27 Maret 2014

MERANCANG MODEL RELASI YANG DAPAT DI JADIKAN JEMBATAN UNTUK MEMBINA RELASI ANTAR UMAT BERAMAGA DALAM KONTEKS INDONESIA | Pdt. Joseph Gerungan

Pada dasarnya semua agama di dunia khususnya di Indonesia selalu
menampakkan jati dirinya dalam mempertahankan kebenaran masing-masing.
Setiap agama tersebut seolah - olah ada tembok - tembok pemisah antara
agama-agama tersebut, namun kalau semua terfokus pada satu relasi,
maka dengan demikian setiap tembok-tembok pemisah itu akan hancur
dengan sendirinya, maka terjadilah jembatan yang saling menghubungkan
agama-agama itu sendiri.
Dengan demikian kehidupan kita sebagai umat beragama yang bersifat
relasional yang berhubungan. Kita tidak hanya hidup bagi diri sendiri,
iman Kristen kita pun tidak berlaku bagi diri sendiri saja. Sebaliknya
jika kehidupan kita ditandai berbagai dimensi hubungan antara kita dan
dunia sekitar / agama-agama lain, maka iman kita pun baru menemui jati
dirinya bila ia dihayati juga dalam kerangka hubungan yang menentukan
kehidupan kita, bila ia menjadi iman yang sifatnya rasional-rasional
bukan saja untuk sesama umat Kristen, melainkan terlebih lagi rasional
dengan tetangga dan alam tetangga yang berada di luar kelompok kita /
agama-agama yang lain.
Hal ini bukan merupakan rahasia atau relasi keluar dari kelompok kita
sendiri akhir-akhir ini sangat terganggu. Boleh saja kita atau orang
lain membuat analisis bahwa kerusuhan dan pertentangan selama beberapa
tahun belakangan ini dipaksakan dari luar kepada kita dan agama lain.
Mungkin analisis itu benar.
Namun apa gunanya? Di akui atau tidak, akhirnya sikap dan perasaan
kita terhadap tetangga di luar pun turut dipengaruhi atau terganggu
setiap konflik yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia menjadi
satu pembelajaran agar masa yang akan datang tidak terjadi lagi
konflik dan jauh dari sikap bermusuhan.
Dengan demikian setiap agama di Indonesia akan bersatu dan memupuk
rasa persaudaraan dan terhindar dari kerusuhan, pembantaian,
penindasan, dan pembunuhan. Hal ini lah yang diharapkan oleh setiap
agama di Indonesia.


POLA YANG DAPAT DIGUNAKAN UNTUK MEMBERI APRESIASI / PENGHARGAAN
TERHADAP AGAMA NON KRISTEN
DALAM KONTEKS INDONESIA

Yang sangat di dambakan oleh setiap umat beragama di Indonesia
bagaimana menciptakan kerukunan hidup antar umat beragama secara
autentik dan jujur.
Namun kerukunan bukanlah tujuan akhir, sebab misi agama bukan semata
menjalin kerukunan dan perdamaian semata, melainkan untuk memberikan
pelayanan pada umat manusia agar tumbuh menjadi umat beragama yang
religius. Yang perlu diperhatikan bersama agar selalu tercipta suasana
toleran, dialog, saling menghormati, dan bentuk-bentuk kerjasama yang
nyata.
Semangat dari konsep toleransi sesungguhnya masi dalam batas saling
menerima satu sama yang lain, tetapi belum menunjukkan gerak keluar
yang lebih aktif. Oleh karena itu toleransi harus dilanjutkan dengan
saling menghormati terhadap pemeluk agama yang berbeda dalam semangat
dan konteks keindonesiaan, sesungguhnya yang diharapkan bukan sekedar
menumbuhkan toleransi dan kerjasama untuk kepentingan umat beragama
secara eksklusif, melainkan suatu gerakan moral untuk meningkatkan
harkat dan martabat bangsa.
Sungguh memprihatinkan melihat kenyataan terjadinya konflik antar umat
beragama di tanah air ini, apapun yang menjadi penyebabnya. Yang ideal
mestinya umat beragama menjadi tiang penyanggah persatuan bangsa dan
pemberi solusi atas problem-problem sosial yang muncul, bukannya malah
menjadi komunitas yang justru menimbulkan sumber masalah bangsa.
Agama perlu memahami, menyerap, dan menyalurkan aspirasi masyarakat
lokal dalam semangat keindonesiaan dalam rangka merespon pengaruh
global yang tidak terlalu positif dampaknya bagi kehidupan sosial di
tanah air. Hal ini perlu sekali direnungkan, mengingat loyalitas umat
beragama adakalanya lebih kuat pada kelompoknya sendiri secara
eksklusif dan militan, sehingga menjadi lupa bahwa kita semua hidup
dalam rumah tangga bernama Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Seseorang di segani dan di hormati bukan karena apa yang di perolehnya, Melainkan apa yang telah di berikannya. Tak berhasil bukan karena gagal tapi hanya menunggu waktu yang tepat untuk mencoba lagi menjadi suatu keberhasilan hanya orang gagal yang merasa dirinya selalu berhasil dan tak mau belajar dari kegagalan

BERITA TERKINI

« »
« »
« »
Get this widget

My Blog List

Komentar