7 Oktober 2012

Sejarah Perjumpaan Gereja dan Islam

INSTITUT ALKITAB TIRANUS
Mata Kuliah : Perjumpaan Umat Kristiani dengan Umat Islam
Dosen : Jon Culver, Ph.D.
Tugas : Resensi Buku
Sejarah Perjumpaan Gereja dan Islam
Nama : Adrianus
NIM : 09 21 5763

Buku ini bertujuan memberi gambaran singkat kepada pembaca untuk
melihat dan memahami tentang sejarah perjumpaan antara Gereja dan
Islam.
Tinjauan Kritis
1. Buku ini cukup memberi keterangan tentang sejarah perjumpaan Islam
dan Kristen. Bab pertama dari buku ini memberi penjelasan tentang
sejarah masuknya pengaruh Islam ke dalam kekaisaran Romawi Timur yang
merupakan negara Kristen. Masuknya pengaruh Islam ke dalam kekaisaran
Romawi Timur tidak terlepas dari munculnya perpecahan dalam gereja itu
sendiri. Perselisihan yang hebat antara penganut Nestorian dan
Monofisit mengenai tabiat Ilahi dan tabiat manusiawi di dalam diri
Yesus. Akibat perbedaan ini memunculkan perselisihan antara
orang-orang Nestorian dan orang-orang Monofisit. Pada konsili
Chalcedon pendapat dari Nestorian dan Monofisit di tolak oleh kaisar
Kontantinus dan negara mulai menindak kedua golongan ini. Kesempatan
inilah yang dimanfaatkan oleh orang-orang Islam untuk menarik simpati
dari orang-orang Nestorian dan Monofisit, akhirnya mereka semakin
membenci kaisar dan memandang orang-orang Islam sebagai pembebas.
Walaupun setelah Islam menguasai daerah mereka kedua kelompok ini
tetap di perlakukan sebagai warga kelas dua dan mereka harus menaati
perjanjian-perjanjian yang membatasi hidup mereka.

2. Demikian juga dengan pergumulan antara Kristen dan Islam dalam
bidang politik dan militer, buku ini telah memberikan gambaran yang
cukup, sehingga pembacanya mengerti kondisi politik dan militer pada
abad ketujuh dan kesembilan di mana saat itu sedang terjadi perluasan
Kerajaan Arab. Buku ini juga memberi penjelasan dan membuka wawasan
pembaca tentang sepak terjang nabi Muhammad sebelum wafat serta
hal-hal yang memotivasi orang-orang Arabia untuk menginvasi
daerah-daerah sekitarnya setelah Muhammad wafat. Pada zaman Muhammad
Arabia belum merupakan suatu kesatuan di bidang politik dan religius.
Disemenanjung Arabia sudah tersebar orang-orang Kristen, di gurun
terdapat banyak biara. Banyak orang Arab dan bahkan Muhammad sendiri
mengadakan perjalanan ke Syria dan tentu banyak berkenalan bersentuhan
dengan orang-orang Kristen. Bukti lain bahwa Muhammad banyak
bersentuhan dengan orang Kristen adalah beberapa saudara dari istri
Muhammad adalah orang Kristen. Keterangan ini memberi informasi bahwa
pemikiran orang-orang Arab sebenarnya banyak diresapi oleh
gagasan-gagasan agama Kristen. Namun sayang ke-Kristenan yang dikenal
oleh Muhammad saat itu adalah ke-Kristenan yang mutunya agak merosot.
Mungkin hal inilah yang membuat Muhammad tidak menjadi orang Kristen
tetapi membuat agama sendiri.
Sebelum wafat, Muhammad telah menaklukkan seluruh Arabia ke dalam
agama Islam. Karena kondisi Arabia yang miskin dengan penduduk yang
besar, mendorong mereka untuk mengadakan invasi ke daerah tetangga
mereka. Agama Islam telah menjadi alat pemersatu di antara orang-orang
Arabia dan membuat serangan mereka begitu kuat. Daerah-daerah yang
ditaklukkan diberi pilihan apakah mau masuk Islam atau tetap memeluk
kepercayaannya tetapi dengan persyaratan-persyaratan, misalnya: mereka
harus bayar pajak dan cara hidupnya serba diatur. Hal-hal seperti
inilah yang menyebabkan orang-orang percaya mengalami penurunan.
Kemampuan orang-orang Islam dalam memperluas wilayahnya sangat
fantastik, dalam waktu yang singkat mereka dapat menaklukan
semenanjung Arabia sampai ke Spanyol. Dapat dikatakan bahwa Islam pada
abad ketujuh sampai abad ke sembilan, mereka sangat maju dalam bidang
politik dan militer, dan dapat disimpulkan bahwa kemajuan yang mereka
alami karena agama Islam telah mempersatukan mereka.
Dan sebaliknya pada abad ini ke-Kristenan mengalami kemerosotan baik
dalam bidang politik, kebudayaan dan kegerejaan. Keberadaannya sangat
memprihatinkan, luas wilayah berkurang, kemerosotan moral dan korupsi
merajalela dalam gereja. Karena adanya perlakuan yang kurang baik dari
penguasa Islam kepada orang-orang Kristen yang melakukan ziarah ke
Yerusalem maka Paus Urbanus menyerukan untuk melakukan perang salib.
Hasil perang salib dibidang politik dan militer sebenarnya lebih
bersifat negatif dari pada positif. Perang salib ini telah membawa
dampak yang panjang dalam sejarah Kristen dan Islam. Perang salib ini
telah memperburuk hubungan antara orang Islam dan Kristen dalam jangka
yang panjang. Kepahitan akibat perang salib begitu dalam merusak hati
sehingga untuk memulihkan hubungan antara Kristen dan Islam memerlukan
kesabaran dan waktu yang panjang.
3. Apa yang penulis bahas pada bab 3 tentang kedudukan orang Kristen
di bawah kekuasaan Islam cukup menarik dan memberi masukan-masukan
kepada pembaca mengenai peristiwa apa yang terjadi pada masa
pemerintahan khalifat Arab. Pada masa ini daerah Kristen yang
ditaklukkan oleh orang Islam diperlakukan semakin ketat dengan bebagai
macam ketentuan dan pada masa ini juga kebijakan-kebijakan yang
diambil Khalifat lebih mengarah kepada peng-Islaman. Kedudukan
orang-orang Kristen dibawah kekuasaan Islam mengalami kemerosotan.
Hubungan antara orang Kristen dan Islam terungkap dalam 12 ketentuan
yang harus ditaati secara mutlak; pelanggarannya diganjar hukuman
mati. Walaupun disatu pihak ketentuan ini memperlihatkan toleransi, di
mana orang Kristen diberi kebebasan untuk tetap menyelenggarakan
ibadah, tetapi tetap ada anggapan bahwa agama Kristen lebih rendah
dari agama Islam, bukan itu saja dalam segala hal harus menjadi nyata
bahwa orang Kristen lebih rendah tingkatannya dari orang Muslim baik
dalam berpakaian, rumah dan kenderaan mereka. Satu hal yang sangat
menghambat orang Kristen adalah adanya larangan untuk penginjilan, hal
ini telah merongrong hakekat gereja, karena bagi orang Kristen
mustahil untuk tidak menginjili, larangan ini sangat merugikan pihak
Kristen, demikian juga dengan gereja kehilangan suatu rangsangan
rohani yang vital dan daya tahannya diperlemah. Dalam pemerintahan
kalifat Al-Hakim orang-orang Kristen semakin tidak berdaya, gereja
banyak dibongkar, dan puluhan ribu orang Kristen dipaksa masuk Islam.
Dapat dikatakan bahwa selama masa periode Kalifat ada periode-periode
yang ketat, namun ada juga periode-periode yang penuh dengan
toleransi. Dalam hal ini penulis buku ini berpendapat bahwa
orang-orang Kristen dibawah pemerintahan Kalifah-Kalifah sudah
lumayan. Saya tidak sependapat dengan penulis, alasannya dengan
perlakuan dan pembatasan dalam segala kehidupan, dengan perlakuan
sebagai warga negara kelas dua, gereja harus menyesuaikan diri
terhadap pandangan Islam. Hal ini bukan suatu yang lumayan tetapi
suatu kemunduran dan perlakuan tidak adil bagi orang-orang Kristen.
Jika dikatakan ada toleransi, tetapi toleransi tersebut tetaplah ada
ketentuan-ketentuan yang mengikat, jadi toleransi yang tidak memberi
kebebasan penuh. Demikian juga halnya dengan kedudukan orang-orang
Islam di bawah kekuasaan Kristen dapat dikatakan tidak terlalu ditekan
dan cukup toleran, walaupun harus diakui dibeberapa tempat juga ada
persyaratan-persyaratan yang orang Islam harus ikuti dan bahkan ada
pemaksaan untuk masuk ke agama Kristen. Ke-Kristenan cukup toleran
karena misi utama mereka bukan untuk menaklukan suatu daerah ke dalam
kekristenan, tetapi misi mereka berkaitan dengan alasan ekonomi. Jadi
tidak heran pada zaman Kolonial misi-misi Kristen sering kali
menghadapi tantangan dari pemerintah kolonial itu sendiri. Walaupun
bangsa-bangsa Eropa memiliki identitas Kristen, tetapi di dalamnya
selalu terdapat aliran-aliran yang melawan gereja.
4. Pada bab 4 pemaparan penulis tentang penilaian terhadap Islam
dalam sejarah teologi Kristen. Pemaparan penulis ini cukup memberi
gambaran tentang pandangan-pandangan dan penilaian para teolog Kristen
terhadap agama Islam.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dan disimak oleh orang-orang Kristen
di Indonesia sekarang ini berkaitan dengan pendekatan umat Kristen
terhadap Islam.
1. Salah satu hal yang perlu diperhatikan untuk pendekatan umat
Kristen kepada umat Islam adalah adanya persamaan-persmaan antara
kedua agama tersebut. Persamaan-persamaan ini perlu diperhatikan
karena dapat dimanfaatkan sebagai pendekatan untuk berdialog dengan
orang-orang Islam. Persamaan-persamaan itu dapat terlihat dalam hal:
sama-sama mempertahankan keesaan Allah, sama-sama mendasarkan diri
atas wahyu, sama-sama mengajarkan bahwa manusia adalah mahluk Allah,
dan sama-sama percaya bahwa pada hari kiamat masing-masing orang harus
mempertanggungjawabkan perbuatannya. Selain itu juga terdapat
tokoh-tokoh yang dikenal dalam dalam Kitab Suci Islam maupun Kitab
Suci Kristen, seperti: Adam, Nuh, Musa, Daud, Malaikat-malaikat,
setan-setan dan terutama Yesus sendiri.
2. Kita juga dapat belajar dari pola-pola pendekatan yang dilakukan
oleh beberapa kelompok teolog, seperti: teolog Nestorian yaitu
Timotius I dan Al-Kindi. Pola yang digunakan oleh Timotius adalah
membangun persahabatan. Sebelum berdialog dengan orang Islam, Timotius
terlebih dahulu membangun hubungan dengan pemerintahan Muslim. Dengan
membangun hubungan yang baik, Timotius sangat dihormati oleh
Khalifah-Khalifah dan hubungan antara mereka cukup akrab. Hubungan
yang baik ini telah membuka jalan bagi Timotius untuk berdialog dengan
para Khalifah. Dalam berdialog pun Timotius tetap menghargai dan tidak
menghina orang Muslim, dia tetap mengakui keberadaan Muhammad.
Demikian juga dengan Al-Kindi dengan membangun hubungan yang akrab
dengan seorang teman Arab yang beragama Muslim menolong dia untuk
menyampaikan ajaran Kristiani dan meluruskan anggapan-anggapan orang
Islam yang salah tentang ke-Kristenan. Pola membangun hubungan sangat
menolong dalam melakukan pendekatan kepada orang-orang Muslim.
3. Demikian juga dengan pola-pola yang digunakan oleh para teolog
gereja timur yang terlalu ekstrin. Pola seperti ini dapat menjadi
penghalang untuk bersaksi di tengah-tengah orang Muslim. Misalnya apa
yang dilakukan Johannes Damascenus salah seorang teolog Gereja Timur
yang tidak ragu-ragu menyerang agama Islam, dia melihat secara umum
bahwa agama Islam tidak lebih daripada suatu bidat Kristen, suatu
cabang Arianisme, yang keliru khususnya kristologi dan harus ditolak,
tanpa bersedia memberi penilaian yang positif terhadap beberapa unsur
dalam agama Islam. Jadi sikap beberapa teolog Gereja Timur dilihat
dari tulisan-tulisannya mereka kurang misioner karena tujuan dari
tulisan-tulisan itu bukannya membuat orang Islam datang kepada Yesus,
tetapi pola-pola yang mereka gunakan adalah menghancurkan Islam yang
dipandang sebagai lawan mereka.
4. Pola-pola pendekatan para teolog Gereja Eropa Barat Abad
Pertengahan penting juga untuk diperhatikan, dan bisa diterapkan dalam
pendekatan kepada orang Islam di Indonesia. Misalnya aliran teologi
skolastik yang berusaha menjawab tantangan dari agama Islam secara
ilmiah. Mereka menganggap begitu penting untuk mempelajari agama
Islam. Salah seorang di antara teolog skolastik adalah Petrus
Venerabilis, Ia melihat bahwa polemik yang dapat dipertanggungjawabkan
barulah bisa dilakukan setelah diadakan penelitian-penelitian yang
mendalam. Jadi sangatlah penting untuk memahami agama Islam dengan
baik sebelum mengusahakan pekabaran Injil kepada orang-orang Islam.
Dengan memahami Islam secara baik, maka kita pun akan belajar untuk
mendengar dan menghormati mereka tanpa ada unsur mempersalahkan. Pola
seperti ini akan memudahkan pendekatan kepada orang Islam.
Hal yang sama juga dilakukan oleh para tokoh reformasi yaitu Luther
dan Calvin, di mana mereka tidak dengan penggunaan kekerasan untuk
melakukan pendekatan kepada orang-orang Islam. Dalam tulisannya Luther
megenai Islam, Luther tidak memandang penganutnya sebagai musuh yang
harus dibasmi (dalam suatu perang salib), melainkan sebagai manusia,
kepada siapa Injil harus dikabarkan. Walaupun Luther tetap menolak
agama Islam. Demikian juga dengan Calvin dalam menghadapi orang-orang
Islam menganjurkan di dalam memberitakan ajaran Kristen harus dengan
sikap lemah-lembut dan mendoakan mereka kepada Allah, agar mereka
bertobat.

Persepsi orang Kristen terhadap Islam dan pengaruhnya terhadap
kesaksian orang kristen
1. Adanya persepsi terhadap nabi Muhammad sebagai pendiri agama Islam
bahwa sebelum mendirikan agama Islam Muhammad telah mengenal agama
Kristen dan tahu mengenai Yesus. Hal ini menimbulkan persepsi orang
kristen bahwa agama Islam adalah agama orang-orang sesat. Agama Islam
adalah suatu sekte dalam ke-Kristenan, suatu aliran sesat dalam
lingkungan Kristen, oleh karena itu pengikut-pengikut aliran sesat ini
harus dihukum. Persepsi demikian telah menutup kesaksian orang
Kristen.
2. Adanya persepsi bahwa agama Islam adalah "pihak lawan" atau musuh
kebenaran dan adanya persepsi bahwa pokok-pokok ajaran dalam Islam
adalah palsu, karena tidak sesuai dengan akal sehat atau pemikiran
yang rasional. Jadi pandangan seperti ini sangat mempengaruhi
kesaksian Kristen kepada orang Islam. Bagaimana mungkin bisa mengasihi
dan melayani orang-orang Muslim kalau orang Kristen masih punya
persepsi seperti itu. Hendaknya orang Kristen memandang orang-orang
Islam sebagai orang-orang berdosa yang sesat, yang dikasihi oleh Allah
dan mereka membutuhkan Injil.

2 komentar:

  1. Islam melalui quran oleh jibril menghasut umat islam spy memusuhi Kristen dan Yahudi krrn syirik kafir dll.Sehinga hrs di bunuh /di perangi Qs 9 : 29.Qs 2 : 19. Jadi yg membenci itu umat islam thd Krsten dan Yahudi. Bahkan sampai bom bunuh diri sgl, intimidasi diskriminasi Itulah sebabnya bgs Indonesia tdk di berkati Tuhan.Krn anak2 Tuhan di hina

    BalasHapus
    Balasan
    1. Walaupun demikian, wajib hukumnya untuk mengasihi mereka, kita (kristen) harus membawa mereka kembali ke dalam kemah Abraham...

      Hapus

Seseorang di segani dan di hormati bukan karena apa yang di perolehnya, Melainkan apa yang telah di berikannya. Tak berhasil bukan karena gagal tapi hanya menunggu waktu yang tepat untuk mencoba lagi menjadi suatu keberhasilan hanya orang gagal yang merasa dirinya selalu berhasil dan tak mau belajar dari kegagalan

BERITA TERKINI

« »
« »
« »
Get this widget

My Blog List

Komentar