28 November 2012

SUKU SEA-SEA


SUKU SEA-SEA

PAPER

Dibuat untuk memenuhi sebagian tugas dari mata kuliah Misiologi yang dibimbing oleh: Adrianus pasasa, S.T, M.A



Oleh
Serli Kidolite
NPM: 20110116






SEKOLAH TINGGI TEOLOGI
STUDI ALKITAB UNTUK PENGEMBANGAN PEDESAAN
 INDONESIA


CIANJUR, NOVEMBER 2012




DAFTAR ISI

DAFTAR ISI                         ..........................................................................................i
BAB I                                     : PENDAHULUAN
 A. Latar Belakang Masalah.........................................1
 B. Rumusan Masalah....................................................1
                                                 C. Tujuan Penulisan......................................................1
BAB II                                    : KONDISI UMUM MASYARAKAT SUKU SEA-SEA
A. Sumber Daya Alam...................................................2
B. Sumber Daya Manusia.............................................2
C. Kebudayaan Masyarakat Suku Sea-Sea.................3
BAB III                                  : KEBUTUHAN-KEBUTUHAN MASYARAKAT SUKU
                                                   SEA-SEA
A. Kebutuhan Masyarakat di Bidang Jasmani...........5
B. Kebutuhan Masyarakat di Bidang Rohani.............5
BAB IV                                  : UPAYA KONKRIT PENINGKATAN
                                                  KESEJAHTERAAN MASYARAKAT SUKU
                                                  SEA-SEA MELALUI PELAYANAN SECARA
  HOLISTIK
A. Bidang Jasmani ......................................................7
B. Bidang Kerohanian.................................................7
BAB V                                    : PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................9
B. Saran.........................................................................9
DAFTAR PUSTAKA          ......................................................................................10


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
            Keberadaan sebuah suku yang terbentuk dalam suatu wilayah dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, baik itu masyarakat, peraturan, bahasa, dan kebudayaan-kebudayaan. Begitupun halnya dengan keberadaan suku Sea-sea yang ada di Banggai Kepulauan. Suku Sea-sea atau suku Banggai Pegunungan, berada di daerah pegunungan di kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah. Suku ini merupakan salah satu suku dari sekian banyak suku di Indonesia yang telah mendapat perhatian dari pemerintah dan telah cukup berkembang. Tetapi dibalik perkembangan itu, ada begitu banyak tantangan yang dihadapi dalam perkembangan suku ini, baik dalam pertumbuhan dan perkembangan, terutama dalam hal pengabaran injil. Inilah yang masih menjadi pergumulan yang terbesar di suku Sea-sea ini.
B. Rumusan Masalah
            Penulis merumuskan pokok-pokok yang menjadi permasalahan dalam tulisan ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi umum masyarakat suku Sea-sea?
2. Bagaimana tantangan yang dihadapi, baik secara jasmani maupun rohani?
3. Bagaimana upaya konkrit peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pelayanan
    holistik?
C. Tujuan Penulisan
            Dilihat dari latarbelakang dan permasalahan yang ada, maka tujuan penulisan dari makalah ini adalah:
1. Menjelaskan kondisi umum masyarakat suku Sea-sea.
2. Menjelaskan tantangan yang dihadapi, baik secara jasmani maupun rohani.
3. Menjelaskan upaya kongkrit peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pelayanan holistik.
BAB II
KONDISI UMUM MASYARAKAT SUKU SEA-SEA
A. Sumber Daya Alam
            Suku Sea-sea adalah salah satu suku yang terletak di dataran Pulau Peling, kabupaten Banggai Kepulauan, Provinsi Sulawesi Tengah. Suku ini memiliki potensi yang sangat baik dan cukup banyak, baik itu di laut maupun di daratan. Keadaan ini merupakan modal utama bagi masyarakat suku Sea-sea untuk memacu diri dalam mengembangkannya. Wilayah suku Sea-sea memiliki curah hujan yang rendah dengan tekstur tanah yang cukup subur dan tata guna lahan maupun perairan yang tersusun dengan baik. Keadaan yang seperti ini sangat memungkinkan para petani untuk bercocok tanam. Komoditas yang paling banyak ditanam oleh sebagian besar masyarakat suku Sea-sea adalah tanaman umbi-umbian, selain itu masyarakat juga menanam kelapa dan cengkeh.
Sumber air yang digunakan untuk kebutuhan masyarakat, baik untuk mandi dan memasak adalah sumber air yang berasal dari pegunungan dan danau. Banyak sumber daya alam yang telah dikembangkan oleh masyarakat suku Sea-sea, seperti peternakan ayam, kambing, babi, dan lain sebagainya. Tetapi masih ada juga potensi yang belum dikembangkan oleh masyarakat suku Sea-sea, contohnya peternakan ikan, udang dan masih banyak lagi potensi yang belum dikembangkan.
B. Sumber Daya Manusia
              Pada umumnya, “Ciri-ciri fisik dari penduduk asli suku Sea-sea pada umumnya adalah berambut keriting dan ikal, muka bulat, mata bulat hitam, kulit sawo matang/kehitaman, tinggi badan orang dewasa sekitar 145 -160 cm.  Suku Sea-sea memiliki luas wilayah 2.340 km², dengan jumlah penduduk ± 120.000 jiwa”[1]. Suku ini telah memiliki pendidikan yang cukup, baik itu tingkat TK, SD, SMP, dan SMA, bahkan SMK. Suku ini pun telah memiliki pengetahuan yang cukup di berbagai bidang, hal ini disebabkan karena IPTEK mulai berkembang di suku ini. Dalam hal pendidikan dan sumber daya manusia, suku Sea-sea sudah termasuk suku yang telah maju,tetapi dalam hal kepercayaan kepada Kristus, suku ini masih tergolong suku yang terabaikan. Banyak anak-anak dari suku Sea-sea yang pergi ke kota untuk menafkahi kebutuhan keluarga, tetapi pada umumnya anak-anak di suku ini pergi dari daerah menuju ke Kota untuk melanjutkan studi, terutama ke perguruan tinggi. Dari anak-anak daerah inilah maka suku Sea-sea semakin berkembang, terutama dalam sumber daya manusia.
C. Kebudayaan Masyarakat Suku Sea-Sea
            Suku Sea-sea adalah salah satu suku yang memiliki kebudayaan yang unik diantara semua suku yang ada di Indonesia. Tradisi yang diwarisikan dari para nenek moyang masih berkembang sampai pada saat ini, tetapi ada juga beberapa adat dan tradisi yang telah hilang seiring dengan perkembangan yang terjadi dikalangan para masyarakat suku Sea-sea. “Ada sangat banyak dari tradisi yang melekat dalam masyarakat yang memang sangat menarik, yang di antaranya; batongan, kanjar, libul dan lain sebagainya, juga ada tarian, yang termasuk Onsulen, Balatindak, Ridan dan masih banyak lagi tradisi yang ada di sukuSea-sea ini. Juga cerita rakyat atau legenda yang sangat banyak yang di kenal dengan nama Banunut, lagu atau puisi yaitu Baode, Paupe dan masih banyak lagi kesenian tradisional lainnya. Ada beberapa tradisi ini yang masih dipegang secara menyeluruh dari suku Sea-sea, misalnya pada saat perayaan Maulid Nabi Besar Muhammad saw, para masyarakat suku Sea-sea akan membuat sejenis kue yang diberi nama Kala-kalas, ada juga yang menyebutnya kaakaras. Kue ini tebuat dari tepung beras yang bentuk jadinya di goreng, dan kue ini sangat unik sekali, bahkan hanya akan di jumpai pada saat perayaan Maulid Nabi saw saja. Selain itu, masih banyak tradisi lainnya. Upacara Adat misalnya, upacara pelantikan Tomundo, upacara pelantikan Basalo, dan lain sebagainya.
         Tradisi-tradisi dalam masyarakat pun bahkan beragam, masyarakat yang tinggal di tepian pantai dengan masyarakat yang tinggal di pedalaman akan memberikan suatu gambaran yang jauh berbeda, kesenian, upacara adat, bahkan kehidupan adat sehari-haripun tidak banyak menunjukan kesamaan, contohnya, ada sebuah upacara adat atau perayaan ketika para nelayan telah menangkap ikan, yang cara menangkapnya di kenal dengan nama sero, sedangkan di pedalaman akan ada penanaman sejenis Umbi yang memang satu-satunya di dunia ini hanya terdapat dan berasal dari suku Sea-sea (Banggai), sehingga di kenal dengan nama Ubi Banggai, ini akan memberikan suatu cerita tersendiri yang sangat menakjubkan, yang di mulai dari proses hingga selesai, akan banyak sisi-sisi kehidupan tradisi yang memberikan gaya artistik yang sangat berharga”[2]. Adat istiadat dan kebudayaan yang tumbuh dan berkembang sejak zaman para nenek moyang suku Sea-sea sebenarnya sangat banyak, tapi kini adat-istiadat dan budaya tersebut telah banyak yang ditinggalkan atau dilupakan. Suku Sea-sea berkomunikasi pada umumnya mereka menggunakan bahasa Banggai, yang memiliki beberapa dialek yang tersebar di beberapa kecamatan di kabupaten Banggai maupun di kabupaten Banggai Kepulauan. Dalam kehidupan suku Sea-sea, musyawarah adat (Seba Adat) merupakan wadah untuk mempertahankan adat istiadat yang ada pada suku Sea-sea. Masyarakat suku Sea-sea sangat patuh terhadap adat istiadat yang dianut.


BAB III
KEBUTUHAN-KEBUTUHAN MASYARAKAT SUKU SEA-SEA
A. Kebutuhan Masyarakat di Bidang Jasmani
            Masyarakat suku Sea-sea bermatapencarian yang beragam, mulai dari bidang pertanian pada tanaman kopi, coklat, jagung, ubi dan lain-lain. Selain itu mereka juga banyak yang menjadi nelayan. Kegiatan lain adalah berburu (Baasu), yang merupakan salah satu kegiatan yang dari zaman nenek moyang suku Sea-sea. Inilah pekerjaan yang dilakukan oleh masyarakat suku Sea-sea untuk memenuhi kebutuhan jasmani mereka. Ketika masyarakat suku Sea-sea membuat lahan untuk menanam kebutuhan pokok, mereka menggunakan sistem berpindah-pindah, dari satu lahan ke lahan yang satu. Sistem atau pola yang digunakan untuk bercocok tanam adalah, membabat hutan, membakar, menanam. Setelah panen selesai, maka masyarakat akan mencari lahan baru untuk menanam dan meninggalkan lahan yang lama. Pada umumnya masyarakat suku Sea-sea tidak pernah mati karena kelaparan, karena suku ini banyak menghasilkan hasil bumi yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat, hanya mereka yang malas bekerja saja yang mati karena kelaparan, tetapi hal ini tidak pernah terjadi.
            Kebutuhan jasmani masyarakat suku Sea-sea sudah cukup terpenuhi, tetapi dalam hal kandungan gizi dari makanan yang dikonsumsi masih kurang[t1] . Hal ini terlihat dari pola menu makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat pada umumnya. Makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat suku ini tidak bervariasi, sedangkan alam menyediakan bahan makanan yang bervariasi dan banyak mengandung vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Tidak hanya itu, masyarakat juga masih kurang dalam hal pemahaman tentang bagaimana cara bercocok tanam dengan baik dan benar.[t2] 
B. Kebutuhan masyarakat di Bidang Rohani
            Sebagaimana yang telah penulis jelaskan pada bab 2, tentang kondisi sumber daya manusia yang ada di suku Sea-sea, bahwa masyarakat suku Sea-sea masih sangat kurang dalam hal pengenalan akan Kristus. [t3] Karena suku Sea-sea pada umumnya adalah penganut agama Islam yang taat dan agama Islam telah mendarah daging di suku ini, itulah sebabnya pengenalan akan Kristus sangat kurang di suku ini. Tidak hanya itu, suku ini juga masih menganut kepercayaan agama suku.[t4]  Kebutuhan rohani di suku Sea-sea ini yang paling mendasar adalah kebutuhan para pekabar injil dan kebutuhan akan berita injil. Kurangnya para pekabar injil sangat mempengaruhi akan perkembangan masyarakat di bidang kerohanian. [t5] Kurangnya para aktifis gereja membuat kurangnya perhatian kepada anggota jemaat, sehingga proses pekabaran injil yang seharusnya dilakukan oleh gereja menjadi terhambat. Hal inilah yang menjadi kebutuhan mendasar di bidang kerohanian di suku Sea-sea.
            Kebutuhan rohani yang mendasar pula yang ada di dalam suku Sea-sea adalah masih sebagian orang yang melakukan ritual-ritual untuk pemujaan kepada nenek moyang dan para leluhur mereka. [t6] Ritual-ritual ini masih sering digunakan dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga seringkali masyarakat lebih mempercayai hal tersebut dibandingkan percaya kepada Kristus. Hal ini disebabkan karena masyarakat melihat peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan nenek moyang yang dahulu. Contohnya jika masyarakat tidak melakukan pembersihan makam kepada kaum leluhurnya maka ada salah satu anggota keluarga yang sakit. Tetapi anehnya setelah melakukan pembersihan makam sakitnya berangsur-angsur pulih. Inilah salah satu contoh nyata mengapa masyarakat suku Sea-sea pada umumnya masih mempercayai pemujaan kepada para leluhur yang telah meninggal. Ini adalah salah satu hal yang juga menjadi pergumulan besar bagi masyarakat di suku Sea-sea.


BAB IV
UPAYA KONKRIT PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT SUKU SEA-SEA MELALUI PELAYANAN SECARA HOLISTIK
A. Bidang Jasmani
            Sebagaimana kebutuhan jasmani yang dibutuhkan oleh masyarakat suku Sea-sea, maka langkah kongkrit yang akan penulis lakukan jika terjun ke dalam ladang pelayanan ke suku ini adalah, menggunakan pengetahuan yang telah dipelajari selama mengikuti kuliah di kampus. Pertama, penulis akan memulai dari diri sendiri. Setelah itu penulis akan melaksanakan semacam penyuluhan tentang bagaimana cara mengolah lahan yang baik, sampai pada cara menanam, perawatan, dan cara bagaimana menghasilkan hasil yang baik. Setelah melaksanakan penyuluhan maka penulis akan melaksanakan praktik untuk pengaplikasian dari hasil penyuluhan yang telah dilaksanankan. Ini adalah langkah awal yang akan penulis lakukan ketika terjun dalam ladang pelayanan suku Sea-sea dalam hal memenuhi kebutuhan jasmani masyarakat. Setelah itu penulis akan terus membimbing masyarakat sehingga menjadi mandiri dalam hal pemenuhan kebutuhan jasmani yang baik dan benar. Penulis juga akan mengajarkan masyarakat tentang bagaimana menjalankan pola hidup sehat, sehingga masyarakat suku Sea-sea dapat hidup sehat dan dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka. Tidak hanya itu, dengan cara seperti ini masyarakat pun dapat mendapatkan lapangan pekerjaan.
B. Bidang Kerohanian
            Sebagaimana yang telah penulis jelaskan tentang kebutuhan rohani yang dibutuhkan oleh masyarakat suku Sea-sea, maka langkah kongkrit yang akan penulis lakukan jika akan terjun ke ladang pelayanan pada suku Sea-sea adalah, pertama-tama penulis akan melakukan pembinaan terhadap kerohanian jemaat melalui penginjilan pribadi. Penulis akan memulai penginjilan ini pada masyarakat suku Sea-sea yang beragama Kristen. Setelah melakukan penginjilan pribadi, penulis akan melakukan sistem pemuridan terhadap orang-orang yang telah mendapat bimbingan dari penulis, sehingga dengan cara ini dapat menjangkau banyak jiwa terutama bagi mereka yang bukan beragama Kristen.
            Selain cara diatas, penulis juga akan mengadakan jejaring diantara para hamba-hamba Tuhan yang ada di suku ini, sehingga dengan adanya kerjasama ini, para hamba-hamba Tuhan dapat membantu melaksanakan pekabaran injil yang dimulai dalam kehidupan orang-orang Kristen terlebih dahulu. Jika kerjasama ini terlaksana dengan baik, maka secara otomatis terjawablah kebutuhan rohani yang ada di suku Sea-sea tentang kurangnya pekabar injil dan kurangnya pemahaman tentang injil itu sendiri. Penulis juga tidak akan berhenti disitu, penulis akan membentuk tim-tim doa, baik dikalangan anak sekolah minggu, pemuda, bahkan orang dewasa sehingga masyarakat suku ini semakin dewasa di dalam iman.
            Untuk menjawab kebutuhan rohani di suku Sea-sea dalam hal pemujaan kepada para leluhur, maka langkah yang penulis lakukan adalah, pertama, penulis memberikan contoh kepada masyarakat, penulis tidak akan melakukan ritual pembersihan makam,[t7]  dan penulis akan membuktikan bahwa tidak akan terjadi hal-hal yang buruk dalam kehidupan penulis. Setelah itu, penulis akan berusaha untuk menghilangkan budaya ini secara tahap demi tahap, dan penulis akan memulai itu dari kehidupan anak-anak, sehingga generasi yang akan datang tidak akan melakukan hal tersebut. Tetapi penulis akan memilih dan memilah mana adat yang sesuai dengan firman Tuhan dan yang tidak sesuai. Jika adat itu sesuai dengan firman Tuhan, maka penulis akan memotifasi masyarakat untuk terus melakukannya, tetapi jika tidak maka penulis pun akan memotifasi masyarakat untuk meninggalkannya.
            Tentunya dalam perjuangan melawan kebudayaan yang baik dan tidak baik serta telah mendarah daging sangatlah sulit, tetapi akan ada jalan untuk terus mengabarkan injil, apapun bentuknya itu. Penulis meyakini bahwa langkah kongkrit yang akan penulis lakukan akan selalu diberkati Tuhan, karena injil harus diberitakan baik atau tidak baik waktunya.


BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
            Memenangkan sebuah suku yang memiliki berbagai adat dan istiadat yang telah menjadi pola hidup adalah hal yang sulit, begitupun halnya denga adat dan kebudayaan di suku Sea-sea. Suku yang mayoritas beragama Islam ini banyak memiliki kekurangan baik itu dibidang jasmani maupun rohani, tetapi suku ini memiliki banyak potensi yang bisa digunakan untuk meningkatkan kebutuhan para masyarakat baik jasmani maupun rohani. Jika penulis akan terjun untuk melayani di suku ini, maka penulis akan menerapkan langkah-langkah kongkrit yang telah penulis jelaskan pada bagian-bagian sebelumnya. Penulis rindu agar suku ini dapat seutuhnya mengenal dan percaya kepada Kristus melalui pelayanan secara holistik.
B. Saran
            Suku Sea-sea adalah suku yang masih banyak membutuhkan uluran tangan para hamba-hamba Tuhan yang rindu untuk melayani-Nya, terutama dalam kebutuhan di bidang kerohanian  dalam hal kepercayaan kebudayaan nenek moyang yang bertentangan dengan firman Tuhan. Karena itu penulis menyarankan kepada semua pembaca paper ini untuk membantu pelayanan yang ada di dalam suku ini. Sekalipun tidak dapat secara langsung terjun di dalamnya, tetapi “DOA” bisa sampai kepada mereka.

Catatan:
1.      Puji Tuhan, saya puas dengan penulisan paper ini, dari segi penulisan saya kira sudah cukup baik, sudah terstruktur. Bersyukurlah kepada Tuhan kamu diberi kemampuan demikian, tetapi harus terus diimbangin dengan hati seorang “hamba”.
2.      Terus tingkatkan kemampuan yang kamu miliki, tetap semangat dan tetap focus pada panggilan yang Tuhan telah berikan…
3.      Saya akan publikasikan ke internet sehingga menjadi berkat bagi orang lain…. GBU
4.      Saya memberi nilai: A (95)




DAFTAR PUSTAKA
1. Rafik Hasbi: TRADISI BANGGAI rafikhasbi.blogspot.com/2011/01/tradisi banggai.html30 Jan 2011.
2. Wawancara melalui telpon dengan bapak pdt. Stefanus Tolobi, tanggal 1 Oktober 2012.

              
           



           

           


[1] .Wawancara melalui telpon dengan bapak pdt. Stefanus Tolobi, tanggal 1 Oktober 2012.
[2] Rafik Hasbi: TRADISI BANGGAI rafikhasbi.blogspot.com/2011/01/tradisi-banggai.html30 Jan 2011.



 [t1]Ini persoalan, bagaimana menjawab persoalan tersebut?

 [t2]Ini persoalan?

 [t3]Ini persoalan rohani?

 [t4]Ini persoalan

 [t5]Persaolan?

 [t6]Persoalan?

 [t7]Saya piker memebrsikan makam tidak jadi masalah, yang menjadi masalah adalah pemahaman mereka di balik ritual membersihkan makam. Saya kira ini yang harus dikikis….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Seseorang di segani dan di hormati bukan karena apa yang di perolehnya, Melainkan apa yang telah di berikannya. Tak berhasil bukan karena gagal tapi hanya menunggu waktu yang tepat untuk mencoba lagi menjadi suatu keberhasilan hanya orang gagal yang merasa dirinya selalu berhasil dan tak mau belajar dari kegagalan

BERITA TERKINI

« »
« »
« »
Get this widget

My Blog List

Komentar