Bahan diskusi : Pola seperti apa yang dapat digunakan untuk memberi
apresiasi / penghargaan terhadap agama non – kristen dalam kontek
Indonesia?
Ada banyak hal yang dapat kita lakukan di dalam masyarakat majemuk
untuk mempererat persatuan dan kesatuan, walaupun ada perbedaan; yang
seharusnya bukan menjadi permasalahan di tengah-tengah masyarakat,
justru karena adanya perbedaan maka ada warna yang menghiasi agar
dapat saling memahami, saling memperdulikan, saling toleransi antara
kelompok yang satu dengan yang lain. Di Indonesia paling gampang
dipropokasi masalah agama, yang dapat memicu terjadinya kerusuhan dan
akibatnya mengalami kerugian karena saling merusak benda agama yang
lain, akibatnya banyak pihak yang mengalami kerugian.
Dalam pengamatan saya bahwa ada sebagian orang yang tidak mau
terpropokasi, karena memiliki sikap dan pemahaman yang benar mengenai
ajaran agama mereka, sehingga orang tersebut memiliki rasa persatuan
dan kesatuan dalam masyarakat majemuk, sehingga pluralisme tetap
terjaga. Patut kita memberi apresiasi kepada mereka yang memiliki jiwa
pluralisme, apalagi mereka adalah non-Kristen dan kita berada di
tengah-tengah masyarakat yang mayoritas adalah non-Kristen. Untuk
mewujudkan apresiasi kita kepada mereka adalah bahwa kita membangun
dan mempererat hubungan dengan mereka, artinya kita menjalin
komunikasi yang baik, sehingga bisa saling memahami dan menerima dalam
perbedaan. Kemudian kita dapat memberikan apresiasi yang lain;
contohnya, ketika mereka mempunyai suatu program dalam masyarakat dan
memberikan keuntungan bagi banyak orang, maka apresiasi yang dapat
kita berikan adalah mendukung program itu, kita memberikan sumbangsih
dengan apa yang dapat kita lakukan.
Contoh apresiasi paling konkrit, yang dapat kita berikan kepada
mereka; pada bulan april 2014 negara kita bangsa Indonesia mengadakan
pesta demokrasi yaitu pemilihan umum calon legistif, maka kebanyakan
caleg itu adalah dari non-Kristen dan mereka membutuhkan suara agar
dapat duduk di kursi DPR. Sebelum sampai kepada pemilu tanggal 9 April
2014, kita dapat bertemu tatap muka dengan mereka dan berkomunikasi,
agar dapat mengetahui maksud dan tujuan program yang akan mereka
laksanakan nanti. Melalui pertemuan itu kita menjalin komunikasi
dengan banyak orang yang non-Kristen, termasuk mereka yang duduk di
tingkat pemerintahan dan tokoh masyarakat. Ada apresiasi yang kita
berikan melalui dukungan moral dan dukungan suara, mencoblos nama
mereka di tempat pemungutan suara.
Kepada mereka yang non-Kristen, saya katakan misalnya agama Muslim,
ketika mereka pada bulan puasa dan merayakan hari raya lebaran, maka
kita menghargai mereka ketika menjalankan ibadah mereka, kemudian di
saat berbuka puasa kita ikut bersama mereka, karena saya sering di
undang untuk berbuka puasa bersama di lingkungan RT dan saya pun ikut
bersama mereka dan mereka sangat senang. Pada saat merayakan Idil
Fitri, kita menghargai mereka, saya bersama dengan keluarga setelah
mereka solat id, maka kami mengunjungi dan menyalami mereka, untuk
mengucapkan selamat hari lebaran. Kepada orang-orang tertentu saya
memberikan bingkisan kepada mereka yang non-Kristen, dengan tidak ada
maksud tertentu karena saya melihat mereka membutuhkan, bukan saya
sudah berkecukupan; tidak, dengan keterbatasan dana dapat memberi
sedikit kepada orang lain, ini pembuktian bagi saya, bahwa saya makluk
sosial yang harus melihat orang lain dengan tidak memandang perbedaan,
apapun agamanya dan bagaimana statusnya.
Demikianlah pola apresiasi yang dapat saya berikan dan menjadi sebuah
gambaran yang dapat memberikan inspirasi kepada orang lain.
Saya ucapkan banyak Terima Kasih kepada Bapak Dosen, Tuhan Yesus Memberkati.
UPU Round table on Remuneration (23 and 24 September 2024) and UPU Regional
strategy Conference (25 and 26 September 2024) for Asia-pasific
Region-Ulaanbaatar-Mongolia
-
Pada tanggal 21 September 2024 saya bersama Direktur Nasional Post and
Services ( Direcao Naccional Servicos Postais-DNSP) Juliana do Rego Ximenes
diberi k...
1 bulan yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar