16 Oktober 2012

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB GEREJA BAGI BANGSA

PENDAHULUAN
Gereja dihadirkan Tuhan di dunia ini untuk tujuan tertentu. Tujuan itu
terkandung khusus dalam garis besar program kerja Allah dalam bentuk
perjanjian sentral (Abrahamic Covenant), Kejadian 12 : 1-3. Hampir
semua bagian central dan unilateral itu berhubungan dengan berkat bagi
umat pilihan Allah yang lama (Israel), lalu kemudian pada bagian
terakhir berhubungan dengan berkat bagi dunia ini. Melalui Abrahan dan
keturunannya , Tuhan berjanji memberkati dunia ini (Kejadian 12:3b).
Umat Israel menikmati berkat mereka sepuas-puasnya, namun mengabaikan
program total penyelamatan umat manusia, termasuk non Israel. Akhirnya
Allah membentuk umat pilihanNya yang baru, Ia namakan Eklesia (Matius
16:18) atau Keluarga Allah.(Efesus 2:19-20), yang lebih dikenal dengan
nama gereja. Tujuan eksistensi gereja itu adalah agar ia menjadi
sarana tunggal bagi program penyelamatan manusia yang sesat melalui
program Allah dalam Yesus Kristus yang mati dan bangkit dari antara
orang mati.
Juruselamat dunia mengingatkan Eklesia (baca gereja), disaat proses
pembentukkannya sebelum ia (gereja) melaksanakan misi penyelamatan
itu, di Kalvari bahwa, Anak manusia datang bukan untuk dilayani,
melainkan untuk melayani dan memberikan nyawanya sebagai tebusan ganti
orang banyak." (Matius 20:28; Markus 10:45). Dua hal penting yang
dibicarakan Yesus di sini, yaitu melayani Tuhan dan menerima kematian
Yesus sebagai penebusan dosa. Kata "dan" pada anak kalimat kedua dapat
berarti "bahkan" atau "sama dengan" atau "yang artinya". Jadi seluruh
kalimat kedua berbunyi , "bahkan memberikan nyawaNya sebagai tebusan
ganti orang banyak."Kata" bahkan" menunjukkan bahwa meskipun melayani
Tuhan dalam bidang apapun itu penting, namun menerima Yesus Kristus
sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi lebih penting lagi. Jadi gerakan
pemberitaan Injil adalah tugas dan tanggungjawab terpenting terutama
dari gereja. Inilah tujuan eksistensi dari Eklesia Allah.
Sebelum Ia naik ke surga, Tuhan yang adalah kepala gereja menegaskan
agar tugas pemberitaan Injil keselamatan dalam diriNya menjadi program
utama agenda gereja (Matius 28:18-20; Markus 10:15; Lukas 24:44-48;
Yohanes 20:21, Kisah 1:8), "semua bangsa" (Matius 28:19), "akhir
zaman" (Matius 28:20), "segala makhluk (Markus 16:5), dan "sampai
keujung bumi" (Kisah 1:8) adalah bermakna GLOBALISASI INJIL. Tugas dan
tanggungjawab ini yang terpenting bagi gereja di segala abad, di
segala tempat, di setiap budaya. Inilah unsur yang membuat gereja beda
dan unik.


GEREJA DAN NEGARA
Secara teologis, negara ditempatkan dalam hubungan dengan tindakan
TUHAN untuk memelihara ciptaaan-NYA. Negara tidak diciptakan oleh
TUHAN, tetapi diperkenankan TUHAN untuk menjadi alat dalam
pemeliharaan TUHAN terhadap dunia. Jadi negara tidak diciptakan oleh
TUHAN tetapi merupakan wujud dari kodrat manusia sebagai makhluk
sosial. Naluri alamiahnya mendorong untuk membangun persekutuan
(Calvin: Institutio II.ii.13). Manusia hidup dalam kebersamaan atau
persekutuan dan sadar akan pentingnya tata aturan dan kebiasaan antara
lain dalam hal membentuk negara. Dapat dikatakan hal tersebut
merupakan karunia TUHAN untuk manusia (banding Kejadian 1:28). Dapat
dikatakan bahwa keberadaan negara berhubungan dengan tindakan TUHAN
untuk memelihara ciptaan TUHAN (istilah teologis: providentia). TUHAN
memelihara ciptaan-NYA dengan cara melindungi (conservation), berada
bersama-sama (concursus) dan memerintah (gubernatio).
Dalam rangka itu TUHAN memberikan kuasa kepada negara. Kuasa itu
dijalankan oleh pemerintah sebagai hamba ALLAH. Sebagai hamba,
pemerintah bertugas memberikan perlindungan kepada masyarakat, berada
(bekerja dan berjuang) bersama-sama warganya, serta memerintah dalam
arti mengatur dan menata sehingga ada kesejahteraan bersama serta
masyarakat mengabdi dan memuliakan TUHAN.
Secara Alkitabiah, kita menelaah Firman TUHAN yang terdapat dalam Roma
13:1-17; Markus 12:13-17; Lukas 20:20-26; Yesaya 45:1-25; Wahyu
13:1-18. Walau Gereja sudah berada dalam berbagai ancaman (a.l.
datangnya dari pemerintah Roma) tetapi Rasul Paulus bersikap
menghargai pemerintah sebagai hamba TUHAN. Sikap seperti ini
sesungguhnya berlawanan dengan sikap orang-orang Yahudi yang berjuang
melawan pemerintah dan menebarkan teror yang meresahkan masyarakat.
Orang Kristen diajak untuk menghormati pemerintah. Dengan cara itu
orang-orang Kristen juga menuntut keadilan dari pemerintah, bahkan
mendorong (mengkritik) pemerintah agar melakukan kebenaran dan
menghindari kekejaman dan penindasan.
Orang Kristen tidak dapat melepaskan diri dari ikatan dengan
masyarakat dan bangsa, demikian pendirian YESUS. IA sendiri menyatu
dengan masyarakat Yahudi, tetapi juga dengan orang-orang Yunani dan
Romawi yang bertemu dengan-NYA. Orang-orang Kristen menyatakan
tanggung-jawab dan menjawab panggilan TUHAN tetapi juga terhadap
masyarakat. Ketaatannya kepada TUHAN dialami juga sebagai berkat bagi
masyarakat dan bangsa yang dipimpin oleh pemerintah. Orang-orang
Kristen tidak dapat menghindari kewajiban-kewajibannya terhadap negara
sebagaimana ia mengharapkan kewajiban-kewajiban negara terhadap warga
terwujud dalam masyarakat. Negara yang baik membuat warganya merasa
berhutang atas berbagai perlindungan yang diberikannya dengan menjamin
keamanan dan kerukunan. Negara yang bertanggung-jawab pasti membuat
warganya menghormatinya karena menerapkan hukum yang adil, menyediakan
fasilitas-fasilitas umum (seperti transportasi, pasar, listrik dsb..)
yang baik bagi masyarakat. Pemerintah yang baik akan menjaga keutuhan,
sebab jika terjadi perpecahan, ia sendiri kehilangan wibawa dan Negara
menjadi runtuh, lalu hilanglah juga pemerintah.
Hubungan antara Gereja dan Negara perlu dibangun secara kreatif.
Negara dan Gereja tetap menjaga kemandirian masing-masing. Tidak boleh
saling menguasai karena keduanya otonom dan bebas melakukan tugasnya.
Dalam melaksanakan fungsinya masing-masing perlu dibangun usaha-usaha
untuk saling melengkapi mencapai tujuan bersama yaitu perlindungan dan
kesejahteraan masyarakat. Keduanya selalu berinteraksi baik melalui
kehadiran warga maupun sebagai lembaga, di pusat maupun di daerah
dalam semua aras.
Untuk itu Gereja dan Negara sama-sama berjuang untuk menciptakan
undang-undang dan peraturan yang adil untuk kepentingan bersama
sebagai satu masyarakat yang majemuk. Dengan undang-undang dan
peraturan tersebut semua pihak melaksanakan tugas dalam kebersamaan
yang tertata jelas, rapi tersusun dan membangun masa depan bersama.

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB GEREJA
Gereja sebagai persekutuan yang dipanggil TUHAN untuk hadir di tengah
dan bersama masyarakat bekerjasama dengan pemerintah. Walau pemerintah
itu kejam seperti pengalaman Gereja perdana (dalam Wahyu), Gereja
tetap melakukan tanggung-jawabnya. Ada ketegangan-ketegangan dengan
potensi konflik, tetapi Gereja harus berjuang untuk menyadarkan
pemerintah atas kekeliruannya. Ada perlawanan terhadap pemerintah
secara pasif oleh orang-orang Kristen perdana melalui pengorbanan
mereka. Pengorbanan itu menunjukkan bahwa pemerintah telah menyimpang
dan pada saatnya TUHAN menghukumnya. Sebab bukan tidak mungkin TUHAN
memakai pemerintah untuk membebaskan umat-NYA dari penderitaan.
Orang Kristen selaku warga jemaat dan warga Indonesia harus turut
memikul tanggungjawab dalam memperjuangkan martabat, kebebasan,
keadilan sosial dan penggunaan kekuasaan berdasarkan etika Kristen
demi terciptanya situasi bangsa dan negara yang kondusif serta dinamis
melalui sumbangan-sumbangan yang bersifat fisik maupun mental. Pada
akhirnya nanti setiap orang Kristen mampu mempersiapkan diri sebagai
manusia Indonesia modern dalam rangka menyempurnakan atau
memperbaharui struktur pembangunan itu.
Tugas Gereja masa kini di Indonesia adalah Mengutus. Pengutusan.
Mengutus siapa? Mengutus Jemaat seluruh jemaat, yang tua-muda besar,
laki-laki, perempuan secara sosial kaya atau miskin, pintar atau tidak
begitu pintar dst..untuk melayani dan bersaksi di mana-mana, di
berbagai bidang hidup kesehariannya. Tidak cukup bagi Pimpinan Majelis
Gereja mengutus seluruh Jemaat dari mimbar. Tidak cukup hanya lewat
warta gereja, lewat Berkat Pengutusan yang diucapkan lewat Liturgi
Kebaktian, sebelum warga Jemaat aktif bergereja pergi beranjak pulang
meninggalkan gedung gereja di hari Minggu atau hari-hari kebaktian
lainnya.
Gereja Pimpinan Gereja Pucuk pimpinan Gereja Majelis Gereja masa kini
di tanah air, harus lebih ekstra bekerja keras di hari-hari ini. Siapa
yang mengutus, melakukan Tugas Pengutusan Gereja? Para pimpinan
Gereja: Penatua/sintua, Diaken, Gembala Pelayan Tahbisan Non Tahbisan
Bishop penilik overseer, Ketua Dewan Marturia, Koinonia, Diakonia.
Sejatinya jemaat tidaklah diutus ke dalam, tapi ke luar 'hadir' di dan
ke tengah-tengah masyarakat, komunitas, bangsa.. untuk melayani dan
bersaksi.. sesuai dengan bidang minat, kata hati nurani, talenta,
profesi karunia kompetensi sumber daya, pengetahuan.. yang dipunyai
oleh masing-masing anggota/keluarga jemaat tersebut.
Apa tugas Gereja selanjutnya? Bukan hanya sekedar kumpul-kumpul sosial
tanpa mission statement yang jelas. Dr. Martin Luther King Jr
mengatakan kalau hanya demikian, dipastikan Gereja akan hilang makna
daya greget dan power spiritualitasnya. Gereja secara refleks harus
membina memuridkan mengkader merekrut (rekrutmen) 'mereka' yang baru
tersesat' dan ditemukan kembali oleh anggota warga jemaat terutus,
'jemaat yang sudah ada (eksis)'. Tujuannya agar mereka bisa jadi calon
anggota lantas jadi anggota Gereja yang bertumbuh rohaninya,
sosialnya, cara pandangnya serta pemahamannya.
Dengan demikian, dalam rangka pembangunan bangsa menuju tinggal
landas, gereja (persekutuan orang-orang yang percaya kepada Yesus
Kristus) harus berusaha mengenal Kristus serta situasi dalam rangka
pembangunan bangsa sebagai pengamalan Pancasila dan mengenal dirinya
sebai-baiknya. Oleh sebab itu dalam terang Injil kerajaan Allah,
gereja harus mengambil bagian secara positif, kreatif, kritis dan
realistis dalam pembangunan bangsa. Dalam hubungannya dengan umat
beragama lainnya, gereja diharapkan dapat mengembangkan dialog dan
tanggungjawab bersama untuk meletakkan landasan moral etik dan
spiritual yang kokoh bagi pembangunan bangsa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Seseorang di segani dan di hormati bukan karena apa yang di perolehnya, Melainkan apa yang telah di berikannya. Tak berhasil bukan karena gagal tapi hanya menunggu waktu yang tepat untuk mencoba lagi menjadi suatu keberhasilan hanya orang gagal yang merasa dirinya selalu berhasil dan tak mau belajar dari kegagalan

BERITA TERKINI

« »
« »
« »
Get this widget

My Blog List

Komentar