28 November 2012

MERANGKUM BUKU “ETIKA KRISTEN-Pilihan dan Isu”

TUGAS ETIKA KRISTEN | Tirsa Monu | STTC |

BAGIAN 1
1. Pilihan-pilihan yang Ada
Etika berkaitan dengan apa yang secara moral benar dan salah sedangkan
Etika Kristen berkaitan dengan apa yang secara moral benar dan salah
bagi orang Kristen.
Ada beberapa definisi Etika yang berbeda dengan pandangan Kristen
antara lain: Might is Right (= Yang Kuat, yang Benar), Moral adalah
Adat Istiadat, Manusia adalah Tolak Ukur, Umat Manusia Merupakan Dasar
Kebenaran, Kebenaran adalah Keseimbangan (Moderation), Kebenaran
adalah Apa yang Membawa Kenikmatan, Kebenaran adalah Kebaikan yang
Terbesar bagi Orang yang Terbanyak, Kebenaran adalah Apa yang
Dikehendaki untuk Kebaikannya Sendiri, Kebenaran Tidak Dapat
Ditentukan, Kebaikan adalah Apa yang Dikehendaki Allah
Ada beberapa karakteristik yang membedakan mengenai etika-etika
Kristen. Karakteristik tersebut adalah 'Etika Kristen Berdasarkan
Kehendak Allah', 'Etika Kristen Bersifat Mutlak', 'Etika Kristen
Berdasarkan Wahyu Allah', 'Etika Kristen Bersifat Menetukan', dan
'Etika Kristen Itu Deontologis'.
Bermacam-macam pandangan mengenai Etika antara lain: 1. Antinomianisme
yang mengatakan tidak ada hukum-hukum moral, 2. Situasionisme
menegaskan hanya ada satu hukum yang absolut, 3. Generalisme mengklaim
ada beberapa hukum yang umum tetapi tidak bersifat absolut, 4.
Absolutisme total yakin diantara hukum-hukum absolut tidak pernah ada
hukum-hukum yang bertentangan antara satu dengan yang lain, 5.
Absolutisme yang bertentangan berpendapat bahwa ada banyak norma-norma
absolut yang kadang bertentangan, dan kita berkewajiban untuk
melakukan yang paling tidak jahat, dan 6. Absolutisme bertingkat
menganggap bahwa banyak hukum-hukum absolut yang bertentangan dan kita
bertanggung jawab menaati hukum yang lebih tinggi. Dari keenam dasar
pandangan etis, dua diantaranya menyangkal seluruh hukum-hukum moral
yang secara objektif absolut sedangkan empat pandangan etis mengklaim
dirinya absolutisme.
Ada contoh-contoh dari enam pandangan Etis yang besar.
- Antinomianisme berpandangan bahwa berbohong itu tidak benar maupun
salah: Tidak ada hukum.
- Generalisme berpandangan behwa berbohong pada umumnya salah: Tidak
ada hukum-hukum universal.
- Situsionisme berpandangan bahwa berbohong kadang benar: Hanya ada
satu hukum yang universal.
- Absolutisme total berpandangan bahwa berbohong itu selalu salah: ada
banyak hukum-hukum yang tidak bertentangan.
- Absolutisme bertentangan berpandangan berbohong itu dapat dimaafkan:
Ada banyak hukum-hukum yang bertentangan.
- Absolutisme bertingkat berpandangan berbohong itu kadang benar:
Terdapat hukum-hukum yang lebih tinggi.
2. Antinomianisme
Antinomianisme secara hurufiah berarti "menentang atau sebagai
pengganti hukum," menganggap bahwa tidak ada hukum-hukum moral yang
mengikat. Di dalam Dunia Kuno ada tiga gerakan yang mempengaruhi
bangkitnya antinomiaisme yaitu prosesisme, hedonisme dan skeptisisme.
Pada Abad Pertengahan ada beberapa pemikiran yang memberikan
kontribusi pada antinomianisme yang paling terkemuka diantaranya
adalah intensionalisme, voluntarisme, dan nominalisme. Di Dunia Modern
ada tiga gerakan yang antiomianisme dengan caranya sendiri yaitu
utilitarianisme, eksistensialisme dan evolusionisme. Di dunia sekarang
gerakan yang menonjol yang menyumbang moralitas yang tidak memiliki
hukum adalah emotivisme, nihilisme dan situasionisme.
Keyakinan-keyakinan dasar penganut Antinomian adalah: Tidak hukum
moral yang ditentukan oleh Allah, Tidak ada hukum-hukum moral yang
objektif, Tidak ada hukum-hukum moral yang abadi dan Tidak ada hukum
yang menentang hukum.
Antinomianisme sebagai sistem etis telah gagal karena beberapa alasan.
Pertama, menyalahkan diri sendiri dengan menyangkali adanya
nilai-nilai moral yang mengikat. Kedua, paham ini bersifat subjektif,
tidak menyediakan peraturan-peraturan yang objektif untuk permainan
kehidupan. Ketiga, paham ini terlalu individualis. Keempat, paham ini
tidak efektif, karena dua orang atau lebih tidak dapat berfungsi dalam
suatu masyarakat tanpa peraturan-peraturan yang secara objektif
mengikat. Dan kelima paham ini irasional karena paham ini memerlukan
keyakinan dimana pandangan-pandangan yang bertentangan ini keduanya
benar.
3. Situasionisme
Situasionisme terdaletak diantara ekstrim legalisme dan antiomianisme.
Situasionisme Fletcher mengklaim berpihak pada satu norma yang tidak
dapat dipatahkan. Dia berpendapat bahwa ada satu hukum untuk segala
sesuatu, yaitu hukum kasih. Situasionisme menggunakan empat prinsip
yaitu pragmatisme, relativisme,positivisme dan personalisme. Posisi
situasional di dalam etika-etika dapat diuraikan melalui enam
proposisi dasar. Pertama, hanya satu hal yang secara intrinsik baik;
yaitu kasih: tidak ada yang lain. Kedua, norma yang mengatur kehidupan
Kristen adalah kasih; tidak ada yang lain. Ketiga, kasih dan keadilan
itu sama, karena keadilan adalah kasih yang didistribusikan; tidak ada
yang lain. Keempat, kasih menghendaki kebaikan sesama tidak pandang
kita menyukai dia atau tidak. Kelima, hanya tujuan yang membenarkan
cara; tidak ada yang lain. Keenam, keputusan-keputusan kasih dibuat
secara situasional, bukan secara preskriptif.
Prinsip moral kasih yang diklaim situasional sebenarnya hanya
merupakan suatu yang formal dan kosong. Paham ini tidak memiliki isi
yang dapat diketahui sebelumnya atau terlepas dari situasi tersebut.
Situasi-situasi yang berbeda benar-benar menentukan arti. Jadi analisa
terakhir ternyata situasional berarti tidak ada hukum moral.
Situasionisme turun menjadi antiomianisme, karena satu hukum moral
absolut yang kosong di dalam praktiknya sebenarnya tidaklah lebih baik
daripada tidak ada hukum moral yang absolut.
4. Generalisme
Generalisme termasuk dalam kelompok yang percaya mereka hanya secara
umum mengikat. Mereka bukanlah antinomian dan bukan juga absolutis.
Mereka menghargai perturan-peraturan tidak memiliki norma-norma
universal. Mereka tidak memiliki hal-hal yang mutlak dan tidak
memiliki norma-norma yang mutlak tetapi mereka mengklaim memiliki
tujuan-tujuan yang mutlak. Mereka percaya bahwa kenikmatan merupakan
kebaikan terbesar bagi manusia.
Generalisme memiliki kekurangan-kekurangan tetapi juga memiliki nilai
positif. Ada tiga nilai-nilai generalisme yang berhubungan dengan
pendekatan normatif terhadap etika-etika seperti yang dianut oleh
orang-orang Kristen. Pertama, generalisme merefleksikan satu kebutuhan
akan norma-norma. Kedua, pandangan ini menawarkan satu solusi yang
mungkin ke dalam norma-norma yang bertentangan. Dan yang ketiga,
beberapa generalis bahkan mengusulkan norma-norma "yang tidak dapat
dipatahkan."
Generalisme tidak memiliki prinsip-prinsip moral yang mutlak,
pandangannya cenderung untuk turun menjadi antinomianisme. Kecuali ada
beberapa ketentuan-ketentuan moral yang objektif mengenai isi yang
sesungguhnya yang mengikat seluruh manusia di segala zaman, maka pada
saat tertentu adalah mungkin bahwa tindakan apapun dapat dibenarkan.
5. Absolutisme Total
Absolutisme Total adalah salah satu dari ketiga bentuk etika
absolutisme. Ada beberapa dasar pikiran utama yang merupakan sikap
orang absolutis total. Sedikitnya dipegang oleh orang-orang Kristen:
1. Karakter Allah yang tidak berubah merupakan dasar dari hal-hal
moral yang mutlak.
2. Allah telah menyatakan karakter moral-Nya yang tidak berubah di
dalam hukum-Nya.
3. Allah tidak dapat mempertentangkan diri-Nya.
4. Karena itu, tidak ada dua hukum moral yang mutlak yang benar-benar
dapat bertentangan.
5. Seluruh konflik-konflik moral itu hanya kelihatannya saja konflik,
tapi sebenarnya tidak konflik.
Absolutisme total memiliki aspek-aspek positif karena pandangan ini
didasarkan pada karakter Allah yang tidak berubah, naturnya adalah
deontological, pandangan ini mempunyai kepercayaan di dalam
prividensia Allah dan memegang kepercayaan bahwa selalu ada jalan
untuk menghindarkan perbuatan dosa. Absolutisme total juga memiliki
aspek-aspek negatif karena beberapa pandangan seperti perselisihan
atau dasar pikiran yang salah, kualifikasi-kualifikasi yang fatal,
kualifikasi-kualifikasi yang tidak berhasil, pengandalan kepada
intervensi Allah, alternatif-alternatif ketiga tidak selalu ada, tidak
semua konflik-konflik moral itu dibuat sendiri, ketidakkonsistenan
dasar, jatuhke dalam dosa-dosa kelalaian dan kecenderungan ke arah
legalisme.
6. Absolutisme konflik
Absolutisme konflik yakin bahwa ada banyak hal-hal moral yang mutlak
yang kadang bertentangan. Pandangan ini berpikir bahwa hukum-hukum
Allah bersifat mutlak karena tidak pernah dapat dilanggar. Kita harus
berusaha tidak melakukan berdosa tetapi jika tak terelakkan maka kita
harus mengakui dosa kita karena melanggar hukum Allah, dan menerima
pengampunan-Nya.
Absolutisme konflik mempunyai manfaat yaitu mempertahankan hal-hal
yang mutlak dan masih bersikap realistis mengenai dunia yang sudah
jatuh ke dalam dosa dimana kita hidup. Tapi meskipun ada
wawasan-wawasan yang sangat membantu tapi pandangan ini nampaknya
tidak memiliki dasar yang teguh mengenai dirinya di atas mana
pandangan ini berdiri.
7. Absolutisme bertingkat
Absolutisme bertingkat berbeda dari antiomianisme, situasionisme dan
generalisme. Absolutisme bertingkat percaya ada konflik-konflik moral
yang nyata. Prnsip-prinsip dadar absolutisme bertingkat adalah: Ada
banyak prinsip-prinsip moral yang berakar di dalam karakter moral
Allah yang mutlak; Ada kewajiban-kewajiban moral yang lebih tinggi dan
yang lebih rendah; Hukum-hukum moral ini kadang masuk ke dalam konflik
moral yang tidak terelakkan; Di dalam konflik-konflik tersebut kita
berkewajiban untuk mengikuti hukum moral yang lebih tinggi; pada waktu
kita mengikuti hukum moral yang lebih tinggi kita tidak dianggap
bertanggung jawab karena tidak memiliki hukum moral yang lebih rendah.

2. BAGIAN 2

8. Aborsi
Aborsi adalah bagian dari masalah etis yang menyangkut dengan
kehidupan dan kematian. Aborsi menjadi perdebatan masalah yang
berfokus pada kekudusan hidup manusia. Kitab Suci maupun ilmu
pengetahuan sependapat bahwa hidup manusia individual dimulai pada
saat pembuahan. Alkitab menegaskan bahwa membunuh manusia yang tidak
bersalah itu adalah dosa. Setiap argumentasi-argumentasi yang
membenarkan pembunuhan anak bayi semuanya melanggar kekudusan hidup
manusia.
9. Eutanasia
Eutanasia berarti kematian yang baik atau tanpa rasa sakit. Eutanasia
aktif berarti mencabut kehidupan untuk menghindari penderitaan. Orang
yang mendukung eutanasia aktif mengajukan alasan-alasan sebagai
berikut: Ada suatu hak moral untuk mati dengan bermartabat, Kematian
yang bermartabat termasuk di dalam hak konstitusional kebebasan
pribadi, Eutanasia merupakan satu tindakan kasih kepada orang yang
menderita, Eutanasia merupakan tindakan kasih kepada keluarga yang
menderita, Eutanasia meringankan beban keluarga dari ketegangan
finansial yang berat, Eutanasia meringankan masyarakat dari beban
sosial yang besar dan eutanasia merupakan hal kasih sayang untuk
dilakukan. Tetapi dari perspektif Kristen secara moral hal ini keliru.
10. Isu-isu Biomedis
Contoh-contoh realitas medis adalah inseminasi buatan, bayi tabung,
ibu yang dipinjam kandungan dan tubuhnya, transplantasi organ,
pengambilan organ, penyambungan gen dan kloning. Masalah biomedis
mengacaukan keputusan-keputusan etik sebab memunculkn dua pandangan
dunia yang bertentangan, yaitu perspektif humanis sekular dan Kristen.
Dibandingkan dengan etika biomedis kelompok humanis, orang-orang
Kristen percaya bahwa secara khusus Allah menciptakan manusia di dalam
keserupaan-Nya sendiri dan memberikan perintah-perintah moral untuk
menjaga martabat dan kekudusan hidup manusia. Manusia bukanlah
pencipta tetapi hanyalah pemelihara oleh sebab itu campur tangan medis
haruslah bersifat memperbaiki bukan menciptakan.
11. Hukuman Mati
Ada tiga pandangan dasar mengenai hukuman mati yaitu:
rekontruksionisme, rehabilitasionisme, dan retribusionisme.
Rehabilitasionisme didasarkan pada suatu pandangan keadilan yang
berhubungan dengan perbaikan(penjara, panti asuhan). Rekontruksionisme
dan retribusionisme yakin bahwa keadilan bersifat membalas.
Retribusionisme berpendpat bahwa hukuman mati didasarkan pada prinsip
yang terdapat dalam Alkitab yaitu nyawa ganti nyawa yang berlaku untuk
semua orang di segala tempat dan segala zaman.
12. Perang
Ada tiga kategori pandangan yang berkaitan dengan mengambil nyawa
orang lain dalam perang. Pertama, aktivisme yang mebgklaim bahwa
selalu benar untuk pergi berperang dalam rangka menaati negara. Kedua,
pasifisme yang mengklaim bahwa perang tidak pernah bebar. Ketiga,
selektivisme yang berpendapat bahwa perang itu kadang-kadang benar –
pada waktu perang itu bersifat adil.
Ada kebenaran di dalam aktivisme karena menunjukkan bahwa Allah telah
melantik pemerintah dan memberikannya pedang, menekankan ketaatan
manusia pada pemerintah bahkan kadang-kadang sampai pada point
mengambil nyawa. Kelompok pasifis juga benar karena kita harus menjadi
pembawa damai bukan pembawa perang. Sedangkan kelompok selektivisme
dengan benar menunjuk pada perlunya penempatan Allah di atas
pemerintah, tetap taat pada pemerintah namun tetap mempertahankan
kebenaran hati nurani.
13. Ketidaktaatan Terhadap Pemerintah
Ada tiga posisi dasar mengenai ketidaktaatan kepada pemerintah yaitu
anarkisme yaitu selalu benar, radikal patriotisme yaitu tidak pernah
benar dan submisionisme alktabiah yaitu kadangkala benar. Sebagian
besar orang Kristen yakin Alkitab mendukung pandangan terakhir yaitu
submisionisme alkitabiah. Penganut anti penerapan hukum bersikeras
untuk menolak hukum manapun yang bertentangan dengan Firman Allah.
Sebaliknya, penganut anti pemaksaan berpendapat bahwa ketidaktaatan
dibenarkan hanya pada waktu seseorang dipaksa untuk melakukan satu
kejahatan. Diantara mereka setuju bahwa ketidaktaatan terhadap
pemeritah kadang diperlukan.
14. Homoseksualitas
Ada dua masalah-masalah yang berkaitan dengan seks yaitu
homoseksualitas dan heteroseksualitas. Sebagian besar orang Kristen
sangat menentang praktek-praktek homoseksual sekalipun ada segelintir
orang yang membela mereka dengan argumentasi-argumentasi alkitabiah
maupun bukan alkitabiah.
Sejak semula Allah telah menetapkan bahwa praktek seks harus dilakukan
dalam ubungan heteroseksual yang monogami. Praktek homoseksual jelas
bertentangan dengan pola yang telah ditetapkan oleh Allah. Perjanjian
Lama menganggap homoseksual sebagai pelanggaran yang besar sedangkan
Perjanjian baru menganggapnya sebagai dasar-dasar ekskomunikasi. Dalam
Kitab Suci praktik-praktik homoseksual disebut dengan najis, tidak
wajar, memalukan, tidak senonoh, jahat dan sesuatu yang sangat
dibenci.
Argumen-argumen lainnya yang menentang praktek homoseksual adalah
argumen sosial. Baik dahulu maupun saat ini tidak ad masyarakat yang
menyetujui status yang sama bagi homoseksual. Homoseksual berbahaya
dari segi psikolog, sosial maupun kesehatan fisik. Orang Kristen harus
membenci dosa homoseksual tetapi harus tetap mengasihi orangnya dan
harus berusaha memenangkan mereka bagi Kristus.
15. Pernikahan dan Perceraian
Ada tiga unsur dasar mengenai pernikahan dalam konsep Alkitab yaitu:
Pernikahan adalah antara seorang pria dan seorang wanita, pernikahan
melibatkan kesatuan seksual dan pernikahan melibatkan satu perjanjian
di hadapan Allah. Pernikahan merupakan satu komitmen sepanjang hidup
namun pernikahan tidak bersifat kekal karena akan terpisah oleh
kematian. Jumlah orang yang terlibat dalam pernikahan haruslah hanya
satu istri dan satu suami. Pernikahan harus dipertahankan. Allah
membenci perceraian. Perceraian tidak pernah dibenarkan, bahkan karena
perzinahan. Apa yang telah disatukan oleh Allah tidak boleh diceraikan
oleh manusia.
Perceraian tidak dapat dibenarkan tapi selalu ada pengampunan.
Orang-orang Kristen harus melakukan segala sesuatu dengan sekuat
tenaga untuk mengagungkan standar Allah mengenai pernikahan monogami
seumur hidup.
16. Ekologi
Kerusakan lingkungan mempengaruhi kehidupan manusia. Sumber kerusakan
lingkungan akibat pandagan materialistik yang memandang bahwa
lingkungan sebagai sumber energi yang tidak terbatas yang setelah
beberapa waktu mengahsilkan manusia-manusia yang menguasai bumi di
sekitar mereka. Sesungguhnya Allah adalah pencipta dan manusia adalah
pemelihara bumi, bukan merusakkan bumi atau mengotorinya.
Sesungguhnya dengan mengotori bumi, kita sedang merusakkan makanan dan
minuman kita sendiri. Jika merusakkan lingkungan, kita berdosa
terhadap lingkungan dan diri kita sendiri. Kita juga berdosa terhadap
orang-orang yang mendiami bumi dan Pencipta bumi itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Seseorang di segani dan di hormati bukan karena apa yang di perolehnya, Melainkan apa yang telah di berikannya. Tak berhasil bukan karena gagal tapi hanya menunggu waktu yang tepat untuk mencoba lagi menjadi suatu keberhasilan hanya orang gagal yang merasa dirinya selalu berhasil dan tak mau belajar dari kegagalan

BERITA TERKINI

« »
« »
« »
Get this widget

My Blog List

Komentar