BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Setelah
kejatuhan manusia ke dalam dosa (Kejadian 2 dan 3) maka Allah memberikan janji
penyelamatan dengan tujuan yang terpenting yaitu untuk membebaskan manusia dari
dosa (Kejadian 3:15; Matius 1:21; Galatia 4:4; 1 Timotius 2:5) dan janji
penyelamatan-Nya itu ditopang dengan janji berkat-Nya, serta meneguhkan
umat-Nya sebagai alat berkat-Nya bagi dunia (Kejadian 12:1-3; Yesaya 49:6) ini menunjukkan bahwa Allah berdaulat
atas ciptaan-Nya, dan juga berdaulat atas keselamatan.”[1]
Penyelamatan Allah terus dinyatakan dengan memberikan janji kepada Abraham
sampai keturunannya bahwa Allah akan membuat Abraham menjadi bangsa yang besar
dan akan memberkati kemanapun pergi. Penyelamatan Allah juga dinyatakan melalui
pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Allah menginginkan setiap
umat-Nya memperoleh keselamatan dari pada-Nya, dan Allah juga melibatkan
umat-Nya yang sudah diselamatkan untuk membagikan keselamatan itu bagi manusia
yang belum diselamatkan.
Sesuai
dengan perintah yang diberikan Tuhan
Yesus kepada murid-murid-Nya pada waktu akan naik ke sorga yaitu “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa
murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan
ajarlah mereka melakukaan segala sesuatu yang telah kuperintahkan kepadamu. Dan
ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman.” (Matius
28:19-20). “Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus ini diperuntukkan, agar semua
orang percaya pergi ke seluruh dunia untuk memberitakan Injil kepada segala
makhluk bukan merupakan suatu tantangan, melainkan suatu perintah, amanat ini
merupakan suatu tanggung jawab yang harus dipikul.”[2] “Setiap
orang percaya mengemban amanat untuk membaktikan diri dalam membuat Injil
menjadi perhatian seluruh umat manusia, ini merupakan tanggung jawab yang tidak
dapat diabaikan.”[3]
Penginjilan
itu lebih dari sekedar metode, penginjilan adalah sebuah berita Keselamatan. Berita
tentang kasih Allah, tentang dosa manusia, tentang kematian Kristus, tentang
penguburan-Nya, dan kebangkitan-Nya. Penginjilan adalah berita tentang
pengampunan dosa dari Allah, yang menuntut suatu tanggapan menerima Injil itu
dengan iman, lalu menjadi murid Yesus.[4]
Penginjilan bukan hanya menyampaikan kabar baik dengan penuh kesetiaan tapi
juga menuntut keberhasilan membawa jiwa-jiwa baru bagi Tuhan.
Dalam menjalankan penginjilan ke seluruh
dunia, banyak tantangan yang harus dihadapi seperti bahasa, adat-istiadat,
politis, dan sistem kepercayaan dalam masyarakat. Tantangan ini sering menjadi
penghambat dalam memberitakan Injil. Melihat
permasalahan tersebut dibutuhkan model penginjilan yang sesuai dengan kehidupan
masyarakat yang ada. “Injil Kristus harus dibawa dan diberitakan kepada manusia
dalam keadaan yang konkrit sebagaimana adanya, karena setiap orang mempunyai
pola dan adat istiadat dalam budayanya masing-masing.[5]
Di
Indonesia penginjilan itu dilakukan dengan berbagai cara misalnya: mengadakan
kebaktian kebangunan rohani di gereja, stadion, sekolah-sekolah, lembaga-lembaga
rohani atau fasilitas umum. Cara yang lain yang digunakan adalah membagikan
traktat, pemutaran film Tuhan Yesus yang sudah diterjemahkan dalam berbagai
bahasa, selain itu pelayanan sosial juga digunakan untuk tujuan penginjilan.
Pelayanan ini memang sering berhasil, namun tidak maksimal. Misalnya kebaktian
kebangunan rohani orang yang hadir hanya menikmati lagu-lagu pujian yang dinyanyikan
dan khotbah-khotbah yang indah namun tidak mengalami perjumpaan secara pribadi
dengan Kristus. Pembagian traktat juga kurang berhasil, karena kebanyakan dari traktat
tersebut diterjemahkan dari bahasa Inggris yang tidak sesuai dengan konteks
lokal.[6]
Seorang penginjil sering mengalami kesulitan
dalam menyampaikan Injil karena hanya mengandalkan pengetahuan dan keberanian
tanpa memiliki model penginjilan yang tepat. Seorang penginjil harus dituntut
memilki kemampuan dalam menyampaikan berita Injil dan harus memiliki model
penginjilan yang baik dan mudah diterima oleh orang atau masyarakat yang sedang
dilayani. “Mengkomunikasikan Injil membutuhkan model tepat guna. Suatu model yang
dapat dijadikan pedoman baik tentang urutan inti berita, bobot dan kesesuaian
berita, cara pendekatan dan penyampaian berita.”[7]
Melihat permasalahan tersebut, maka dibutuhkan
model penginjilan yang tepat yang mudah diterima oleh masyarakat. Penulis
tertarik mengkaji model penginjilan Yesus dalam Injil Matius, kajian ini akan
dituangkan dalam skripsi dengan judul “MODEL PENGINJILAN YESUS DITINJAU DARI INJIL
MATIUS DAN PENERAPANNYA PADA MASA KINI”.
B.
Rumusana Masalah
Untuk
memahami model penginjilan Yesus menurut Injil Matius, maka penulis merumuskan
pokok-pokok permasalahan dalam penulisan ini yaitu sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah ajaran Alkitab tentang
penginjilan?
2.
Bagaimanakah model penginjilan Yesus
menurut Injil Matius?
3.
Bagaimanakah penerapan model penginjilan
Yesus berdasarkan Injil Matius pada masa kini?
C.
Tujuan Penelitian
Tujuan
penulisan skripsi ini adalah untuk:
1.
Menjelaskan ajaran Alkitab tentang
penginjilan.
2.
Menjelaskan model penginjilan Yesus
menurut Injil Matius.
3.
Menguraikan penerapan model penginjilan
Yesus berdasarkan Injil Matius pada masa kini.
D.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang
lingkup penelitian ini hanya dibatasi pada model penginjilan Yesus menurut
Injil Matius dan penerapannya pada masa kini. Pembatasan ini dilakukan karena
penulis ingin berfokus pada model penginjilan Yesus menurut Injil Matius dan
penerapannya pada masa kini.
E.
Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis, melalui penelitian ini
penulis lebih mengetahui dan memahami model penginjilan Yesus menurut Injil
Matius dan dapat menerapkannya ketika masuk dalam pelayanan.
2. Bagi pemberita Injil, hasil
penelitian diharapkan dapat memberikan petunjuk praktis bagi seorang penginjil
dalam menjalankan penginjilan.
F.
Metode Penelitian
Dalam
penelitian ini penulis menggunakan metode kepustakaan (library research). Jadi
tinjauan pustaka memaparkan apakah yang sudah dikerjakan dan ditulis oleh
penulis lain sebelumnya, menguraikan teori dan konsep berkaitan dengan masalah
yang sedang diteliti untuk memperoleh kesimpulan atau jawaban sementara dari
masalah tersebut. Tinjauan pustaka memberikan tuntutan untuk memperoleh wawasan
keilmuan berkaitan dengan masalah yang diteliti.”[8]
Sumber
pustaka yang digunakan adalah menggunakan dua sumber yaitu sumber primer dan sumber
sekunder. Sumber primer yaitu Alkitab yang menjadi tolak ukur penginjilan, kususnya
Injil Matius dalam meninjau dan mengkaji tentang model penginjilan Yesus dan
penerapannya pada masa kini, sedangkan sumber sekunder yaitu buku-buku teologi yang
dapat membantu dalam pembahasan ini, jurnal-jurnal teologi yang berkaitan
dengan penginjilan, artikel-artikel yang dapat mendukung dalam penelitian.
G.
Penegasan Istilah
1. Model adalah pola dari segala sesuatu
yang akan dibuat; contoh dari segala sesuatu yang akan dibuat.”[9]
Jadi model adalah pola atau contoh dari segala sesuatu yang akan dibuat.
2. Penginjilan atau evangelism, berasal dari kata dalam bahasa Yunani yakni “Euangelion” yang berarti good news atau kabar baik. Kabar
baik yang dimaksud adalah Injil, The
Gospel, yang berisi berita keselamatan, berita pengampunan, berita
perdamaian, dan berita pengudusan bagi orang berdosa. Kabar baik adalah
anugerah yang dapat diperoleh melalui Yesus Kristus, dan dengan iman kepada-Nya
orang berdosa mendapatkan hidup kekal.”[10]
Jadi penginjilan adalah menyampaikan kabar baik atau berita keselamatan
mengenai kematian dan kebangkitan Yesus Kristus bagi orang berdosa.
H.
Sistematika Penulisan
Sistematika
penulisan skripsi ini dapat disusun sebagai berikut:
Bab
pertama, akan dipaparkan tentang pendahuluan yang meliputi: latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, ruang lingkup penelitian, metode
penelitian, penegasan istilah, sistematika penulisan.
Bab
kedua, akan dipaparkan tentang dasar-dasar Alkitab tentang penginjilan yaitu
pandangan Perjanjian Lama dan pandangan Perjanjian Baru.
Bab
ketiga, akan dipaparkan tentang ekposisi model penginjilan Yesus berdasarkan
Injil Matius.
Bab
keempat, akan dipaparkan tentang penerapan model penginjilan Yesus menurut
Injil Matius pada masa kini.
Bab kelima, akan ditutup dengan
kesimpulan dan saran sebagai hasil kajian dari skripsi ini.
[1] Y. Tomatala, Penginjilan Masa Kini (Malang: Gandum Mas, 2004) 8.
[2]
Murray W. Downey, Cara-cara
Memenangkan Jiwa (Bandung: Kalam Hidup, 1957) 5.
[3] J. I. Packer, Penginjilan Dan Kedaulatan Allah Evangelism And The Sovereignty Of God (Surabaya:
Momentum, 2003) 16.
[4]
Billy Graham, Berita Injil Standar
Alkitabiah Bagi Penginjil (Bandung: Lembaga Literatur Baptis & Yayasan
Andi, 2002) 17.
[5] H. Venema, Injil
Untuk Semua Orang, Pembimbing ke Dalam Ilmu Misiologi, Jilid I (Jakarta:
Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1997) 32.
[6]
Makmur Halim, Model-model
Penginjilan Yesus Suatu Penerapan Masa Kini (Malang: Gandum Mas, 2003) 21.
[7]
D.W. Ellis, Metode Penginjilan
(Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2005) 6.
[8] Sunarto, Materi Pembelajaran Metodologi Penelitian (Cianjur: STT SAPPI,
2011) 34.
[9] Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Gitamedia Press, tnp. thn) 535.
[10] Halim, Model-model Penginjilan Yesus Suatu Penerapan Masa Kini, 25.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar