman adalah sesuatu yang dikaruniakan atau
diberikan secara Cuma-Cuma kepada kita oleh Allah. Jadi kemampuan
seseorang untuk percaya kepada Kristus haruslah dikaruniakan oleh
Bapa, tanpa kemampuan itu, maka tidak ada seorang pun yang mampu untuk
percaya, dan kemampuan itu diberikan melalui kuasa Roh Kudus. Paulus
mengatakan bahwa keselamatan yang kita peroleh adalah karunia Allah
yang diberikan secara Cuma-Cuma, bukan hasil usaha tetapi pemberian
Allah. Seseorang diselamatkan semata-mata oleh anugerah, dan sama
sekali tidak tergantung pada perbuatan baiknya.
Tidak ada orang yang dibenarkan dihadapan Allah dengan jalan menaati
hukum taurat, atau berbuat sesuai dengan hukum taurat, tetapi manusia
dibenarkan hanya oleh karena iman. Pembenaran tidak didapatkan dengan
perbuatan, melainkan hanya oleh iman kepada Yesus Kristus. Jika
demikian halnya, apakah yang dimaksud oleh Yakobus bahwa iman tanpa
perbuatan adalah nol. Disini dapat kita lihat bahwa Yakobus mengatakan
bahwa iman disempurnakan atau dibawa mencapai sasarannya oleh
perbuatan. Jadi seseorang tidak akan dibenarkan hanya oleh iman
semata, melainkan hanya oleh iman yang menyatakan kesejatiannya di
dalam perbuatan-perbuatan. Oleh karena itu, hanya iman saja yang
membenarkan, akan tetapi iman yang membenarkan itu bukanlah iman yang
tanpa perbuatan. Proses pembenaran terjadi satu kali untuk selamanya
ketika seseorang menerima Kristus dengan iman, dan anugerah pembenaran
ini tidak akan hilang. Muncul pertanyaan jika kita dibenarkan satu
kali untuk selamanya, mengapa kita harus mengakui dosa-dosa kita? Jadi
memang pembenaran hanya terjadi satu kali untuk selamanya, tetapi
pengakuan dosa dan doa permohonan bagi pengampunan harus diulangi.
Pengudusan berarti sedang diperbaharui supaya kita semakin meyerupai
Allah, dengan cara mengikuti teladan-Nya. Keserupaan dalam hal
sifat-sifat Allah, bukan dalam hal kemahatahuan, kemahahadiran dan
kemahakuasaan-Nya. Pengudusan bukanlah hal yang kita kerjakan sendiri,
dengan usaha kita sendiri atau dengan kekuatan kita sendiri.
Pengudusan bukanlah aktivitas manusia, melainkan suatu karunia ilahi.
Walaupun demikian, pengudusan juga meliputi partisipasi penuh tanggung
jawab dari kita. Allah tidak akan pernah mengizinkan orang-orang yang
telah dikarunia iman sejati untuk meninggalkan iman-Nya. Kenyataan
banyak orang yang dianggap sebagai orang Kristen yang sejati tetapi
kemudian menjadi murtad, namun kita harus berasumsi bahwa kelak Allah
akan membawa mereka kembali, jika memang dipilih Allah.
Setelah membaca buku diselamatkan oleh anugerah saya dapat
menyimpulkan bahwa pembahasan dalam buku ini selalu berangkat dari
Alkitab. Setiap persoalan yang dibahas selalu mengacu kepada Alkitab
sebagai dasar untuk mengambil suatu kesimpulan. Dari 13 bab, semua
persoalan yang dibahas, penuis selalu melakukan studi kata untuk
meneliti apa yang Alkitab katakan untuk mendukung kebenaran dari suatu
persoalan yang dibahas. Namun ada juga beberapa persoalan yang
kelihatan kontradiksi sehingga terkadang argumentasi penulis
seakan-akan tidak menjawab suatu persoalan. Kondisi demikian akhirnya
membawa penulis untuk kembali melihat apa yang Alkitab katakan. Jadi
bagi saya buku diselamatkan oleh Anugerah ini pembahasannya sangat
Alkitabiah, karena pembahasan-pembahasannya selalu berangkat dari
Alkitab sebagai dasar pembenaran suatu persoalan.
Dari kedua buku ini, saya menilai bahwa keduanya selalu berdasarkan
Alkitab dalam setiap pembahasannya. Buku Tak Mengembang dan Tak
Meleset lebih simpel dan lebih mudah dipahami, sedangkan buku
Diselamatkan oleh Anugerah pembahasannya lebih mendalam, tetapi kedua
buku ini sama-sama menekankan Allah sebagai pemeran utama dalam proses
keselamatan umat manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar