BAB I
PENDAHULUAN
Kabupaten Banggai Kepulauan adalah salah satu kabupaten di
provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak
di Salakan. Kabupaten ini memiliki luas wilayah daratan 3.160,46 km²
dan wilayah laut 18.828,10 km² serta berpenduduk sebanyak 158.617 jiwa
(2009). Secara administratif, Kabupaten Banggai Kepulauan terdiri
dari 19 kecamatan, 6 kelurahan dan 187 desa yang terdiri atas 342
pulau dengan 5 pulau sedang, yakni Pulau Peleng (luas 2.340 km²),
Pulau Banggai (268 km²), Pulau Bangkurung (145 km²), Pulau Salue Besar
(84 km²), Pulau Labobo (80 km²) dan 337 pulau-pulau kecil. Panjang
pantai 1.714,218 Km. Suku Banggai dengan bahasa Banggai adalah suku
asli yang mendiami Kepulauan Banggai. Di Kepulaun Banggai ini memang
cuma satu suku asli yaitu Suku Banggai. Sedangkan yang tinggal di Kab
Banggai Kepulauan ini banyak sukunya, dari berbagai suku di indonesia.
Di suku banggai ini terdapat sebuah desa yaitu desa Lemelu, orang
Lemelu ini tinggal di kecamatan Buko, kabupaten Banggai Kepulauan,
provinsi Sulawesi tengah. Orang Lemelu ini hidup dibagian pegunungan,
kira-kira 10 km dari pantai. Mereka berbahasa Banggai dengan logat
sendiri yaitu logat lemelu.
RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana kondisi umum suku Banggai (Desa Lemelu) ?
b. Bagaimana kondisi kerohania suku Banggai (Desa Lemelu) ?
c. Apa yang akan dilakukan jika di utus melayani di suku Banggai (Desa Lemelu) ?
B. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan pokok masalah di atas, maka penulis ingin:
a. Menjelaskan kondisi umum masyarakat suku Banggai (Desa Lemelu)
b. Memaparkan kondisi kerohaanian suku Banggai (Desa Lemelu)
c. Memmaparkah hal-hal yang akan dilakukan penulis jika di utus
pelayanan di suku Banggai (Desa Lemelu).
BAB II
KONDISI UMUM MASYARAKAT SUKU BANGGAI
(Desa Lemelu)
Suku Banggai, merupakan suku yang mendiami Kepulauan Banggai, yang
sebelumnya bernama asli Suku Sea-sea, yang awalnya dari
kerajaan-kerajaan kecil, kemudian utuh yang kini bernama Kerajaan
Banggai, kerajaan ini mempunyai kekuasaan yang cukup luas, bahkan
hampir setengah dari wilayah Sulawesi Tengah, namun hingga kini
setelah berdirinya Pemerintahan RI, cakupan wilayah Kerajaan Banggai
hanya pada Kabupaten Banggai Kepulauan dan Kabupaten Banggai, dengan
menaungi tiga suku, yaitu Suku Banggai, Saluan, dan Balantak. yang
meninggalkan bukti sejarah antara lain Keraton Kerajaan di kota
Banggai. walaupun satu kerajaan, namun ketiga dari suku ini mempunyai
Adat Istiadat yang sangat berbeda.
A. Keadaan dan kehidupan suku Banggai (desa Lemelu)
Suku banggai (desa Lemelu) pada umumnya kecil, terdiri dari
Rumah-rumah panggung dengan beratapkan rumbia, ada yang memiliki rumah
yang tidak bertiang atau rumah dinding, pondasi,yang telah memakai
atap seng, dan juga ada yang memakai antena, parabola hanya mereka
yang telah memiliki pendidikan atau yang bukan asli penduduk orang
Lemelu (pendatang) yang menjadi guru, pendeta di Lemelu dan juga yang
telah memiliki penghasilan. Daerah ini yang terletak di pegunungan
ini memiliki tanah yang subur, dengan keadaan tanah yang demikian
desa Lemelu dapat menghasilkan kopra, coklat, umbi-umbian contohnya:
ubi banggai, talas, singkong, ubi jalar, ada juga yang menanam jagung,
dan ada juga yang menanam buah-buahan contohnya: semangka, kentimun
oleh karena itu desa Lemelu pada umumnya bertani.
Di desa Lemelu ini tidak terdapat rumah sakit, puskesmas. Ketika ada
yang sakit mereka pergi ke puskesmas terdekat seperti di Buko. Desa
Lemelu ini hanya memiliki 1 buah sekolah dasar (SD), dan sebagian
besar anak-anak bersekolah disitu, dan jika mereka mau melanjutkan ke
sekolah yang lebih tinggi SMP, SMA mereka harus pergi ke Lumbi-Lumbia,
Luwuk, sedikit yang mau melanjutkan ke perguruan tinggi karena
permasalahan ekonomi. Dan jika mereka tidak melanjutkan lagi mereka
tinggal bertani menanam coklat dan ada juga yang berternak.
Sistem kekerabatan orang Lemelu sangat baik, karena mereka saling
bekerja sama, membantu satu sama lain contohnya pada acara pernikahan,
acara-acara gereja, dan pada saat ada kedukaan. Masyarakat Lemelu ini
tidak menentukan hak waris semuanya rata mendapatkan baik pria maupun
wanita.
B. Adat dan tradisi di suku Banggai (desa Lemelu)
Adat istiadat yang tumbuh dan berkembang dalam suku Banggai sangatlah
banyak dan beragam, mulai dari penggunaan bahasa tradisional (
Banggai) sebagai bahasa sehari-hari hingga adat pernikahanpun tidak
lepas dari tradisi yang berkembang. Walau kini tradisi banyak tradisi
yang punah dan mulai di gali kembali, namun cukup banyak tradisi yang
masih melekat dalam masyarakat, terutama kesenian tradisionalnya.
Seba Adat atau dalam bahasa indonesianya adalah musyawarah adat,
merupakan wadah untuk program adat yang bertujuan di antaranya untuk
mempertahankan adat istiadat yang ada pada masing-masing suku di
kerajaan Banggai, karena memang Seba Adat di adakan oleh Perangkat
Adat atau Kerajaan Banggai oleh Raja, atau Tomundo dalam bahasa
Banggai, yang di hadiri oleh Basalo, yaitu sejenis kepala adat dalam
cakupan kedaerahan kecamatan atau desa yang dari suku banggai,
sedangkan dari Saluan dan Balantak bernama Bosano dan Bosanyo. Selain
Basalo, masih banyak perangkat adat lainnya yang membantu kegiatan
Basalo, misalnya Kapitan (pemerintah). Dalam perangkat kerajaan juga
ada yang di sebut Mian Tuu, dan masih banyak lagi jabatan-jabatan adat
yang membantu dalam kepengurusan kerajaan Banggai, yang mana kegiatan
Seba ini di adakan setiap tahunnya untuk Evaluasi hasil kerja atau
Program dan perencanaan yang baru dalam setiap gerak masyarakat adat
Banggai.
Ada sangat banyak dari tradisi yang melekat dalam masyarakat suku
Banggai (desa Lemelu) yang memang sangat menarik, musik yang di
antaranya; batongan, kanjar, libul dan lain sebagainya, juga ada
tarian, yang termasuk Onsulen, Balatindak, Ridan dll, juga cerita
rakyat atau legenda yang sangat banyak yang di kenal dengan nama
Banunut (dongeng), lagu atau puisi yaitu Baode, Paupe dan masih banyak
lagi kesenian tradisional lainnya, ada beberapa tradisi ini yang masih
dipegang secara menyeluruh dari suku Banggai (desa Lemelu), misalnya
pada saat perayaan Maulid Nabi Besar Muhammad saw, para masyarakat
suku Banggai akan membuat sejenis kue yang di beri nama Kala-kalas,
ada juga yang menyebutnya kaakaras. Kue ini tebuat dari tepung beras
yang bentuk jadinya di goreng, dan kue ini sangat unik sekali, bahkan
hanya akan di jumpai pada saat perayaan Maulid Nabi saw saja. Selain
itu, masih banyak tradisi lainnya, Upacara Adat misalnya, upacara
pelantikan Tomundo (raja), upacara pelantikan Basalo, dan lain
sebagainya.
Tradisi-tradisi dalam masyarakat pun bahkan beragam, masyarakat yang
tinggal di tepian pantai dengan masyarakat yang tinggal di pedalaman
akan memberikan suatu gambaran yang jauh berbeda, kesenian, upacara
adat, bahkan kehidupan adat sehari-haripun tidak banyak menunjukan
kesamaan, contohnya, ada sebuah upacara adat atau perayaan ketika para
nelayan telah menangkap ikan, yang cara menangkapnya di kenal dengan
nama sero, sedangkan di pedalaman akan ada penanaman sejenis Umbi yang
memang satu-satunya di dunia ini hanya terdapat dan berasal dari
Banggai, sehingga di kenal dengan nama Ubi Banggai, ini akan
memberikan suatu cerita tersendiri yang sangat menakjubkan, yang di
mulai dari proses hingga selesai, akan banyak sisi-sisi kehidupan
tradisi yang memberikan gaya artistik yang sangat berharga.
Berburu merupakan salah satu kegiatan yang dari zaman pra kerajaan
Banggai, namun hingga kini, berburu atau yang dalam bahasa Banggai
dikenal dengan nama Baasu itu masih sering di jumpai di daerah
pedalaman, terutama di kawasan Pulau Peling.
Masih sangat banyak tradisi yang melekat pada masyarakat adat
maupun yang sudah mulai memudar seiring pekembangan zaman, namun di
balik itu semua, masih menyimpan sejuta makna dan sejuta misteri untuk
di gali dan di kembangkan. yang pasti, marilah kita sama-sama menjaga
adat dan istiadat kita, karena inilah harga diri suku dan kerajaan
kita.
BAB III
KONDISI KEROHANIAN MASYARAKAT BANGGAI
(Desa Lemelu)
Pada umumnya masyarakat Banggai mayoritas agama Islam.
Kira-kira 60 % agama Islam, 50% agama kristen. Walaupun demikian,
Islam dan Kristen tetap akur tidak mengalami kekacauan, dan selalu
membantu jika ada kegiatan dimasing-masing agama tersebut, contohnya:
ketika agama Islam merayakan hari raya mereka, agama kristen turut
mengambil bagian didalamnya dalam hal membantu, menjaga diluar mesjid
ketika orang-orang islam sedang sembahyang di Mesjid. Demikian juga
sebaliknya ketika orang Kristen merayakan Natal, orang Islam juga
turut mengambil bagian menjaga di gedung gereja sementara ibadah
berlangsung, tidak hanya ini juga tetapi mereka juga mendapat
undangan, dan ketika mendapat undangan ada yang ikut mengikuti ibadah,
tetapi hanya pemerintah atau aparat Desa yang ikut mengikuti ibadah
bersama dengan orang Islam.
Jika dilihat secara khusus Desa Lemelu ini yang terletak
dipegunungan masyarakatnya beragama Kristen, didalamya ada kristen
protestan, kristen katolik, GABK (Gereja Anugerah Bantara
Kristus).walaupun mereka telah memeluk agama tetapi pada umumnya hanya
bernama Kristen KTP, Kristen Natalan. Orang Lemelu memang benar-benar
agama Kristen, namun demikian banyak diantara mereka masih memegang
teguh kepercayaan lama yaitu: animisme, sepeti percaya kepada Roh-roh
gaib dan tempat-tempat keramat. Ada yang masih mempercayai bahwa
tempat-tempat keramat itu adalah tempat perlindungan. Mereka belum
mengenal dan mengetahui makna keselamatan, dan walaupun mereka
beribadah tetapi mereka hanya beribadah saja, dan adapun orang-orang
tertentu yang berpikir bahwa ''ibadah dengan tidak ibadah sama saja''
karena pola pikir mereka belum mengerti akan keselamatan. Mereka juga
berpikir bahwa yang penting dalam kehidupan mereka tidak berbuat
jahat, tetap melakukan yang baik itu telah merupakan suatu ibadah.
Itulah yang ada dalam pikiran mereka sebagai orang-orang Lemelu yang
belum benar-benar mengerti akan keselamatan.
Masyarakat Lemelu ini juga masih mempercayai dukun-dukun,
ketika ada yang sakit, bukannya mereka memaggil pelayan untuk berdoa
atau pergi ke Puskesmas tetapi langkah awal yang mereka lakukan adalah
mereka pergi ke dukun, dan melalui dukun juga pikiran mereka mudah
diracuni, dan menganggap jika mereka sakit karena di ''santet''.
Dengan hal-hal yang demikian akan menghambat pertumbuhan iman
percaya orang Lemelu, dan sampai saat ini pun mereka masih percaya
hal-hal yang demikian.
BAB IV
PENERAPAN PARAKTIS
Dengan melihat keadaan yang ada di masyrakat Lemelu, jika
suatu saat penulis diutus untuk melayani maka yang penulis lakukan
mengubah keberadaan yang ada di Lemelu ini yang pertama penulis
melangkah di bidang:
a. Bidang kerohanian
Dengan melihat kondisi kerohanian jemaat Lemelu yang
sangat minim, dipengaruhi karena jemaat Lemelu belum memahami akan
keselamatan, maka penulis akan mengadakan penginjilan pribadi, dengan
dasar Alkitab. Memperkenalkan Alkitab yang didalamyan menjelaskn akan
injil keselamatan kepada mereka yang belum mengenal keselamatan itu
secara pribadi. Dan yang utama penulis memfokuskan kepada beberapa
orang untuk mengajarkan keselamatan sampai benar-benar menerima,
mengerti akan keselamatan, dan jika telah mengerti dan benar-benar
telah menerima Tuhan sebagai Juruselamat satu-satunya, maka akan
memudahkan dan akan membantu penulis dalam memberitakan atau
memperkenalkan Injil keselamatan kepada mereka yang samasekali masih
buta akan keselamatan.
Kemudian penulis akan lebih fokus lagi kepada anak-anak,
remaja, dan pemuda. Karena dari situlah awal dari semuannya dalam
memperkenalkan akan Injil keselamatan. Jika anak-anak diajak sekolah
minggu, lalu di ajar akan kebenaran Firman Tuhan maka iman mereka akan
bertumbuh sampai mereka dewasa. Dan penulis yakin jika dari kecil
telah diajar maka hingga dewasa juga akan selalu mencerminkan yang
baik dimata Tuhan akan menjadi teladan karena merakalah tulang
punggung gereja suku-suku yang belum mengenal akan keselamatan. Dan
satu hal lagi yang penulis lakukan kepada remaja dan pemuda selain
melaksanakan persekutuan maka penulis ingin melaksanakan katekisasi.
Karena dalam usia-usia seperi inilah akan cepat diombang-ambingkan
jika iman mereka belum kuat. Oleh karena dengan melakukan hal ini
mereka semakin dikuatkan dan iman percaya mereka selalu teguh didalam
Tuhan. Penulis juga akan melakukan kunjungan dan berusaha untuk dapat
menjalin hubungan yang baik antara anggota jemaat.
Selanjutnya yang penulis lakukan adalah setelah melihat
kondisi kebutuhan yang ada di masyarakan Lemelu
b. Bidang perekonomian
Dengan melihat hasil pertanian mereka dan kondisi tanah Lemelu maka
penulis melakukan pelatihan-pelatihan.
a. Pelatihan pembuatan pupuk
Penulis akan mengajarkan pembuatan pupuk bokasi dan pupuk cair
terhadap orang dewasa dan yang paling utama bapak-bapak, karena pada
umumya di daerah Banggai (Desa Lemelu), tidak mengenal pemupukan,
mereka merasa jijik dengan adanya pupuk, ketika mereka mengetahui ada
sayuran atau tanaman apapun saja yang dipupuk mereka tidak mau
mengkonsumsi lagi . Jika Desa Lemelu diteliti sangat mudah untuk
membuat pupuk karena banyak bahan-bahan yang tidak diketahui oleh
masyarakat Banggai (Lemelu).
b. Pelatihan pertanian
Penulis akan mengajarkan bagaimana bertani yang baik yaitu
bagi mereka yang menjadi kepala keluarga (bapak), dan setelah mereka
memahami pembuatan pupuk, maka lebih mudah lagi untuk bertani yang
lebih baik. Apalagi tanah yang ada di suku Banggai (Lemelu) masih
tergolong tanah yang subur pasti lebih subur lagi jika ditambahkan
dengan pupuk. Dengan demikian masyarakat Lemelu akan semakin
berkembang dalam hal Ekonomi jika mereka memahami yang diajarkan dan
mempraktekannya.
c. Pelatihan hasil pangan
Penulis akan mengadakan pelatihan hasil pangan kepada ibu-ibu dan
pemudi yang nganggur tidak memiliki pekerjaan. Karena pada umumnya
suku Banggai (Desa Lemelu) dapat menghasilkan: singkong, talas, ubi
banggai, pisang. Dengan adanya hasil tanaman ini penulis akan
memperkenalkan cara-cara pengolahan agar menghasilkan suatu yang lebih
bermanfaat, dan tidak hanya dibuang begitu saja, seperti pada awalnya.
Dan pada dasarnya bahan ini jika diolah akan mengasilkan keripik yang
manis.
Jika suku Banggai (Desa Lemelu), telah melakukan hal ini yang penulis
kenalkan atau ajarkan, penulis yakin kehidupan orang Banggai
(masyarakat Lemelu) akan lebih baik, dalam hal kebutuhan mereka tidak
akan menjadi kesulitan lagi. Dengan demikian kebutuhan jasmani dan
rohani semakin bertumbuh dan di dalamnya juga namaTuhan selalu
dimuliakan.
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam kehidupan didunia ini begitu banyak suku-suku
terabaikan yang belum mengenal akan keselamatan. Banyak jiwa-jiwa yang
menanti uluran tangan. Dimanakah yang terbeban untuk melayani
mereka??. Pelayanan sangat-sangat dibutuhkan tetapi satu hal yang
harus diketahui bahwa pelayanan bukanlah hal yang mudah, pelayanan
butuh pengorbanan, pengorbanan dalam bentuk tenaga, waktu, materi.
Pelayanan berpusat pada diri seseorang bagaimana meresponi panggilan
dan tugas yang telah diberikan. Sebagai orang percaya yang telah
menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat harus siap dan rela
melakukan pelayanan, tetapi harus dilakukan dengan hati yang tulus
dengan penuh KASIH. Seperti halnya Kristus rela mati bagi kita hanya
untuk menebus dosa kita, oleh karena itu selayaknya, kita yang telah
ditebus melakukan pelayanan atau melayani dengan sungguh-sungguh. Satu
hal yang harus kita tanamkan untuk menjadi hamba Tuhan jangan pernah
menyesal untuk menjadi hamba Tuhan, karena ini merupakan pekerjaan
yang mulia dihadapan Tuhan.
SARAN
Setelah menulis makalah ini tentang suku-suku terabaikan,
penulis menyarankan bagi siapa yang membacanya marilah kita sama-sama
semangat dalam melayani menjalankan panggilan Tuhan, karena masih
banyak jiwa-jiwa diluar sana yang belum mengenal Kristus, itu
merupakan tanggungjawab kita sebagai orang yang telah diutus menjadi
hamba-Nya. Lakukanlah tugas paggilan dengan sukacita dan dengan penuh
semangat, lakukan bukan hanya untuk dirimu sendiri tapi lakukanlah
untuk Tuhan.
Catatan:
1. Bagus.., apa yang kamu tulis akan saya publikasikan di internet,
semoga menjadi berkat bagi banyak orang. Saya puas dengan tugas yang
kamu buat.
2. Saya memberi nilai : A (95)
3. Tetap semangat, Tuhan telah memanggilmu, tetap focus pada panggilan
apapun masalah yang kamu hadapai…..GBU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar