ARTIKEL MISI 1
Di Indonesia, banyak suku-suku terabaikan membutuhkan para
pengerja Injil yang dapat memberkati mereka dengan Kabar Baik
tentang Tuhan Yesus, Juru Selamat dunia. Sayangnya, tidak banyak
orang yang bersedia mengabarkan Injil dan mendirikan jemaat lintas
budaya. Mereka yang bersedia pun menghadapi bermacam-macam
tantangan. Boleh dikatakan, mereka yang melayani suku-suku
terabaikan umumnya kurang disokong oleh gereja-gereja atau
organisasi Kristen yang mengutus mereka. Mereka membutuhkan dukungan
doa, dana, dan persekutuan yang menguatkan jiwa, perasaan, dan
kerohanian mereka.
Pelayanan lintas budaya adalah tantangan yang cukup rumit dan berat.
Pada umumnya, kita kurang mengerti bahwa setiap orang yang melayani
suku lain harus belajar banyak tentang sifat, bahasa, dan cara hidup
suku itu. Jika kita bergaul secara biasa dengan menggunakan bahasa
Indonesia saja, maka banyak orang tidak akan mengerti maksud dan
tujuan kita. Hal ini dapat diperlihatkan dalam lima pokok berikut.
1. Bahasa
Setiap bahasa yang terdapat di Indonesia mengandung ciri-ciri
yang khas. Jika kita bicara soal rohani kepada seseorang, kita
harus menguraikannya dengan bahasa yang paling cocok untuk orang
itu. Jika tidak demikian, ada kemungkinan besar ia tidak akan
menangkap maksud kita.
2. Pandangan Hidup
Pandangan hidup setiap suku terabaikan terdiri dari filsafat dan
teologi mereka. Jika mereka memunyai pandangan hidup yang berbeda
dari kita, maka mereka akan sukar untuk menerima Injil. Misalnya,
jika seseorang memiliki pengertian tentang Tuhan, manusia, dosa,
keselamatan, dunia gaib, dan sebagainya yang berbeda dari
pandangan dunia Alkitab, ia tidak akan langsung mengerti Injil.
Injil memunyai pandangan hidup tersendiri yang harus dijelaskan
dengan contoh-contoh yang dapat ditangkap oleh orang itu.
3. Nilai-nilai
Kita harus mempelajari nilai-nilai yang dihargai oleh suku
terabaikan itu. Pengertian kita akan nilai-nilai mereka membuka
banyak peluang untuk Injil. Kita menghormati nilai-nilai mereka
yang baik dan menguatkan nilai-nilai itu yang sesuai dengan
pandangan hidup Alkitab.
4. Kepemimpinan
Cara kepemimpinan setiap suku juga memunyai ciri khas yang perlu
diperhatikan oleh kita. Jika kita tidak berusaha memimpin jemaat
baru dengan cara yang dapat dimengerti dan dihormati oleh mereka,
maka mereka tidak akan merasa betah. Para penginjil perlu
mempelajari cara kepemimpinan orang-orang yang mereka layani.
5. Organisasi sosial
Sistem organisasi sosial sebuah suku juga penting untuk kita
pelajari. Misalnya, hampir setiap suku di Indonesia memegang
sistem bapak/anak buah, tapi cara melaksanakannya cukup
bervarisasi. Kita harus memerhatikan sistem-sistem sosial,
seperti sistem kekeluargaan, sistem pendidikan, dan sistem-sistem
masyarakat yang lain. Jika tidak, kita seolah-olah masih berada
di luar ruang lingkup kehidupan mereka. Penyesuaian ini tidak
begitu mudah dilaksanakan oleh seorang penginjil atau gembala
yang berasal dari suku lain.
Kesimpulannya
Tidak heran jika sebagian besar para penginjil dan pendeta yang
melayani suku-suku terabaikan tidak bertahan lama dalam pelayanan.
Mereka merasa pusing karena tantangan-tantangan yang besar, kurang
dibimbing untuk pelayanan yang berat itu, dan kurang didukung oleh
gereja dan saudara-saudara seiman. Marilah kita memerhatikan para
pekerja lintas budaya, mendoakan, dan menyokong mereka secara khusus
agar mereka dikuatkan oleh Tuhan dalam mengemban tugas yang berat
itu. Jika kita berusaha mengenal dan membantu para penginjil lintas
budaya, kita juga telah mengambil bagian dalam pengabaran Injil
kepada orang-orang yang belum pernah mengerti berita tentang Yesus
Anak Allah.
Kiriman dari: Roger Dixon
Di Indonesia, banyak suku-suku terabaikan membutuhkan para
pengerja Injil yang dapat memberkati mereka dengan Kabar Baik
tentang Tuhan Yesus, Juru Selamat dunia. Sayangnya, tidak banyak
orang yang bersedia mengabarkan Injil dan mendirikan jemaat lintas
budaya. Mereka yang bersedia pun menghadapi bermacam-macam
tantangan. Boleh dikatakan, mereka yang melayani suku-suku
terabaikan umumnya kurang disokong oleh gereja-gereja atau
organisasi Kristen yang mengutus mereka. Mereka membutuhkan dukungan
doa, dana, dan persekutuan yang menguatkan jiwa, perasaan, dan
kerohanian mereka.
Pelayanan lintas budaya adalah tantangan yang cukup rumit dan berat.
Pada umumnya, kita kurang mengerti bahwa setiap orang yang melayani
suku lain harus belajar banyak tentang sifat, bahasa, dan cara hidup
suku itu. Jika kita bergaul secara biasa dengan menggunakan bahasa
Indonesia saja, maka banyak orang tidak akan mengerti maksud dan
tujuan kita. Hal ini dapat diperlihatkan dalam lima pokok berikut.
1. Bahasa
Setiap bahasa yang terdapat di Indonesia mengandung ciri-ciri
yang khas. Jika kita bicara soal rohani kepada seseorang, kita
harus menguraikannya dengan bahasa yang paling cocok untuk orang
itu. Jika tidak demikian, ada kemungkinan besar ia tidak akan
menangkap maksud kita.
2. Pandangan Hidup
Pandangan hidup setiap suku terabaikan terdiri dari filsafat dan
teologi mereka. Jika mereka memunyai pandangan hidup yang berbeda
dari kita, maka mereka akan sukar untuk menerima Injil. Misalnya,
jika seseorang memiliki pengertian tentang Tuhan, manusia, dosa,
keselamatan, dunia gaib, dan sebagainya yang berbeda dari
pandangan dunia Alkitab, ia tidak akan langsung mengerti Injil.
Injil memunyai pandangan hidup tersendiri yang harus dijelaskan
dengan contoh-contoh yang dapat ditangkap oleh orang itu.
3. Nilai-nilai
Kita harus mempelajari nilai-nilai yang dihargai oleh suku
terabaikan itu. Pengertian kita akan nilai-nilai mereka membuka
banyak peluang untuk Injil. Kita menghormati nilai-nilai mereka
yang baik dan menguatkan nilai-nilai itu yang sesuai dengan
pandangan hidup Alkitab.
4. Kepemimpinan
Cara kepemimpinan setiap suku juga memunyai ciri khas yang perlu
diperhatikan oleh kita. Jika kita tidak berusaha memimpin jemaat
baru dengan cara yang dapat dimengerti dan dihormati oleh mereka,
maka mereka tidak akan merasa betah. Para penginjil perlu
mempelajari cara kepemimpinan orang-orang yang mereka layani.
5. Organisasi sosial
Sistem organisasi sosial sebuah suku juga penting untuk kita
pelajari. Misalnya, hampir setiap suku di Indonesia memegang
sistem bapak/anak buah, tapi cara melaksanakannya cukup
bervarisasi. Kita harus memerhatikan sistem-sistem sosial,
seperti sistem kekeluargaan, sistem pendidikan, dan sistem-sistem
masyarakat yang lain. Jika tidak, kita seolah-olah masih berada
di luar ruang lingkup kehidupan mereka. Penyesuaian ini tidak
begitu mudah dilaksanakan oleh seorang penginjil atau gembala
yang berasal dari suku lain.
Kesimpulannya
Tidak heran jika sebagian besar para penginjil dan pendeta yang
melayani suku-suku terabaikan tidak bertahan lama dalam pelayanan.
Mereka merasa pusing karena tantangan-tantangan yang besar, kurang
dibimbing untuk pelayanan yang berat itu, dan kurang didukung oleh
gereja dan saudara-saudara seiman. Marilah kita memerhatikan para
pekerja lintas budaya, mendoakan, dan menyokong mereka secara khusus
agar mereka dikuatkan oleh Tuhan dalam mengemban tugas yang berat
itu. Jika kita berusaha mengenal dan membantu para penginjil lintas
budaya, kita juga telah mengambil bagian dalam pengabaran Injil
kepada orang-orang yang belum pernah mengerti berita tentang Yesus
Anak Allah.
Kiriman dari: Roger Dixon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar