BAB
III
PEMAHAMAN
ALKITAB TERHADAP PRIBADI
DAN
KARYA YESUS KRISTUS
Bab ini akan membahas pemahaman Alkitab terhadap
pribadi dan karya Yesus Kristus. Siapakah Yesus itu? Apakah Dia sungguh Mesias,
Anak Allah, apakah Dia ada sebelum dunia ini dijadikan, dan apakah Yesus adalah
Allah sejati dan manusia sejati? Bagaimana
dengan kelahiran, kehidupan, pengajaran, mujizat, kematian, kebangkitan dan
kenaikan-Nya, serta kedatangan-Nya kembali? Kebenaran
kekristenan tergantung sepenuhnya pada kebenaran Yesus Kristus dan
keberadaan-Nya yang sebenarnya.
Pribadi
Yesus Kristus
Perbedaan antara pribadi dan karya Yesus
Kristus tidak dapat dipisahkan karena keduanya berkaitan sangat erat. Dengan
mengetahui pribadi-Nya, akan menolong kita untuk memahami betapa pentingnya
karya penebusan-Nya, menolong untuk memahami dampak atau hasil karya
penebusan-Nya, serta dapat menerima dan mengalami karya penebusan-Nya.
Siapakah Kristus? Pertanyaan ini banyak
menarik perhatian dan juga merupakan tema yang banyak menimbulkan kontroversi.
Di satu sisi Yesus memiliki pengagum yang luar biasa, tetapi di lain sisi ada
juga orang-orang yang membenci Dia. Yesus adalah pribadi yang unik, keunikan
inilah yang telah menimbulkan banyak kontroversi, baik dikalangan Kristen
maupun kalangan non-Kristen. Stephen
Tong dalam bukunya menulis:
Sejarah telah
membuktikan bahwa sejak Kristus berada di dalam dunia ini sampai sekarang tidak
kurang dari berjuta-juta orang yang membenci Yesus bukan saja membunuh Dia,
tetapi juga merencanakan pemusnahan dari pengaruh yang telah diberikan-Nya
serta berusaha menghapuskan semua kesan yang telah diberikan-Nya dari dalam
otak manusia. Tetapi sejarah juga telah menunjukkan ada begitu banyak orang
yang semula membenci Dia berbalik menjadi orang-orang yang sangat mencintai
Dia, dan sebaliknya hanya sedikit, bahkan sangat sedikit orang yang semula
mencintai Dia lalu berbalik membenci-Nya (Tong, 1995:VII).
Ajaran tentang pribadi dan karya Kristus
merupakan inti pengajaran dalam kekristenan. Kita tidak mungkin hanya mengenal
karya Yesus tanpa mengenal Pribadi-Nya. Jika kita hanya mengenal Yesus sebagai
Juruselamat pribadi berarti kita hanya mengenal Yesus dari sudut karya-Nya saja
dan mengabaikan Pribadi-Nya. Jadi pengenalan Yesus yang sempurna semestinya
meliputi Pribadi (siapakah Dia) dan karya-Nya (apa yang telah dikerjakan untuk
kita).
Dalam memahami pribadi dan karya Yesus
Kristus, sangatlah penting untuk melihat bahwa metode atau sistim kristologi
manapun tidak akan benar tanpa didasari oleh pandangan Alkitab. Penyelidikan
tentang pribadi dan karya Yesus Kristus yang historis maupun fakta-fakta
teologi tentang Yesus harus dilihat dan dipahami di bawah terang ajaran
Alkitab. Alkitab harus diterima sebagai Firman Allah yang benar dan otoritatif
(berkuasa), dengan menerima Alkitab sebagai Firman Tuhan yang benar dan
berkuasa, berarti juga menerima keilahian, kelahiran-Nya dari seorang perawan,
kehidupan-Nya yang tanpa dosa, kematian-Nya sebagai pengganti orang berdosa,
serta kebangkitan-Nya, dan kedatangan-Nya kembali. Tanpa Alkitab, pemahaman
akan pribadi dan karya Yesus Kristus akan menimbulkan keraguan dan memunculkan kecenderungan
untuk mempersoalkan fakta-fakta mengenai pribadi dan karya Yesus Kristus.
Memahami pribadi dan karya Yesus Kristus,
harus berangkat dari Alkitab secara
menyeluruh. Tanpa berdasarkan Alkitab, kita tidak akan pernah memiliki pemahaman
yang benar terhadap pribadi dan karya Yesus Kristus. Demikian juga dengan pemahaman
yang hanya didasarkan pada apa yang tertulis dalam keempat injil belumlah
lengkap tanpa melihat fakta-fakta tentang Yesus Kristus yang tertulis dalam
kitab-kitab lainnya, misalnya Kisah Para Rasul, surat-surat kiriman para rasul
dan kitab Wahyu. Pemahaman yang benar terhadap pribadi dan karya Yesus Kristus,
harus dibangun dan didasarkan pada pendekatan secara Alkitabiah.
Ajaran-Ajaran
Yang Menyerang Pribadi Yesus
Ajaran-ajaran sesat yang menyerang
pribadi Yesus sudah ada sejak zaman gereja mula-mula. Munculnya kaum Ebionit
pada abad kedua dari kaum percaya bangsa Yahudi, golongan ini menyangkali
keilahian Yesus Kristus. Golongan Gnostik mengajarkan bahwa Yesus memiliki
tubuh yang nyata tetapi menyangkali kenyataan bahwa tubuh itu bersifat fisik
atau materi, golongan ini menyangkali kemanusiaan Yesus Kristus. Golongan Arian
mengajarkan bahwa Yesus tidak ada sebelumnya, Yesus adalah makluk ciptaan dan
dalam keadaan-Nya sebagai ciptaan, Dia disebut logos, Anak, Anak Tunggal dan
Awal ciptaan Allah.
Arius mengajarkan bahwa meski Yesus
disebut Allah, Dia bukanlah Allah dalam pengertian yang sepenuhnya, tetapi
merupakan yang tertinggi dari seluruh makluk ciptaan. Intinya Arian mengajarkan
bahwa Yesus adalah makluk ciptaan, keberadaan Yesus Kristus tidak kekal, mereka
mengajarkan bahwa Kristus adalah roh pertama yang diciptakan (Walvoord,Tt:16).
Apa yang diajarkan oleh golongan Arian bertentangan dengan apa yang diajarkan
Alkitab.
Apolinarius seorang uskup terkenal dari
Laodikia, ajarannya menyangkali kepenuhan hakikat kemanusiaan Yesus. Nestorius,
uskup dari Konstantinopel, ajarannya menyangkali kesatuan nyata dari hakekat
ilahi dan manusia di dalam Yesus. Eutisian mengajarkan bahwa Yesus bukan Allah
maupun manusia, tetapi pribadi ketiga yang dihasilkan dari percampuran dua
hakikat. Monofisit menyangkali dua hakikat dan kehendak di dalam satu pribadi
Yesus Kristus.
Gerakan lainnya yang memperdebatkan
pribadi dan karya Yesus Kristus adalah gerakan Liberalisme Moderen yang dimotori
oleh Ritschl dan Schleirmacher, mereka berpandangan bahwa Alkitab tidak dapat
diterima secara serius mengenai isi historis atau faktanya, melainkan isi
Alkitab hanya direnungkan sebagai sarana untuk memperoleh pengertian-pengertian
rohani. Pandangan ini jelas menimbulkan penolakan terhadap pribadi Yesus yaitu
penolakan terhadap kepenuhan keilahian Yesus Kristus. Selain gerakan
Liberalisme Modern, gerakan Neo-ortodoks
mencoba untuk membelokkan ajaran Yesus Kristus dalam Alkitab. Gerakan
ini mengajarkan bahwa Allah hadir di dunia ini, tetapi tidak lebih besar dari
dunia. Para pendukung gerakan Neo-ortodoksi seperti Barth, Brunner, Niebuhr
memiliki kecenderungan untuk menekankan Yesus yang bersifat pengalaman dari
pada Yesus dalam Alkitab. Alkitab hanya dipandang sebagai suatu saluran wahyu
dan bukan catatan obyektif yang nyata. Gerakan yang lebih liberal lagi muncul
yaitu gerakan yang dimotori oleh Rudolf Bultmann, Bultmann memiliki kecenderungan
untuk melemahkan fakta tentang Yesus yang bersejarah dalam Alkitab dan lebih
menekankan pada apa yang dipercayainya dari pada menekankan pada apa yang
diajarkan oleh Alkitab yang sebenarnya. Bultmann memandang Alkitab sudah banyak diubah
sehingga tidak dapat lagi diterima nilainya. Para ahli teologi liberal pada umumnya
menyangkal sifat otoritas Alkitab (Walvoord, Tt: 9-12).
Kemanusia Yesus Kristus juga mendapat
serangan dari bidat Doketisme yang mengajarkan bahwa Yesus hanya “kelihatannya”
memiliki suatu tubuh tetapi pada kenyataannya hanya seperti suatu keberadaan
yang memakai topeng. Bidat lainnya yang juga melawan kemanusiaan Yesus Kristus
adalah bidat Monofisit, bidat ini mengajarkan bahwa sebenarnya Yesus bukan
memiliki dua natur tetapi hanya satu natur, natur yang satu ini bukan hanya
manusia dan bukan hanya ilahi, tetapi percampuran dari keduannya, memanusiakan
yang ilahi dan mengilahikan yang manusia (Sproul, 2000:111).
Yesus
ada sebelum dunia dijadikan
Alkitab menulis bahwa Yesus Kristus
sudah ada sebelum Ia dilahirkan ke dalam dunia ini (Yoh 1:1-5; 8:58; 17:5,
24; Kolose 1:13-17; Ibrani 1:2, 8; 2:10). Yesus tidak
pernah diciptakan dan Ia selamanya ada, yaitu dari kekal sampai kekal. Keberadaan
Yesus dari waktu kekekalan adalah ajaran yang sangat penting dalam kekristenan.
Dikatakan demikian karena apabila Yesus tidak berada dalam kekekalan, berarti
Yesus adalah ciptaan yang berada dalam waktu, dan ini menyatakan Yesus bukan
Allah. Dalam Yohanes 8:58, Yesus berkata: “sebelum Abraham jadi, Aku ada”,
pernyataan ini mengisyaratkan bahwa diri-Nya adalah kekal dan karena kekal
berarti diri-Nya adalah Allah. Keberadaan Yesus yang sesungguhnya tidak dimulai
dari dalam kandungan Maria, tetapi Yesus telah ada sebelum segala zaman ada
(Yoh. 8:58; 17:5,
24; 8:23). Ini menunjukkan bahwa Yesus ada sebelum segala sesuatu ada, Ia tidak
dibatasi materi, dan segala sesuatu adalah berasal dari pada-Nya.
Eksistensi-Nya melampaui manusia dan tidak dibatasi oleh sejarah manusia. Ia
adalah awal dari segala sesuatu dan Ia adalah akhir dari segala sesuatu (Wong,
1994:13)
Perjanjian Lama memberikan bukti-bukti
tentang kekekalan Yesus, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penampakan
diri Yesus pada zaman Perjanjian Lama yang disebut “theophani” juga memberikan bukti tentang keberadaan-Nya dalam
kekekalan. Nubuatan tentang diri-Nya
(Mesias) dalam Perjanjian Lama dikatakan: “Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata,
hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku
seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala,
sejak dahulu kala” (Mikha 5:1). Ayat ini merupakan salah satu bagian yang
berbicara tentang kekekalan-Nya. Semua nubuatan dalam Perjanjian Lama tentang
kedatangan Mesias merupakan bukti bagi kekekalan-Nya. Yesaya 9:5, menyatakan
bahwa Yesus tidak hanya dinyatakan sebagai Allah Perkasa tetapi juga dinyatakan
sebagai Bapa yang kekal. Keberadaan Yesus dalam Perjanjian Lama mendukung bukti
tentang kekekalan-Nya.
Kekekalan Yesus Kristus juga dinyatakan
di dalam Perjanjian Baru. Pernyataan pada pendahuluan injil Yohanes menguatkan tentang
kekekalan Yesus Kristus, “pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama
dengan Allah dan Firman itu adalah Allah (Yoh. 1:1)”. Kata “pada mulanya”
(Yunani, en archei) agaknya menunjuk
pada suatu waktu dalam masa kekekalan (Walvoord, Tt: 17).
Di dalam surat-surat kiriman Paulus juga terdapat bukti kekekalan Yesus
Kristus, seperti dalam Kolose 1:16-17, “karena di
dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di
bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun
kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia
dan untuk Dia. Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu
ada di dalam Dia.” Ayat ini memberi pernyataan bahwa Yesus Kristus sudah ada
sebelum segala sesuatu diciptakan. Jikalau Yesus Kristus sudah ada sebelum
segala sesuatu diciptakan, berarti keberadaan Yesus bukan diciptakan tetapi
pribadi yang kekal. Yesus sendiri menyatakan diri-Nya bahwa Dia adalah Alfa dan
Omega, yang Awal dan Yang Akhir (Wahyu 1:8,17).
Yesus
Mesias, Anak Allah
Kitab Suci mencatat kedatangan Mesias telah
dinubuatkan ratusan
tahun sebelum Yesus lahir. Dalam Kejadian sampai Maleaki banyak membicarakan
pengharapan akan datangnya Mesias Israel. Perjanjian
Lama mengandung 300 rujukan kepada Mesias yang terpenuhi di dalam Yesus Kristus
(McDowell, 2007:232).
Kata Mesias sendiri berasal dari bahasa Yunani “Messias” yang merupakan perubahan dari bentuk bahasa Aram dari
bahasa Ibrani “Mashach”, artinya
“mengurapi”. Kata yang searti dalam Perjanjian Baru ialah “Kristos” atau
Kristus, artinya “Yang Diurapi”. Jadi Kristus dan Mesias artinya adalah “Yang
diurapi”.
Salah satu konsep
tentang Mesias adalah Dia akan menjadi Raja, Dia anak Daud yang diurapi, Singa
Yehuda yang akan membangun kembali kerajaan Daud yang sudah runtuh. Aspek
inilah yang menjadi pengharapan bangsa Israel, pengharapan Israel terletak pada
kedatangan Seorang yang diurapi sebagai Raja dan Imam, di mana Israel menaruh
pengharapan untuk melepaskan mereka dari dosa dan penindasan. Sejak kecil orang
Yahudi telah diajarkan bahwa bila Mesias itu datang, Dia akan menjadi pemimpin
politik yang akan memerintah dan mengalahkan segala musuh-Nya. Dia akan membebaskan orang-orang Yahudi dari penjajahan pemerintahan
Romawi. Seorang Mesias yang menderita siksaan sama sekali asing bagi konsep
Mesias Yahudi. Josh Mc Dowell dalam bukunya mengutip pendapat dari Joseph
Klausner, seorang sarjana Yahudi, menulis, “Mesias itu kian lama bukan saja
menjadi penguasa politis yang menonjol, melainkan juga orang laki-laki yang
memiliki kualitas-kualitas moral yang menonjol.” Josh juga mengutip apa yang dikatakan oleh
Jacob Gartenhaus, “Orang-orang Yahudi menantikan Mesias sebagai orang yang akan
membebaskan mereka dari penindasan Romawi, jadi pengharapan Mesianis pada
dasarnya adalah demi kebebasan nasional” (McDowell, 2010:65). Jewis
Encylopaedia menyatakan bahwa orang-orang Yahudi merindukan pembebasan yang
dijanjikan akan datang dari keturunan Daud, yang akan membebaskan mereka dari
kuk perampas-perampas asing yang dibenci itu, mengakhiri pemerintahan Romawi
yang kafir itu, dan menggantikannya dengan mendirikan pemerintahan-Nya sendiri
yang penuh damai dan keadilan (McDowell, 2010:65).
Orang Yahudi telah
menaruh segala pengharapan mereka kepada Mesias yang dijanjikan itu. Namun
Yesus begitu berbeda dengan apa yang mereka harapkan. Setelah Yesus disalibkan
dan mati di Golgota, maka semua pengharapan mereka tentang Yesus sebagai Mesias
lenyap. Kebangkitan-Nya telah meyakinkan pengikut-pengikut-Nya bahwa Yesuslah
Sang Mesias. Alkitab mencatat bahwa Yesus Kristus sendiri
menyatakan diri-Nya sebagai Mesias yang dinanti-nantikan dalam Perjanjian Lama.
Dia menyatakan bahwa segenap pekerjaan-Nya adalah penggenapan nubuatan
Perjanjian Lama. Mesias digunakan untuk
menunjuk peran Yesus sebagai Raja dan Hamba yang menderita, Mesias adalah
sebutan yang paling sering digunakan untuk Yesus. Salah satu murid Yesus mengatakan bahwa Yesus adalah Mesias,
Anak Allah. Yesus bertanya kepada Petrus tentang Diri-Nya, Petrus mengakui
bahwa “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup” (Mat. 16:16), Yesus menjawab,
“Berbahagialah engkau Simon Bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu
kepadamu, tetapi Bapa-Ku yang di sorga” (Mat. 16:17). Seorang sahabat Yesus yaitu Marta juga berkata
kepada Yesus, “Ya Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah” (Yoh.
11:27). Natanael juga
mengakui bahwa Yesus adalah Anak Allah, ”Kata Natanael kepada-Nya: "Rabi,
Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!" (Yoh. 1:49). Pengakuan Yesus
kepada Imam Besar menjadi bukti yang menegaskan bahwa diri-Nya sebagai Mesias.
Imam Besar bertanya kepada Yesus: Apakah Engkau Mesias, Anak dari yang Terpuji?
Jawab Yesus, “Akulah Dia”.
Demikian juga dengan nubuatan tentang Yesus sebagai
Mesias dapat dilihat dari beberapa nubuatan yang terpenuhi dalam pribadi Yesus
Kristus. Nubuatan tentang kelahiran-Nya
dari keturunan seorang perempuan (Kej. 3:15) sudah digenapi melalui kelahiran
Yesus dari seorang perempuan yaitu Maria (Galatia 4:4). Ada lusinan nubuatan
dalam Perjanjian Lama tentang Mesias. Nubuatan ini ditulis ratusan tahun
sebelum Yesus Kristus lahir. Nubuatan-nubuatan itu merujuk pada Yesus sebagai
penggenapan nubuat tentang Mesias yang diurapi secara ilahi.
Yesus
adalah Allah Sejati
Keilahian
Yesus merupakan esensi dari Injil
Kristus dalam Perjanjian Baru. Keilahian
Yesus Kristus terus menjadi isu penting dan terus menerus diperdebatkan dalam
gereja. C.S. Lewis dalam bukunya Mere Christianity menulis:
“Saya
berusaha mencegah orang dari mengatakan hal-hal yang bodoh yang biasanya orang
katakan mengenai Dia [Yesus Kristus]: “Saya siap untuk menerima Dia sebagai
seorang pengajar moral yang agung, tapi saya tidak menerima klaim bahwa Dia
adalah Allah” (McDowell, 2010:18).
Konsili
Nicea tahun 325 Masehi, gereja menyatakan bahwa “Yesus dilahirkan bukan
diciptakan”, dan sifat ilahi-Nya mempunyai esensi yang sama (homo ousios) dengan Bapa (Sproul,
2000:103). Pengakuan Nicea ini menyatakan bahwa Pribadi kedua dari Allah
Tritunggal mempunyai esensi yang sama dengan Allah Bapa. Keberadaan Yesus
adalah keberadaan Allah, Yesus bukan hanya seperti Allah, tetapi Dia adalah
Allah. Pengakuan tentang keilahian Yesus didasarkan pada berbagai pernyataan di
dalam Perjanjian Baru.
Beberapa
pernyataan Yesus tentang diri-Nya yang ilahi, “Aku dan Bapa adalah satu (Yoh.
10:30), Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku (Yoh. 14:10), barang siapa
melihat Aku, ia melihat Dia yang telah mengutus Aku (Yoh.12:25), Akulah jalan
kebenaran dan hidup (Yoh.14:6). Yesus juga menegaskan, “Jikalau sekiranya kamu
mengenal Aku, kamu mengenal juga BapaKu” (Yoh. 8:19); “Barangsiapa melihat Aku,
ia melihat Dia, yang telah mengutus Aku” (Yoh. 12:45); “Barangsiapa membenci
Aku, ia membenci juga BapaKu” (Yoh.15:23); “Barangsiapa tidak menghormati Anak,
ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia” (Yoh.5:23). Ayat-ayat ini
sangat jelas menunjukkan bahwa Yesus memandang diri-Nya lebih dari sekedar manusia.
Pernyataan Yesus ini memberikan gambaran diri-Nya sebagai Allah dapat diartikan
bahwa Yesus bukan hanya sekedar nabi, guru yang baik, atau orang saleh. Pernyataan
ini mengacu kepada pribadi Yesus yang menyatakan diri-Nya sebagai yang Ilahi.
Demikian juga dengan pernyataan Yesus yang mampu mengampuni dosa (Markus 2:5;
Luk. 7:48-50).
Bagi orang Yahudi hanya Allah saja yang dapat mengampuni dosa, tak seorangpun di bumi ini memiliki wewenang atau hak untuk
mengampuni dosa, kecuali Allah. Bila Kristus mampu mengampuni dosa, berarti Dia
juga menyatakan diri-Nya sebagai Allah.
Selain
pernyataan Yesus sendiri, Alkitab memberikan cukup banyak bukti tentang
keilahian-Nya, seperti Alkitab secara terang-terangan menyatakan keilahian
Yesus (Yoh. 1:1; 20:28; Rom. 9:5; Filipi 2:6; Titus 2:13; 1 Yoh. 5:20,2), Alkitab
memberikan nama-nama Ilahi kepada Yesus (Yes. 9:5; 40:3; Yer. 23:5, 6; Yoel
2:32), Alkitab mengenakan sifat-sifat Ilahi kepada Yesus, seperti
keberadaan-Nya yang kekal (Yes. 9:5; Yoh. 1:1, 2; Wahyu 1:8; 22:13), berada di
mana-mana (Mat.18:20; Yoh. 3:13), maha tahu (Yoh. 2:24, 25; 21:17;
wahyu 2:23), maha kuasa (Yes. 9:5; Filipi 3:21; wahyu 1:8), tak berubah (Ibr.
1:10-12; 13:8), Alkitab menyebutkan bahwa Yesus yang mengerjakan karya-karya
Ilahi, misalnya penciptaan (Yoh. 1:3,10; Kolose 1:16; Ibr 1:2; 1:10), berdaulat
penuh (Luk.10:22; Yoh. 3:35; 17:2; Efs. 1:22; Kolose 1:17;
Ibr. 1:3), mengampuni dosa (Mat. 9:2-7; Mark. 2:7-10;
Kolose 3:13) (Walvoord, Tt:98). Yesus menerima penyembahan dan penghormatan
yang hanya boleh diterima Allah, Yesus menerima penyembahan sebagai Allah (Mat.
14:33; 28:9), dan kadang menuntut supaya disembah sebagai Allah (Yoh. 5:23). Segala
kekayaan Allah ada di dalam Yesus, hanya Yesus yang dapat menampung segala
kekayaan Allah, sebab Yesus sendiri adalah Allah dan bersatu dengan Allah. Yesus
dapat mewujudkan kemuliaan Allah, hikmat, pengetahuan dan kuasa Allah. Ini
membuktikan bahwa segala keberadaan Allah ada di dalam Yesus. Jadi jelas bahwa
Yesus bukan menyerupai Allah, melainkan Ia adalah Allah sejati. Yesus menyatakan diri-Nya sebagai hakim atas
semua manusia (Mat.25:31; Yoh.5:27), Yesus
memiliki kuasa untuk membangkitkan dan menghakimi orang mati (Yoh.5:21). Demikian
juga dengan pernyataan Stefanus ketika di rajam, “ia berseru dengan suara
nyaring, ‘Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku!’” (KPR. 7:59).
Pernyataan Stefanus mengindikasikan bahwa Yesus adalah Allah, karena roh manusia akan kembali kepada
pencipta-Nya yaitu Allah. Stefanus menyerahkan kembali rohnya kepada Tuhan
Yesus sebagai Allah penciptanya. Apa yang
telah dipaparkan di atas menjelaskan begitu banyak pernyataan Alkitab
mengenai Yesus Kristus sebagai Allah Sejati.
Yesus
adalah Manusia Sejati
Kemanusiaan Yesus Kristus sama
penting dengan keilahian-Nya. Pentingnya kemanusiaan Yesus karena manusia adalah orang yang berdosa, maka yang
harus menebus adalah seorang manusia yang dapat mati (Roma 8:3; Ibr. 2:14-17).
Jika Yesus hanya Allah saja, maka Dia tidak bisa mati untuk menanggung dosa
manusia. Yesus memasuki situasi manusia untuk bertindak sebagai penebus
manusia, Dia menjadi pengganti manusia, Dia menanggung dosa manusia dan
menderita menggantikan manusia, dan yang layak menjadi pengganti adalah manusia
yang tidak berdosa.
Pada tahun 451 Masehi, konsili oikumene
besar Chalcedon meneguhkan bahwa Yesus Kristus adalah benar-benar manusia dan
benar-benar Allah dan bahwa kedua natur dari Yesus Kristus merupakan suatu
kesatuan yang tanpa pencampuran (Sproul, 2000:111). Walaupun bidat-bidat yang
menyangkal kemanusiaan Yesus terus merongrong, tetapi fakta-fakta bahwa membuktikan Yesus Kristus adalah manusia
sejati, misalnya dapat dilihat bahwa Ia memiliki tubuh manusia sejati yang
terdiri dari daging dan darah. Tubuh-Nya sama dengan manusia, kecuali satu yang
berbeda dengan manusia adalah tidak berdosa. Yesus datang sebagai manusia (Yoh.
1:14; 1Tim. 3:16; Fil. 2:7-8; Ibr. 2:14; 1Yoh. 4:2).Yesus memiliki tubuh (Mat.
26:26, 28; Luk. 24:39; Ibr. 2:14) maupun psuche-jiwa/roh (Mat. 26:38;
27:50; Luk. 23:46; Yoh.11:33; 12:27; 13:21; 1Yoh. 3:16).Yesus memiliki pikiran
manusia (Mat. 24:36; Luk. 2:40, 52), perasaan manusia (Mat. 8:10; 9:36; 26:37-38;
Mar. 3:5; 6:6; Luk. 7:9; Yoh. 11:33, 35; 12:27) dan kehendak manusia (Mat.
26:39). Yesus mengalami pertumbuhan/perkembangan (Luk. 2:40, 52). Yesus
mengalami semua pengalaman manusia, seperti: lahir (Luk. 2:7), lapar (Mat.
4:2), haus (Yoh. 4:7; 19:28), letih (Yoh. 4:6), tidur (Mat. 8:24), menderita
(Ibr. 2:10, 18; 5:8) dan mati (Yoh. 19:30). Sama seperti manusia, Yesus juga
dibatasi oleh ruang dan waktu, Yesus tidak bisa berada lebih dari satu tempat
pada saat yang sama. Yesus juga mengalami segala macam emosi manusia, seperti
kegembiraan (Luk.10:21), kesedihan (Mat.26:37), kasih
(Yoh.11:5), belas kasihan (Mat.9:36), rasa heran (Luk.7:9),
marah (Mrk. 3:5) (Milne, 2002:179). Alkitab begitu banyak memberikan bukti tentang kemanusiaan
Yesus Kristus.
Natur manusia Yesus memiliki
keterbatasan seperti halnya dengan manusia, kecuali dalam hal ketidakberdosaan-Nya.
Yesus tidak hanya mempunyai badan dan jiwa insani, tetapi Ia juga mengambil
bagian di dalam sejarah dan kebudayaan bangsa-Nya. Tata pakaian-Nya dan bahasa
adalah sama dengan orang Yahudi. Fakta-fakta ini juga membuktikan bahwa Yesus
adalah manusia sejati.
Dengan mengambil rupa manusia, Ia
menyatakan diri-Nya kepada manusia. Yesus telah merendahkan diri-Nya mengambil
rupa seorang hamba, menjadi seorang manusia. Dengan mempunyai rupa manusia yang
sejati, barulah Yesus bebas berhubungan dengan manusia. Jika Yesus tidak
memiliki sifat kemanusiaan yang sejati, maka Ia tidak mungkin dapat berhubungan
dengan manusia, dan manusia pun tidak mungkin dapat mengenal dia. Dengan rupa
seorang manusia, ini membuktikan bahwa Ia adalah manusia sejati
Yesus
adalah Allah Sejati dan Manusia Sejati
Yesus Kristus memiliki tabiat Ilahi
dan tabiat manusiawi, kedua tabiat ini sempurna dalam satu pribadi. Bagaimana
kedua pernyataan ini digabungkan dalam satu pribadi, tentu ini akan selalu
menjadi misteri. Ini adalah rahasia Allah yang besar (1 Tim. 3:16). Namun tetap
harus dipahami bahwa keduanya tidak berdiri sendiri atau terpisah. Kita tidak
bisa berkata bahwa Yesus adalah Allah dan manusia, melainkan Ia adalah
Allah-Manusia yaitu Allah dan manusia yang dipersatukan. Tabiat Ilahi dan tabiat manusia-Nya selalu
bekerja bersama-sama dan kedua tabiat tersebut tidak pernah bertentangan. Dalam
keilahian-Nya Ia menyatakan kemanusiaan-Nya, kuasa ilahi-Nya diekspresikan
melalui sifat kemanusiaan-Nya. Dalam kemanusiaan-Nya Ia memiliki sifat
keilahian, sehingga dari diri-Nya manusia dapat mengenal Allah. Yesus memiliki
sifat Ilahi, maka Ia pun mulia dan berkuasa sama dengan Allah Bapa. Ia memiliki
sifat kemanusiaan, maka Ia dapat bersimpati kepada manusia, dan dapat menyelami
kesusahan manusia. Yohanes 1:14 mencatat bahwa Firman itu telah menjadi
manusia, Yohanes menekankan bahwa Firman itu benar-benar termasuk umat
manusia. Kristus, Allah yang kekal itu
menjadi manusia (Filipi 2:5-9).
Kemanusiaan dan keilahian berpadu di dalam diri-Nya. Dengan merendahkan
diri-Nya Ia memasuki hidup kemanusiaan dengan segala keterbatasan dari
pengalaman manusia.
Pada zaman purba sudah muncul
pandangan-pandangan yang berbeda, seperti: Ebonisme, cabang Kristen Yahudi ini
menghapuskan sama sekali keilahian Yesus. Mereka menganggap Yesus hanya manusia
meskipun diangkat oleh Allah sebagai Mesias (Milne, 2002:201). Gerakan
Doketisme yang hanya mengakui keilahian Yesus dan menghilangkan kemanusian-Nya.
Mereka berpandangan bahwa Yesus hanya menyerupai manusia (2002:201). Gerakan
Gnostisisme, gerakan ini mengakui Yesus bukan Allah sejati atau pun manusia
sejati. Gerakan Arianisme yang menolak keilahian Yesus Kristus. Gerakan
Apolinarianisme yang menyangkal kemanusian Yesus Kristus. Gerakan Nestorianisme
yang memisahkan kedua kodrat Yesus Kristus (2002:2003).
Pada tahun 451 diadakan suatu
konsili di Chalcedon guna menyelesaikan perdebatan-perdebatan terhadap kedua
kodrat pribadi Yesus Kristus.Walaupun konsili ini tidak memuaskan semua pihak,
tetapi telah menghasilkan dasar perumusan ortodoks mengenai pribadi Yesus.
Pasal utamanya menegaskan, “kita harus mengakui bahwa Tuhan kita Yesus Kristus adalah
anak tunggal yang sama…sempurna dalam keilahian…sempurna dalam kemanusiaan…sehakikat
(homoousios) dengan Bapa dalam
keilahian, sehakekat (homoousios)
dengan kita dalam kemanusiaan…diperkenalkan kepada kita dalam dua kodrat (fuseis), tanpa pembauran, tanpa
perubahan, tanpa pembagian, tanpa pemisahan…sifat-sifat kedua kodrat tetap
terpelihara dan berada sekaligus dalam satu pribadi (prosopon) dan satu hakikat (hupostasis).”
(2002:204)
Kedua kodrat yaitu kodrat manusia
sepenuhnya dan kodrat ilahi sepenunya menyatu dalam satu pribadi, tanpa
pembauran, tanpa perubahan, tanpa pembagian, dan tanpa pemisahan.Walaupun dalam
satu kesatuan, tetapi masing-masing mempertahankan sifat-sifat hakikatnya. Kedua
kodrat ini sama-sama bekerja dalam tiap-tiap pikiran, perkataan, perbuatan-Nya,
dan kedua kodrat ini bekerja dalam satu pribadi. Lebih jauh, Kevin J. Conner
dalam bukunya menulis, “Dalam satu pribadi Yesus Kristus, ada dua hakikat,
manusia dan ilahi, yang bisa dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan (Conner,
2004:365).
Karya
Penebusan Yesus
Karya Yesus Kristus berhubungan
dengan apa yang telah Dia kerjakan. Karya Kristus berhubungan khususnya dengan
penyaliban, kebangkitan, kenaikan, dan kedatangan-Nya yang kedua kali. Karya
penebusan Yesus Kristus terjadi karena didorong oleh kasih Allah, “Karena
begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan
Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak
binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yoh.3:16). Yesus Kristus telah
ditentukan oleh Allah untuk menjadi jalan pendamaian antara Allah dengan
manusia yang telah jatuh dalam dosa, “Dia yang tidak mengenal dosa telah
dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh
Allah.” (2 Kor. 5:21). Yesus diberi tugas untuk melakukan karya penebusan. Semua
yang Yesus lakukan adalah karya Bapa-Nya. Karya-Nya adalah untuk memenuhi
kehendak Bapa-Nya, dan lewat karya-Nya manusia berdosa didamaikan dengan
Bapa-Nya.
Jadi
karya Yesus Kristus berkaitan dengan pekerjaan-Nya untuk mendamaikan
manusia yang berdosa dengan Allah (penebusan) melalui penderitaan-Nya dan
kematian-Nya. Inilah karya terbesar yang dilakukan oleh Yesus Kristus, namun
karya-Nya tidak terlepas juga dari mujizat yang dilakukan-Nya sebagai tanda
kedatangan Kerajaan Allah, kebangkitan-Nya sebagai tanda kemenangan atas
kematian, kenaikan-Nya sebagai tanda penobatan-Nya sebagai Raja, dan
kedatangan-Nya kembali sebagai tanda kedatangan kerajaan-Nya.
Alkitab khususnya Perjanjian Baru
merupakan satu-satunya informasi yang penting dari abad pertama yang
menceritakan kehidupan Yesus Kristus. Keempat kitab Injil memberikan gambaran tentang pribadi dan
perbuatan Yesus Kristus. Keempat Injil memberikan penekanan yang berbeda,
tetapi tidak ada pertentangan dari keempat Injil tersebut. Jika keempat Injil
ini digabung maka akan didapatkan gambar yang lengkap tentang Yesus Kristus.
Kronologi kehidupan Yesus Kristus dapat
dilihat dalam Injil Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes. Injil Matius mencatat
penyingkiran ke Mesir dan kembalinya ke Nazaret, setelah itu langsung masuk ke
dalam pelayanan Yohanes pembaptis yang memperkenalkan Tuhan Yesus. Demikian
juga dengan Injil Lukas menyajikan kejadian Yesus di bait Allah pada usia 12
tahun. Alkitab mencatat bahwa Yesus Kristus memulai pelayanan-Nya kira-kira
umur 30 tahun, segera setelah Ia selesai dibaptis (Luk. 3:1-2). Injil Yohanes
mencatat pelayanan Yesus yang mula-mula di Yudea (Yoh. 2:13-25), selanjutnya pelayanan
Yesus di Galilea dicatat di dalam Injil Matius 4:12-18:35; Markus 1:14-9:50;
Lukas 4:14-9:50; Yohanes 4:43-8:59. Yesus Kristus memulai pelayanan-Nya yang
luas di Galilea. Pelayanan di Galilea meliputi jangka waktu satu tahun dan sembilan
bulan. Akhir pelayanan-Nya di Galilea ditandai dengan kunjungan-Nya ke
Yerusalem pada waktu hari raya Pondok Daun (Yoh. 7:1-52).
Pekerjaan Yesus dapat dibagi menjadi
tiga bagian yaitu: pekerjaan sebagai nabi, pekerjaan sebagai imam, dan
pekerjaan sebagai raja (Brill, 1999:109). Pekerjaan Yesus sebagai nabi sudah
dinubuatkan dalam Ulangan 18:18. Tugas sebagai nabi yaitu menyatakan kebenaran
dan kehendak Allah dan bernubuat yaitu memberitahukan apa-apa yang akan terjadi.
Seorang nabi menggenapkan pekerjaannya dengan tiga cara yaitu dengan mengajar,
bernubuat, dan mujizat atau menyembuhkan orang. Yesus telah melakukan semua
itu, Yesus telah menggenapkan pekerjaan-Nya sebagai nabi.
Pekerjaan Yesus sebagai Imam telah
dinubuatkan di dalam Mazmur 110:4, Yesus Kristus adalah seorang Imam, tetapi
bukan dari keturunan Harun, melainkan Ia adalah Imam “menurut peraturan
Melkisedek”. Melkisedek
adalah raja Salem dan imam Allah Yang Mahatinggi. Menurut arti namanya Melkisedek adalah
pertama-tama raja kebenaran, dan juga raja Salem, yaitu raja damai sejahtera.
Ia tidak berbapa, tidak beribu, tidak bersilsilah, harinya tidak berawal dan
hidupnya tidak berkesudahan, dan karena ia dijadikan sama dengan Anak Allah, ia
tetap menjadi imam sampai selama-lamanya (Ibr. 7:1-3).
Ini
berarti bahwa pekerjaan imamat-Nya bukan dikerjakan di atas bumi saja, tetapi
juga di dalam surga, pekerjaan-Nya tidak berubah, tetapi bersifat kekal.
Pekerjaan-Nya sebagai Imam sudah dimulai pada waktu Ia menyerahkan diri-Nya di
kayu salib sebagai korban karena dosa manusia. Dalam Perjanjian Lama ada tiga
macam tugas Imam, yaitu mempersembahkan korban karena dosa dihadapan orang
banyak, memasuki tempat kudus serta mendoakan orang banyak, keluar dari tempat
kudus dan memberkati orang banyak. Sebagai Imam Besar Yesus telah melakukan
ketiga tugas tersebut. Korban karena dosa telah dipersembahkan Yesus pada waktu
Ia datang ke dunia ini dan menyerahkan diri-Nya di atas kayu salib sebagai
korban karena dosa. Mendoakan orang-orang, sampai sekarang Ia masih mendoakan
kita. Yesus akan memberi berkat ketika Ia kembali ke dunia ini.
Pekerjaan Yesus Kristus sebagai Raja. Dalam Perjanjian Lama
dikatakan bahwa Mesias itu akan menjadi raja yang terbesar dari keturunan Daud yang akan
memerintah Israel dan segala bangsa, serta membawa masuk ke zaman kebenaran,
damai dan kemakmuran. (Yes 11:1-10; Mzm 72). Di hadapan Pilatus, Yesus berkata bahwa
kerajaan-Nya bukan dari dunia ini (Yoh 18:36,
37).
Makna
Kematian Yesus Kristus di Kayu Salib
Di dalam Perjanjian Baru, kematian Tuhan
Yesus Kristus disebutkan sebanyak ± 170 kali. Hal ini
menyatakan betapa pentingnya kematian Yesus, karena melalui kematian-Nya karya
penebusan dosa digenapi-Nya. Kalau Kristus tidak mati, maka problema dosa
manusia tidak ada penyelesaiannya untuk selama-lamanya. Yesus sepatutnya tidak
mati, namun telah mati. Yesus bukan mati untuk diri-Nya, tetapi Ia mati untuk
menebus manusia yang telah jatuh dalam dosa, supaya keluar dari perbudakan dosa.
Kebenaran kematian Yesus Kristus di kayu
salib telah dibantah oleh mereka yang menolak pernyataan Kitab Suci. Kaum Liberal
percaya bahwa Yesus mati, tetapi tidak benar-benar bangkit dari antara orang
mati. Sebagian lagi berpendapat bahwa Yesus tidak sungguh-sungguh mati
melainkan masih bertahan hidup (Walvoord, Tt:142). Al-Quran berkata bahwa Yesus
hanya pura-pura mati (Surah IV:157), orang skeptic
berkata bahwa Ia kelihatannya mati, mungkin karena dibius, tetapi bangkit
kembali sementara berada dalam kuburan (Geisler, 2010:138).
Dalam artikel “On the Physical death of Jesus Christ” Journal of American Medical
Society (1986), yang dikutip oleh Norman Geisler menyimpulkan:
“Jelas, bobot
bukti historis dan medis menunjukkan bahwa Yesus sudah mati sebelum luka pada
rusuk-Nya ditimbulkan dan mendukung pandangan tradisionil bahwa tombak, yang
ditancapkan di antara rusuk kanan-Nya, mungkin melobangi bukan hanya paru-paru
kanan-Nya melainkan juga selaput dada dan jantung dan karena itu memastikan
kematian-Nya. Sesuai dengan itu, penafsiran yang didasarkan pada asumsi bahwa
Yesus tidak mati di kayu salib tanpaknya hanya merupakan kemungkinan kecil
berdasarkan ilmu pengetahuan medis moderen.” (h.142)
Sepanjang masa tidak ada peristiwa yang
lebih penting dari pada kematian Yesus Kristus di kayu salib. Penyaliban Yesus
Kristus adalah hal yang sangat penting dalam kekristenan. Tanpa kematian Yesus
Kristus tidak akan ada korban bagi dosa, tidak ada keselamatan, tidak ada
kebangkitan. Kematian Yesus Kristus secara lengkap telah disajikan oleh Alkitab
baik dari segi nubuatan maupun sejarah. Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru
terdapat banyak nas yang meramalkan kematian Kristus, seperti Mazmur 22, Yesaya
53, Markus 8:31, Lukas 9:22. Orang yang menerima kesaksian Alkitab akan
menerima fakta tentang kematian Yesus Kristus.
Perjanjian Baru mengungkapkan kematian
Yesus berdasarkan pada fakta-fakta sejarah dan pernyataan Yesus sendiri tentang
diri-Nya bahwa kematian-Nya dalam rencana Allah bagi umat manusia. Kematian
Yesus Kristus harus dipahami sepenuhnya sebagai bagian dari rencana Allah (Luk.19:10).
Generasi Kristen pertama dan sesudahnya, yakin bahwa kematian Yesus di kayu
salib mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi hidup mereka. Mereka menyatakan
bahwa hidup mereka menjadi bermakna secara baru oleh karena apa yang telah
dilakukan Yesus di kayu salib. Hal ini mereka ungkapkan dalam berbagai cara
yang berbeda-beda, ada yang menyatakan dosanya sudah diampuni, telah mendapatkan
kedamaian hati, telah didamaikan dengan Allah. Mereka yakin bahwa semua yang
mereka alami sebagai akibat dari kematian Yesus Kristus (Drane, 2005:93).
Kitab-kitab Injil melihat kematian Yesus
sebagai suatu pertempuran melawan kuasa-kuasa kegelapan (iblis), Yesus melihat
seluruh hidupnya sebagai usaha untuk mencapai kemenangan atas kuasa-kuasa jahat
yang menguasai dunia (Luk. 11:14-22). Paulus juga melihat salib sebagai
perjuangan yang terakhir dan yang menentukan melawan kuasa-kuasa jahat. Meskipun
kelihatannya seakan-akan Yesus kalah, tetapi perjuangan-Nya menghasilkan
kemenangan sempurna atas dosa dan maut di dalam peristiwa kebangkitan-Nya (Kol.
2:8-15) (Drame, 2005:95). Yesus berkata, “Sekarang juga penguasa dunia ini akan
dilemparkan keluar” (Yoh. 12:31).
Kematian Yesus dapat dilihat sebagai
suatu teladan. Yesus memberi teladan yang baik, di mana Dia seorang yang tak
bersalah tetapi mau mati bagi suatu tujuan untuk keselamatan umat manusia yang
berdosa. Kematian Yesus di atas kayu salib mengungkapkan kasih-Nya bagi orang
berdosa. Dengan kematian-Nya, maka kasih Allah secara sempurna dinyatakan
kepada manusia. Yesus telah meninggalkan teladan bagi kita, supaya kita pun
dapat mengikuti jejak-Nya (1Ptr. 2:21). Dia yang tidak bersalah
diperlakukan secara tidak adil, tetapi tidak membalasnya dengan tidak bersikap
adil. Dia dihina tetapi tidak membalas dengan hinaan. Kita pun dapat mengikuti
teladan yang telah diperbuat Yesus, dengan tidak membalas kejahatan dengan
kejahatan, tetapi harus memercayakan diri kita kepada Allah. Kematian-Nya
bertujuan untuk membawa kita datang kepada Allah. Dia menderita, bahkan mati di
kayu salib, semuanya Dia lakukan supaya rencana agung Allah tergenapi, yaitu
membawa kita kepada Allah
Kematian Yesus di salib telah membawa
pendamaian, dengan salib Allah mendamaikan Yahudi dengan non-Yahudi dengan
merobohkan tembok pemisah, yakni hukum taurat dengan segala perintah dan
ketentuannya (Ef. 2:14-16). Dengan salib, Allah telah memperdamaikan segala
sesuatu dengan diri-Nya (Kol. 1:20). Alkitab mencatat bahwa dasar pendamaian
manusia dengan Allah ada tiga yaitu: melalui kematian Anak Allah, melalui
salib-Nya, dan melalui darah-Nya yang tercurah di kayu salib. Kematian-Nya
telah memulihkan hubungan kita dengan Allah menjadi suatu persekutuan erat
dengan-Nya.
Alkitab menuliskan bahwa, Yesus Kristus
“telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang
harum bagi Allah” (Efesus 5:2). Yesus Kristus telah mempersembahkan diri-Nya
sendiri kepada Allah sebagai korban yang tak bercacat (Ibrani 9:14). Kita perlu
ditebus karena telah berdosa melawan Allah dan telah kehilangan kemuliaan Allah
(Roma 3:23). Dosa kita telah dibebankan kepada Yesus sehingga di dalam Dia kita
dibenarkan oleh Allah (2 Korintus 5:21). Allah telah menimpakan segala dosa
manusia di atas diri-Nya, Allah telah menetapkan Yesus yang tidak berdosa
menjadi dosa karena kita. Yesus mati di kayu salib menanggung dosa kita. Karya
ini digenapi tanpa perasaan terpaksa, melainkan dengan sukarela (Yoh. 10:17-18).
Alkitab menuliskan, ketika Yesus Kristus
menjadi tebusan bagi kita, kita dibebaskan dari hukuman Allah. Jadi tidak ada
penghukuman bagi mereka yang hidup di
dalam Yesus Kristus (Roma 8:1). Harga tebusan supaya bisa diselamatkan dari
hukuman Allah adalah nyawa Yesus Kristus. Yesus telah menyerahkan diri-Nya
menjadi tebusan bagi semua manusia (1 Timotius 2:5-6). Kematian Yesus merupakan
puncak dari ketaatan-Nya. Oleh ketaatan-Nya semua orang dibenarkan (Roma 5:19).
Penderitaan dan ketaatan-Nya menjadi dasar dari pembenaran kita. Dengan
kematian-Nya Yesus menyatakan bahwa Dia menjadi
tebusan, Yesus menjadi korban pendamaian, Yesus telah menggantikan kita. Semuanya
itu menyatakan kasih Allah secara sempurna bagi kita.
Bukti-Bukti Kematian
Yesus
Bagaimana membuktikan bahwa Yesus
benar-benar telah mati di kayu salib?
Alkitab mencatat beberapa peristiwa
disekitar penyaliban yang membuktikan bahwa Yesus telah mati. Para
prajurit Romawi tidak mematahkan kaki Yesus karena mereka melihat bahwa
"Ia telah mati" (Yohanes 19:33). Para prajurit menikam lambung Yesus
dengan tombak dan dari dalam lambungnya keluar air dan darah (Yohanes 19:34).
Yusuf dari Arimatea meminta tubuh Kristus sehingga ia dan Nikodemus dapat
mengubur-Nya, Pontius Pilatus memerintahkan seorang kepala pasukan untuk
membuktikan bahwa Yesus telah mati (Markus 15:43-45). Gubernur Romawi tidak
akan memberikan tubuh itu kepada Yusuf sebelum kepala pasukan itu yakin bahwa
sudah tidak ada lagi tanda-tanda kehidupan pada tubuh Yesus. Ketika penjaga-penjaga memeriksa kedua
penjahat yang disalibkan dengan Yesus, mereka masih hidup sehingga kedua
kakinya harus dipatahkan. Sedangkan Yesus sudah mati sehingga kaki-Nya tidak
dipatahkan, untuk lebih meyakinkan bahwa Yesus telah mati, tentara Romawi menombak
lambung-Nya. Saat ditombak Yesus sama sekali tidak bereaksi, jadi sangat jelas
bahwa Yesus sudah mati saat itu. Pilatus mendapat laporan dari penjaga-penjaga
tentara Romawi bahwa Yesus telah mati sehingga ia mengizinkan Jusuf Arimatea
menguburkan mayat Yesus (Yoh.19:38).
Yusuf dan Nikodemus mempersiapkan
penguburan bagi jasad tersebut secara adat Yahudi, termasuk mengafani-Nya
dengan "kain lenan yang putih bersih" (Matius 15:46), mengurapi Tubuh
itu dengan "campuran minyak mur dengan minyak gaharu" (Yohanes
19:39), dan membaringkan-Nya "di dalam kubur yang digali di dalam bukit
batu" (Markus 15:46). Mereka tentu saja tidak akan menguburkan Yesus yang
masih hidup. Menurut peraturan Yahudi, saat memasuki jam enam, tidak boleh ada
mayat yang tergantung di salib. Bagi orang Yahudi penyaliban adalah suatu
kutuk, jadi memasuki hari Sabat tidak boleh ada mayat, kalau pun ada harus
segera di kuburkan pada hari itu juga. Kalau orang yang disalibkan masih hidup,
maka harus di bunuh dengan cara dipatahkan tulang pahanya.
Rasul-rasul dan murid-murid Tuhan
Yesus meyakinkan bahwa Yesus benar-benar mati di atas kayu salib. Demikian juga
dengan pengakuan kepala pasukan, prajurit-prajurit dan Pilatus, membuktikan
bahwa Yesus benar-benar mati (Mark. 15:44-45; Yoh. 19:33). Metherell seorang
mantan ilmuwan riset yang mengajar di The University of California
mendeskripsikan detil-detil kematian Yesus. Dalam penjelasannya ia mengatakan
bahwa keguncangan hipovolemik akan
menyebabkan jantung berdebar kencang terus-menerus yang akan mengakibatkan
kegagalan jantung, menyebabkan terkumpulnya cairan dalam membran-membran di
sekitar jantung, yang disebut pericardial
effusion, dan juga disekitar paru-paru, yang disebut pleural effusion. Apa yang dilakukan serdadu Roma dengan menusukkan
sebuah tombak dan keluar sejumlah cairan pericardial
effusion dan pleural effusion
(Strobel,2002:257), ini membuktikan bahwa Yesus telah
mati. Apa yang Yesus katakan, “Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup,
selama-lamanya” (Wahyu 1:18) benar-benar terjadi.
Bukti lain di luar
Alkitab yaitu dari sejarawan Yahudi akhir abad pertama, Josephus, ia menulis
dalam bukunya Antiquities: "Pada kira-kira waktu ini, hiduplah Yesus,
seorang yang bijaksana, jika memang seseorang seharusnya menyebut dia seorang
manusia. Karena ia adalah seseorang yang mengadakan hal-hal yang mengejutkan
dan adalah seorang guru bagi orang-orang yang menerima kebenaran dengan senang
hati. Ia memenangkan banyak orang Yahudi dan banyak orang Yunani. Ia adalah
Sang Kristus. Ketika Pilatus, karena mendengar bahwa ia dikenai tuduhan oleh
orang-orang dengan jabatan tertinggi di antara kami, telah menjatuhkan hukuman
salib kepadanya, mereka yang dari mulanya sudah mengasihi dia tidak melepaskan
kasih sayang mereka kepadanya. Pada hari ketiga ia menampakkan diri kepada
mereka dalam keadaan kembali hidup, karena nabi-nabi Tuhan telah menubuatkan
hal-hal ini dan tak terhitung banyaknya hal-hal menakjubkan lainnya mengenai
dia. Dan suku Kristen, demikian mereka disebutkan menurut namanya, sampai saat
ini masih ada." Walaupun sebagian
para ahli meragukan apakah kalimat itu benar-benar dari Josephus sendiri ataukah hasil
interpolasi penyalin Kristen. Namun, tidak diragukan bahwa Josephus menyebutkan fakta
bahwa Pilatus telah menghukum Yesus di kayu salib .
Hakekat Kematian Yesus
Kristus
Kematian Yesus Kristus sebagai korban
untuk dosa manusia telah dituliskan dalam Alkitab, “Kristus telah mati untuk
dosa-dosa kita…” (1 Korintus 15:3). Jika Yesus Kristus tidak mati di atas kayu
salib, maka tidak seorangpun yang akan selamat. Semua orang telah berdosa dan
upah dosa adalah maut (Roma 6:23). Kematian Yesus di kayu salib merupakan
persembahan kurban karena dosa. Perjanjian Lama melukiskan upacara pengorbanan
sebagai yang memungkinkan orang berdosa
dapat dipulihkan hubungannya dengan Allah yang telah rusak akibat pelanggaran
terhadap perintah Allah. Perjanjian Baru melukiskan kematian Yesus sebagai
“pengorbanan”. Kematian Yesus adalah penggenapan sejati dari apa yang
dilambangkan dalam Perjanjian Lama tentang pengorbanan. Kematian Yesus telah
membebaskan manusia dari dosa dan membawa manusia yang telah ditebus menjadi
milik Allah. Jadi orang-orang yang sudah ditebus melalui kematian Yesus sudah
menjadi milik Allah, mereka telah ditebus dari cara hidup yang sia-sia (1 Ptr.
1:18).
Paulus mengingatkan orang-orang yang
sudah ditebus supaya menyadari bahwa dirinya adalah milik Allah, “Sebab kamu
telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Karena itu muliakanlah Allah
dengan tubuhmu” (1 Kor. 6:19-20). Allah telah menjadikan Anak-Nya sebagai korban
untuk mendamaikan manusia yang telah jatuh dalam dosa dengan diri-Nya. Yesus
telah mati menggantikan manusia yang berdosa, Yesus telah melakukan apa yang
tidak dapat dilakukan oleh manusia. Yesus telah memikul dosa manusia di dalam
tubuh-Nya di kayu salib, supaya setiap orang, yang telah mati terhadap dosa, hidup
untuk kebenaran (1 Ptr. 2:24). Ia datang untuk memberikan nyawa-Nya menjadi
tebusan bagi banyak orang (Mrk. 10:45). Kematian-Nya sebagai pengganti orang
berdosa di kayu salib. Penghapusan dosa terjadi ketika semua perbuatan jahat
manusia dipakukan di kayu salib (Kolose 2:14). Yesus Kristuslah yang telah
menanggung segala akibat perbuatan buruk manusia, Dia menanggung hukumannya. “Di
dalam Dia dan oleh darah-Nya manusia berdosa memperoleh penebusan, yaitu
pengampunan dosa” (Efesus 1:7).
Kematian Yesus Kristus telah menarik
semua orang kepada Allah (Yoh. 12:32,33). Kematian-Nya telah membuka jalan
pengampunan dosa kepada semua orang. Oleh Kematian-Nya maka semua orang akan
dibangkitkan dari kematian (Roma 5:18; 1 Kor. 15:21-22). Oleh kematian-Nya Dia telah
membebaskan kita dari kutuk hukum Taurat. Oleh kematian-Nya tembok pemisah
antara orang Israel dan bangsa asing telah dirobohkan (Ef. 2:14-16).
Kematian-Nya telah mendamaikan segala sesuatu, baik yang ada di bumi maupun
yang ada di surga (Kolose 1:19-20; 2 Petrus 3:13).
Kebangkitan
Yesus Kristus
Kebangkitan adalah langkah pertama
pemuliaan Yesus Kristus dan merupakan penggenapan dari nubuatan dalam Mazmur
16:10 maupun ramalan Kristus sendiri tentang kebangkitan-Nya (Mat. 16:21;
20:19; 26:32; Mark. 9:9; 14:28; Yoh. 2:19). Paulus menalar jelas kebangkitan
Yesus sangat penting, Alkitab menuliskan bahwa “Andaikata Kristus tidak
dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan tentang Yesus Kristus dan sia-sialah
juga kepercayaan kepada Yesus Kristus” (1 Korintus 15:14). Jika Yesus Kristus
tidak benar bangkit, maka tidak ada pembenaran dihadapan Allah, tidak ada
pengampunan atas dosa. Jadi realitas kebangkitan Yesus mempunyai makna yang sangat
dalam. Demikian juga dengan keselamatan orang percaya sangat erat hubungannya
dengan kebangkitan, tanpa kebangkitan tidak akan ada keselamatan orang percaya,
atau dengan kata lain keselamatan orang percaya bukanlah sesuatu yang terlepas
dari kebangkitan Yesus Kristus.
Orang-orang Kristen pertama meyakini
sepenuhnya bahwa kebangkitan merupakan suatu kejadian yang nyata dan historis
(Drane, 2005:111). Perjanjian Lama juga meramalkan kebangkitan Yesus, dapat
dilihat dari perikop-perikop khusus yang dikutip para rasul, seperti Mazmur
16:8-11, dikutip dalam Kis. 2:25-31. Perikop ini juga yang digunakan Paulus untuk
menunjukkan kepada orang Yahudi bahwa Mesias harus menderita dan bangkit
dari antara orang mati (Kis.1:2-3). Apa yang dilukiskan dalam 1 Korintus 15:3-7,
tentang kesaksian penting kepercayaan umat Kristen pertama, menyatakan bahwa
Yesus telah bangkit dari kematian dan telah menampakkan diri kepada banyak
pengikut-Nya.
Yesus sendiri menubuatkan tentang
kebangkitan-Nya, misalnya Ia berkata, “Rombak bait Allah ini, dan dalam tiga
hari Aku akan mendirikannya kembali” (Yoh.2:19). Dalam Matius 12:40, Ia
berkata, “Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam,
demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga
malam”. Yesus juga mengajarkan bahwa Anak Manusia akan menanggung banyak
penderitaan…lalu di bunuh dan bangkit sesudah tiga hari” (Mrk. 8:31). Yesus
juga mengajar bahwa Ia akan membangkitkan Diri-Nya sendiri dari kematian, Yesus
mengatakan “Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. Tidak seorangpun
mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku
sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali” (Yoh.
10:18). Ini
memperlihatkan bahwa Yesus Kristus berdaulat dan berkuasa atas keadaan. Kebangkitan
Yesus sangat penting, karena mempertaruhkan kejujuran Yesus didalamnya.
Kebangkitan membuktikan kalau kematian
Yesus cukup untuk membayar segalanya. Jika Yesus tidak dibangkitkan dari
kematian, maka kematian-Nya merupakan sebuah kegagalan. Paulus berkata: ”Jika
Kristus tidak bangkit, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah
kepercayaan kamu” (1 Kor. 15:44).
Bukti-Bukti Kebangkitan
Yesus
Alkitab Perjanjian Baru menjelaskan bahwa
Kristus disalibkan, mati, dan dikuburkan, pada hari yang ketiga bangkit dari
kuburnya. Murid-murid adalah saksi kebangkitan Yesus
Kristus. Lukas, mencatat dalam Kisah Para Rasul 1:3, "Kepada mereka
Ia menunjukkan diri-Nya setelah penderitaan-Nya selesai, dan dengan banyak
tanda Ia membuktikan, bahwa Ia hidup. Sebab selama empat puluh hari Ia
berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan
Allah."
Seringkali muncul sangkalan bahwa Yesus
Kristus tidak pernah bangkit. Ada yang mendalihkan bahwa murid-murid-Nya pergi
kekuburan yang salah, di mana seorang muda berpakaian putih berkata, “Ia tidak
ada di sini,” yang berarti Ia ada di kuburan yang lain. Demikian juga dengan anggapan
bahwa para murid-Nya yang telah menyingkirkan tubuh Yesus. Jika ada anggapan
bahwa mayat Yesus diambil oleh para murid-Nya, maka hal ini tidak mungkin,
karena tidak ada pikiran tentang kebangkitan dalam benak para murid-Nya saat
itu. Justru pada saat itu mereka tak berpengharapan dan putus asa, kalah,
bersembunyi karena ketakutan terhadap orang-orang Yahudi. Lagi pula, Matius
menceritakan bahwa penjaga ditempatkan diseberang kuburan Yesus, sehingga tidak
mungkin mereka mencuri mayat Yesus (Douglas, 2008:14).
Namun sangkalan itu tidak pernah
bertahan terhadap bukti-bukti berupa fakta-fakta nyata tentang kebangkitan
Yesus Kristus. Menurut J.R.W Stott ada empat hal yang membuktikan bahwa Yesus
telah bangkit yaitu pertama, kubur yang kosong. Sekiranya Yesus Kristus tidak
dibangkitkan, maka dimanakah tubuh-Nya? Para pengikut-Nya telah melihat
kubur-Nya telah kosong dan malaikat-malaikat mengisyaratkan bahwa Yesus telah bangkit
dari kematian seperti yang dikatakan-Nya (Mat.28:5-7).
Kedua, kain kafan yang masih utuh dan tidak berantakan, hanya didalamnya sudah
tidak ada tubuh Yesus karena sudah bangkit. Ketiga, penampakan Yesus kepada
murid-murid-Nya. Kitab Injil mencatat Yesus menampakkan diri-Nya kepada banyak
orang diberbagai tempat dalam situasi yang berlainan setelah Ia bangkit dari
kematian. Penampakan ini dapat dilihat antara lain: penampakan diri-Nya kepada
Maria Magdalena (Yoh.20:11-18; Mrk.16:9-11), kepada perempuan-perempuan ketika
mereka pulang dari kuburan (Mat.28:9-10), pada Petrus (Luk.24:34; 1 Kor.15:5),
dua murid yang berjalan ke Emaus (Mrk. 16:12-13; Luk.24:13-35), sepuluh murid
(Mrk.16:14), kesebelas murid (Yoh.20:26-29), tujuh murid di danau Galilea
(Yoh.21:1-23), lima ratus orang (1 Kor.15:6), Yakobus saudara tiri Yesus (1 Kor.15:7),
sebelas murid di bukit Galilea (Mat.28:16-20; Mrk.16:15-18), kepada
murud-murid-Nya pada saat Ia naik ke surga (Luk.24:36-53; Kis.1:1-9), Stefanus
ketika ia dirajam batu (KPR.7:55-56), Paulus pada jalan ke Damaskus
(KPR. 9:3-6; 22:6-11; 26:13-18), Paulus di tanah Arab (KPR. 20:24; 26:17,
Gal. 1:17),
Paulus di Yerusalem (KPR.22:17-21), Paulus di penjara sebelum ke Kaisarea
(KPR.23:11), Yohanes di pulau Patmos (Wahyu 1:12-20). Perkataan Yesus ketika
berjumpa dengan murid-Nya, “Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendiri ini;
rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti
yang kamu lihat ada pada-Ku” (Luk.24:39; Yoh.20:20), dan perkataan Yesus kepada
Thomas,”Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku dan jangan engkau tidak
percaya lagi, melainkan percayalah” (Yoh.20:27). Penampakan-penampakan
ini merupakan fakta sejarah yang menunjukkan bahwa Yesus benar-benar telah
bangkit.
Hakekat Kebangkitan
Yesus
Kebangkitan Yesus menegaskan bahwa apa
yang pernah Yesus katakan kepada orang Yahudi dan murid-murid-Nya benar-benar
terjadi. Kepada orang Yahudi Yesus mengatakan, "Rombak Bait Allah ini, dan
dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali (Yoh 2:18-19), dan kepada
murid-murid-Nya, Yesus berkata Ia akan dibangkitkan pada hari yang ketiga (Mat.
16:21; Luk.9:22). Kebangkitan membenarkan jalan yang telah Yesus tempuh,
sekalipun salib mula-mula tanpak sebagai kegagalan Yesus serta misi-Nya, tetapi
kebangkitan-Nya telah mengubahkan semua persepsi itu. Kebangkitan telah
mengubahkan para murid-Nya, mereka menjadi rasul yang percaya diri dan berani menyaksikan
berita Injil kepada dunia, mereka bersedia mati martir dan bersukacita sebagai
utusan Yesus Kristus.
Essensi kebangkitan Yesus Kristus
merupakan fakta kemenangan dari kuasa terbesar yaitu kematian. Paulus
menyatakan, “Hai maut dimanakah kemenanganmu? Hai maut, dimanakah
sengatmu?" (1 Kor.15:55). Kebangkitan Yesus Kristus merupakan kemenangan
atas kematian, kemenangan atas jerat atau belenggu dosa. Kebangkitan-Nya telah
mengalahkan kuasa dosa, sengat dosa yang menakutkan sudah dihancurkan. Kebangkitan
Yesus telah memberikan pengharapan yang bersifat mutlak. Melalui
kebangkitan-Nya kita memperoleh kepastian dan jaminan keselamatan. Pengharapan
Kristen didasarkan di atas kemenangan Kristus yang bangkit dari kematian. Kebangkitan-Nya
telah memberikan pengharapan yang pasti.
Kebangkitan Yesus membuktikan
Pribadi-Nya adalah Tuhan. Kebangkitan-Nya adalah bukti utama akan keilahian-Nya
dan ketuhanan-Nya. Kebangkitan-Nya sangat perlu bagi pekerjaan-Nya dalam
kematian, karena tanpa kebangkitan-Nya, kematian-Nya akan menjadi tidak ada
artinya. Jika Yesus tidak bangkit dari antara orang mati, berarti Dia bukanlah
Anak Allah, akibatnya kematian-Nya di kayu salib merupakan kematian orang biasa
dan tidak mempunyai nilai apa-apa bagi orang lain. Sebaliknya bila Yesus
benar-benar bangkit dari antara orang mati, maka Ia tidak hanya menunjukkan
bahwa apa yang dikatakan benar terjadi dan apa yang dikemukakan di dalam Alkitab
benar adanya yaitu Yesus sebagai korban pengganti bagi dosa seluruh dunia. Melalui
kebangkitan-Nya, pernyataan Yesus tentang diri-Nya sebagai anak Allah terbukti
benar. Petrus mengatakan pada hari Pentakosta bahwa kebangkitan merupakan bukti
jelas, “Allah telah membuat Yesus yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan
Kristus” (Kis.2:36). Kebangkitan Yesus merupakan karya Allah dalam membentuk
hidup yang baru. Paulus menekankan kebangkitan Yesus Kristus membawa kepada
hidup yang baru, “Bagiku hidup adalah Kristus” (Filipi 1:21). Kebangkitan Yesus
akan berimplikasi bagi orang yang percaya kepada-Nya. Kebangkitan Yesus adalah
jaminan dan janji kepada pengikut-pengikut-Nya mengenai hidup abadi setelah
kematian.
Kebangkitan Yesus membuat orang yang
percaya kepada-Nya diterima serta dibenarkan oleh Allah (Roma 4:25). Orang
berdosa yang bertobat serta percaya kepada Yesus Kristus akan dibenarkan di
hadapan Allah. Kebangkitan-Nya mengesahkan pekerjaan-Nya selaku Imam Besar. Sebagai
iman Besar Yesus duduk disebelah kanan Allah Bapa dan menjadi pembela bagi kita
orang percaya (Roma 8:34). Kebangkitan Yesus Kristus merupakan alasan bagi
persekutuan rohani yang baru, persekutuan di dalam jemaat Kristus yaitu tubuh-Nya
sendiri. Pada hari kebangkitan-Nya Yesus Kristus menjadi anak sulung di antara
banyak saudara (Roma 8:29), orang yang percaya kepada-Nya akan diangkat menjadi
anak-Nya (Efesus 1:5).
Kebangkitan-Nya membawa orang yang
percaya mendapat kuasa yang cukup untuk hidup dan bekerja. Kuasa kebangkitan Yesus Kristus memberikan kepada
kita hidup yang baru dan kuasa untuk mengeluarkan buah-buah bagi Allah.
Kebangkitan-Nya telah memberikan suatu hidup yang penuh dengan pengharapan. Kebangkitan-Nya
telah memberikan kepastian bagi kebangkitan semua manusia. Kebangkitan-Nya
memberi kepastian bahwa orang-orang berdosa juga akan dibangkitkan (1 Korintus
15:22) untuk menerima hukuman.
Kenaikan
Yesus Kristus
Kenaikan Yesus ke surga adalah
langkah penting berikutnya dalam pelayanan penebusan-Nya. Kenaikan merupakan
hasil terakhir dari pelayanan-Nya di bumi. Kenaikan Yesus Kristus menegaskan
akan fakta kebangkitan-Nya. Kenaikan-Nya satu rangkaian dengan kematian dan
kebangkitan-Nya. Kenaikan Yesus membuktikan bahwa Yesus yang mati itu
benar-benar telah bangkit, karena hanya orang yang sudah bangkit yang dapat
naik ke surga. Tanpa kebangkitan tak akan pernah ada kenaikan.
Kenaikan Yesus ke surga telah
dinubuatkan oleh nabi-nabi (Mzm. 68:18; Mzm. 110:1). Yesus sendiri beberapa
kali memberitahukan tentang kenaikan-Nya (Yoh. 16:27-28;
20:17;
6:61-62). Demikian juga Perjanjian Baru kurang lebih menyebut 33 kali tentang
kenaikan Yesus Kristus (Brill, 1999:138). Beberapa ayat yang menjelaskan bahwa
Yesus telah kembali ke surga dan duduk di sebelah kanan Allah, seperti:
kenaikan Kristus dicatat dengan jelas di dalam Kisah Para Rasul 1:6-11, Markus
16:19; Lukas 24:51; Yohanes 3:13; Kisah Para Rasul 1:9-11; Efesus 4:8-10;
Ibrani 10:12. Stefanus diberi penglihatan tentang Kristus dalam kemuliaan-Nya,
ia melihat Anak Manusia berdiri disebelah kanan Allah (Kis. :55-56).
Kenaikan-Nya untuk melanjutkan dan
menggenapkan pekerjaan tebusan-Nya. Pekerjaan-Nya belum selesai pada saat
kebangkitan-Nya. Ia harus kembali ke surga dan duduk disebelah kanan Allah,
dari situlah Yesus akan mencurahkan karunia-karunia kepada orang percaya.
Kenaikan-Nya ke surga untuk
dipermuliakan supaya dapat melaksanakan pekerjaan-Nya yaitu mendoakan umat-Nya.
Kenaikan-Nya menjadi perintis bagi kita (Ibrani 6:20). Yesus naik ke surga
untuk menyediakan tempat bagi jemaat yang dikuduskan. Yesus pergi untuk
menyediakan segala keperluan mempelai-Nya, yakni jemaat-Nya. Yesus mendahului
kita ke surga supaya kita yang percaya pasti akan mengikut Dia ke Surga, karena
di mana Yesus berada disanalah kita akan berada. Kenaikan-Nya memberi kepastian
bahwa Ia akan mengutus Roh Kudus kepada umat tebusan-Nya.
Kedatangan
Kembali Yesus Kristus
Kedatangan Yesus yang kedua kali
merupakan pengharapan semua orang percaya. Kedatangan-Nya kembali penting
karena untuk menggenapi
nubuatan-nubuatan yang belum digenapi dan pasti digenapi yaitu tentang
pekerjaan-Nya. Ada lima nubuatan tentang Yesus Kristus yaitu tentang
kelahiran-Nya, Penderitaan-Nya, Kebangkitan-Nya, Kenaikann-Nya dan Kedatangan-Nya
kembali. Kelahiran hingga kenaikan-Nya merupakan nubuat yang telah digenapi
Allah sesuai dengan waktunya. Oleh sebab itu, nubuatan tentang kedatangan-Nya
kembali pasti akan digenapi. Jika tidak, maka berkuranglah satu mata rantai
dari seluruh nubuatan tentang Kristus. Hanya dengan adanya penggenapan
kedatangan Kristus kembali, maka sempurnalah segala nubuatan tentang Kristus
dalam Alkitab.
Tentang kedatangan-Nya kembali, Yesus
sendiri berjanji bahwa Ia akan datang kembali (Yoh. 14:3; Mat. 24:27,36;
Mark. 13:26; Luk.21:27; Wahyu 22:7,20).
Perjanjian Lama menubuatkan tentang kedatangan Yesus kembali, misalnya Daniel
telah menubuatkan (Daniel 7:13,14), Zakaria (Zakaria 14:4), Yesaya
dan Yehezkiel telah menubuatkan (Yes. 45:23; Yeh. 21:25-27).
Demikian juga dengan Perjanjian Baru menyebutkan kedatangan Yesus yang kedua
kali sebanyak 318 kali, diantaranya, Ibrani 9:28; Filipi 3:20, 21; 1 Tesalonika
4:16,17.
Bagaimana sifat kedatangan-Nya? ada tiga
sifat kedatangan Kristus yaitu: kedatangan-Nya bersifat rohani segenap umat
manusia akan melihat kedatangan-Nya, artinya melihat-Nya secara rohani (Why.1:7;
Mat.24:30-31; Kis. 1:11). Kedatangan-Nya bersifat universal dan pada waktu yang
bersamaan, seperti kilat memancar dari ujung langit, yang satu ke ujung langit
yang lain (Luk. 17:24). Kristus akan datang kembali dengan
cara yang sama seperti pada waktu Ia naik ke sorga (Kis. 1:11; Mat. 24:30-36;
26:64; Mark. 13:26-27; 16:62; Luk. 21:27-28;
1 Tes. 4:13-18).
Kedatangan-Nya kembali pasti akan
terjadi, hal ini mutlak. Kapan waktunya, tidak seorangpun yang tahu, hanya Allah Bapa yang mengetahui
(Mat.24:36), pada saat yang tidak terduga Kristus datang (Mat. 24:44). Pada
saatnya Yesus akan datang menemui orang-orang yang setia beriman kepada-Nya.
Panggilan
Yesus Kristus
Apa yang Yesus maksudkan ketika Ia
berkata “ikutlah Aku”? dalam Lukas 9:23,
Yesus mengatakan bahwa setiap orang yang mau mengikut Dia, ia harus menyangkal
dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Yesus. Di dalam pemberitaan
Injil kita sudah puas ketika mendengar orang yang diinjili berdoa memohon
dengan kata-kata seperti: “menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat Pribadi,
meminta Yesus masuk ke dalam hatinya, mengundang Yesus masuk ke dalam hidupnya,
membuat keputusan mengikuti Yesus”. Apakah hal seperti ini yang diinginkan oleh
Yesus? Yesus memproklamirkan Injil-Nya
yaitu panggilan untuk menjadi murid, panggilan tunduk dalam ketaatan, bukan
hanya sekedar pengakuan atau permohonan untuk
mengikut Yesus. Setiap orang yang mengaku mengikut Yesus, atau beriman
kepada Yesus, perilakunya harus menunjukkan sebagai bukti dari komitmennya bahwa
ia adalah seorang pengikut Yesus Kristus.
Dalam gereja terdapat orang yang
mengaku percaya kepada Yesus dan sudah dilahirkan kembali, tetapi hidupnya
tidak mencerminkan hidup orang yang sudah percaya (2 Tim 3:5). Orang Kristen tidak seharusnya hidup seperti
orang yang belum diselamatkan. Saat ini
lebih mudah menemukan orang yang mengatakan percaya kepada Yesus, dari pada menemukan
orang yang benar-benar menjadi mengikut
Yesus. Pada awalnya mereka antusias untuk memperoleh keselamatan dari Yesus,
tetapi tidak pernah benar-benar mengikut Yesus.
Pelayanan Yesus dimulai dengan berkotbah
dan berkata, “bertobatlah, sebab kerajaan Allah sudah dekat (Matius 4:17)”.
Pertobatan adalah tema utama pelayanan Yesus dengan memanggil orang-orang
berdosa. Yesus tidak hanya memanggil orang berdosa, tetapi lebih dari itu
memanggil untuk berbalik dari dosa dan mengikut Dia. Yesus memakai pertobatan
sebagai panggilan untuk meninggalkan hidup yang lama dan berbalik kepada hidup
yang baru di dalam Yesus untuk memperoleh keselamatan. Pertobatan sejati akan
mengakibatkan perubahan perilaku. Perubahan perilaku itu sendiri bukanlah
pertobatan, tetapi itu adalah buah pertobatan. Pertobatan yang nyata adalah
pertobatan yang mengubah seluruh karakter manusia. Pertobatan bukanlah tindakan
satu kali, tetapi pertobatan terjadi secara progresif seumur hidup (1 Yoh 1:9).
Seseorang yang sudah benar-benar
bertobat akan berhenti berbuat dosa dan mulai hidup sesuai dengan tuntutan
firman Allah. Seiring dengan perubahan pikiran dan sikap, pertobatan sejati
akan mulai menghasilkan perubahan dalam perilaku. Rasul Paulus adalah bukti
pertobatan yang terjadi secara radikal. Orang percaya sejati akan menunjukkan
pertobatan mereka dengan perilaku baik.
Yesus memberi gambaran dua jenis orang beragama: orang-orang yang
berpura-pura taat, tetapi sebenarnya pemberontak, dan yang mulai sebagai
pemberontak, tetapi bertobat.
Banyak orang Kristen mengatakan percaya
kepada Yesus, tetapi menolak untuk mematuhi-Nya. Pengakuan iman mereka adalah
hampa. Yesus memberi perumpamaan dalam Matius 21:31, Yesus mengatakan bahwa
pemungut cukai dan pelacur akan lebih mudah masuk ke dalam Kerajaan daripada
orang Farisi, karena mereka lebih cenderung untuk mengakui dosa mereka dan
bertobat. Banyak yang mendengar kebenaran Yesus dan segera meresponi, tetapi
mereka tidak sungguh-sungguh percaya. Banyak yang memalingkan muka mereka pada
dosa, ketidakpercayaan, dan ketidaktaatan. Iman sejati hanya akan nyata di
dalam ketaatan.
Orang muda yang kaya adalah seorang
Farisi yang percaya dan melakukan seluruh Hukum Taurat, tetapi Yesus berkata
kepada murid-murud-Nya, sulit bagi orang kaya ini masuk ke dalam Kerajaan Surga
(Mat.19:23). Keselamatan adalah sangat pribadi, tidaklah cukup dilahirkan di
dalam keluarga Kristen. Menjadi Kristen tidak hanya soal percaya, banyak orang
Kristen yang “bertobat” berada dijalan yang salah, karena mereka mengambil cara
yang mudah melalui gerbang yang salah. Keselamatan tidak mudah, melalui “pintu
gerbang kecil”…dan sedikit orang yang menemukannya (Mat. 7:14).
Dalam Yeremia 29:13, Tuhan berkata, apabila kamu mencari Aku, kamu akan
menemukan Aku; apabila kamu mencari Aku dengan segenap hati. Kerajaan Surga
bukan untuk orang yang hanya ingin Yesus tanpa perubahan apapun dalam hidup
mereka. Kerajaan hanya untuk mereka yang mencari Yesus dengan segenap hati.
Banyak orang yang mendekati gerbang
berpaling ketika mereka menemukan begitu sempitnya gerbang itu. Orang muda yang
kaya mudah menemukan gerbang, tetapi ketika ia melihat, memasuki berarti dia
harus meninggalkan harta yang disayanginya. Siapapun kita dan apapun yang kita
miliki, ketika kita mencapai gerbang kecil, kita berharap dapat menjatuhkan
segala sesuatu yang dapat menjadi penghalang untuk memasuki gerbang kecil itu.
Menerima Yesus tidak berarti hanya menambahkan Yesus ke dalam hidup kita, hanya
mengaku percaya, tetapi sungguh-sungguh menjadi ciptaan baru. Keselamatan
adalah transformasi total, artinya jika seseorang berada di dalam Yesus, ia
adalah ciptaan baru, hal-hal yang lama berlalu, sesungguhnya hal-hal baru telah
datang (2 Kor. 5:17).
Seseorang yang mengaku percaya kepada
Yesus tetapi tidak benar-benar mengenal Dia, Yesus mengumpamakan mereka sebagai
cabang yang sia-sia yang hanya dangkal melekat pada pokok anggur. Mereka
seperti tampak hidup di dalam Yesus, tetapi tidak benar-benar tinggal di dalam
Dia. Hubungan mereka dengan Yesus sepenuhnya dangkal. Mereka tidak memiliki
hidup-Nya mengalir dalam hidup mereka, sehingga mereka tidak dapat menghasilkan
buah-buah rohani. Cabang sia-sia merupakan murid-murid palsu, mereka tidak
tinggal di dalam Yesus, tidak benar-benar bersatu dengan-Nya. Mereka mungkin
menjadi anggota gereja terkemuka, mereka mungkin telah banyak mendapat
pengetahuan spiritual, mereka mungkin guru doktrin, bahkan sarjana, mereka
mungkin telah mengikuti semua kegiatan di dalam gereja. tetapi mereka tidak
bernar-benar beriman kepada Yesus, komitmennya dangkal kepada Yesus.
Orang percaya sejati akan terus
bertahan, orang yang berbalik melawan Tuhan hanya membuktikan bahwa mereka
tidak pernah benar-benar diselamatkan. Rasul Yohanes menulis: “Memang mereka
berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada
kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka
tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata,
bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita” (1 Yoh. 2:19).
Tidak peduli seberapa meyakinkan kesaksian seseorang, tetapi sekali orang
menjadi murtad hal ini akan menunjukkan bahwa kesaksian itu adalah palsu. Yudas
adalah contoh utama orang yang mengaku percaya tetapi jatuh dalam kemurtadan.
Selama tiga tahun ia mengikut Yesus bersama dengan murid-murid yang lain,
mungkin Yudas mengangap dirinya seorang percaya, dia mungkin percaya bahwa
Yesus adalah Mesias, dia telah meninggalkan segalanya untuk mengikut Tuhan.
Dalam terminologi modern, dia telah menerima Yesus. Selama tiga tahun hidup bersama
Yesus, melihat mujizat, mendengar kata-kata-Nya, bahkan berpartisipasi dalam
pelayanan-Nya. Tidak ada yang mempertanyakan imannya, statusnya sama dengan
murid-murid yang lain. Hanya Yesus yang mengetahui hati Yudas (Yoh.13:10-11).
Tanda murid sejati bukanlah bahwa dia tidak pernah melakukan
dosa, tetapi ketika dia melakukan dosa sadar untuk kembali kepada Tuhan untuk
menerima pengampunan. Tidak seperti seorang murid palsu, murid sejati tidak
akan pernah berpaling sepenuhnya, dia kadang-kadang bisa berubah kembali. Yudas
menggambarkan murid yang palsu. Pertama ia mencintai kekayaan kekal, tetapi dia
ingin kemuliaan, ia ingin sukses, ia ingin harta duniawi. Akhirnya dia kecewa
karena Yesus tidak memenuhi semua harapan politiknya. Murid palsu pura-pura mengasihi
Tuhan, percaya kepada Yesus supaya menolong bisnis, mereka berpikir bahwa
percaya kepada Yesus akan membawa kesehatan, kekayaan, atau kemakmuran. Namun
pada akhirnya mereka menjual Yesus, seperti Esau menjual hak kesulungannya (Kej.
25:32-34). Seperti Yudas yang mencintai dunia dan mencintai kegelapan. Tidak
menutup kemungkinan gereja juga dipenuhi oleh orang yang seperti Yudas, mereka
ramah kepada Yesus, mereka melihat dan berbicara seperti murid, tetapi mereka
tidak berkomitmen kepada Yesus. Seorang
murid sejati tidak akan pernah berubah komitmennya terhadap Yesus, seorang murid
sejati tidak akan pernah menjual Yesus, murid sejati ketika jatuh ke dalam dosa
mereka akan memohon pengampunan, iman mereka tidak rapuh atau bersifat
sementara, tetapi iman mereka adalah dinamis dan terus bertumbuh berkomitmen
kepada Yesus.
Banyak orang Kristen yang mengaku
percaya dan diselamatkan, tetapi hidup mereka benar-benar tandus dan tidak
menghasilkan buah yang dikehendaki oleh Yesus. Yesus memberi peringatan serius:
“Bukan setiap orang yang berseru
kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang
melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan
berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan
mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?
Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak
pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"
(Mat.7:21-23).
Jangan sampai orang seperti ini yang saat ini sedang mengisi bangku-bangku di
gereja.
NABI ISA ADALAH UTUSAN ALLAH, BUKAN SEBAGAI TUHAN. NABI ISA TIDAK PERNAH DISALIB DAN DIBUNUH TETAPI DI SELAMATKAN OLEH ALLAH. SEDANGKAN YANG DISIKSA, DISALIB DAN DIBUNUH ADALAH PENGHIANAT, YANG MANA DIA ADALAH MURIDNYA NABI ISA. DIALAH "YUDAS", -YANG DISERUPAKAN OLEH ALLAH SERUPA DENGAN NABI ISA. DIALAH 'YUDAS' YANG DISALIB, -YANG MENURUT UMAT KRISTEN DIANGGAP SEBAGAI NABI ISA. KEMUDIAN DIA DITUHANKAN DAN DIANGGAP SEBAGAI PENEBUS DOSA. BAGAIMANA MUNGKIN TUHAN BISA MATI. DIMANA KONSEP KEKELANNYA. JIKA MEMANG BEGITU, BERARTI BENAR CARA BERPIKIRNYA NETZE BAHWA TUHAN TELAH MATI DIBUNUH. TETAPI ITU SEMUA SANGAT IRRASIONAL DAN NAIF JIKA TUHAN MATI DIBUNUH, TUHAN SEPERTI MANUSIA / MENYERUPAI MANUSIA. BEGITU RENDAH KONSEP BERTUHANMU DALM THEOLOGI DAN FILSAFATMU. PENCIPTA (TUHAN), MUTLAK TIDAK PERNAH SAMA / MENYERUPAI DENGAN MANUSIA / MAHLUKNYA. SEBAGAI PERUMPAMAAN: TUKANG KURSI TIDAK PERNAH SAMA DENGAN KURSI...
BalasHapusJADI, SEBENARNYA YANG ANDA SEMBAH, BUKAN TUHAN ALLAH, BUKAN NABI ISA, TETAPI KAU MENGAGUNGKAN DAN MENYEMBAH YUDAS, PENGHIANATNYA NABI ISA ALAIHISSALAM... BUKA DAN TANYA HATI NURANIMU...
BalasHapus