Reflexi 6, Misi Holistik . 24/2-'13
By: Efraim / 20100106
Dosen : Adrianus Pasassa, M.A
Mat 4:23 ¶ Yesuspun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam
rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta
melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu.24
Maka tersiarlah berita tentang Dia di seluruh Siria dan dibawalah
kepada-Nya semua orang yang buruk keadaannya, yang menderita pelbagai
penyakit dan sengsara, yang kerasukan, yang sakit ayan dan yang
lumpuh, lalu Yesus menyembuhkan mereka.25 Maka orang banyak
berbondong-bondong mengikuti Dia. Mereka datang dari Galilea dan dari
Dekapolis, dari Yerusalem dan dari Yudea dan dari seberang Yordan.
Hampir dipastikan bahwa bentuk atau pola pelayanan Yesus adalah
holistik. Yesus dalam melayani selalu pasti ada sisi rohaninya dan
sisi jasmaninya. Sisi jasmani di sini yang paling menonjol adalah
masalah, kesehatan dan kebutuhan sehari-hari. Namun bila diperhatikan
pola itu,bukan hanya menunjukkan ada dua sisi pemenuhan kebutuhan,
tetapi juga atas dasar inisiatif siapa pelayanan itu dilakukan, apakah
dari manusia sendiri yang mencari Tuhan atau Tuhan yang datang kepada
mausia. Jika diperhatikan pola pelaynan Yesus, maka yang berinisiatif
pertama adalah Yesus sendiri. Awal perikop di atas ada frase "Yesuspun
berkeliling…mengajar,…memberitakan,….melenyapkan…", artinya bahwa
Yesus tidak seperti seorang dokter spesialis yang duduk di kantor atau
rumah pribadinya menunggu sampai pasien yang datang kapadanya,
meskipun hal itu bisa saja dilakukan oleh Yesus, tetapi di sinilah
perbedaan antara pelayanan yang di dasarkan pada profesi dengan
pelayanan yang di dasarkan pada "kasih", hati yang dipenuhi belas
kasihan, kerinduan, kepedulian yang tak terbendung. Dan semua itu
muncul bukan sekadar karena tahu bahwa orang-orang itu butuh
disembuhkan atau dipenuhi kebutuhan jasmaninya, tetapi ada kerinduan
yang lebih dalam dari sekadar semua itu, yaitu Dia rindu setiap orang
kebutuhan jiwanya dipenuhi yaitu memiliki harapan yang pasti yaitu
keselamatan kekal setelah meninggalkan dunia yang sementara ini. Maka
dampak dari pelayanan yang didasarkan pada motifasi atau kerinduan
seperti itu m, engakibatkan respon balik yaitu, ketika "tersiar" oleh
kesaksian orang-orang yang mengalami lebih dahulu, membuat orang-orang
lain berikutnya "maka datang,..membawa orang lemah,..berbondong
bonding,…mengikuti Dia…". Dapat disimpulkan bahwa pola pelayanan Yesus
yang holistik adalah "pelayan memiliki hati yang punya inisiatif
karena ada kerinduan orang mengalami pengharapan bahwa di dalam Yesus
ada kelepasan dari kuasa penyakitm tetapi juga ada harapan kekekalan,
karena pemberitaan Injil Kerajaan Allah, di mana kerajaan Allah itu
sendiri buka hanya dapat dinikmati pada waktu yang aka datang tetapi
juga waktu sekarang ketika Kristus ada dalam hidup kita memerintah
sebagai Raja dan Tuhan atas semuanya.
Reflexi 5, Misi Holistik . 18/2-'13
By: Efraim / 20100106
Dosen : Adrianus Pasassa, M.A.
Mark 6:37 Tetapi jawab-Nya: "Kamu harus memberi mereka makan!" Kata
mereka kepada-Nya: "Jadi haruskah kami membeli roti seharga dua ratus
dinar untuk memberi mereka makan?"38 Tetapi Ia berkata kepada mereka:
"Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa!" Sesudah
memeriksanya mereka berkata: "Lima roti dan dua ikan."39 Lalu Ia
menyuruh orang-orang itu, supaya semua duduk berkelompok-kelompok di
atas rumput hijau.40 Maka duduklah mereka berkelompok-kelompok, ada
yang seratus, ada yang lima puluh orang.41 Dan setelah Ia mengambil
lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit dan mengucap
berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada
murid-murid-Nya, supaya dibagi-bagikan kepada orang-orang itu; begitu
juga kedua ikan itu dibagi-bagikan-Nya kepada semua mereka.42 Dan
mereka semuanya makan sampai kenyang.
Peristiwa Nats di atas menunjukkan bahwa Yesus dalam pelaynan-Nya
bersama-sama murid-murid mau mengajarkan kepada murid-murid dan kita
saat ini bahwa dalam melakukan pelayanan tidak hanya memperhatikan
hal-hal rohani tetapi juga tak kalah pentingnya adalah masalah
jasmani. Yesus tahu apa kebutuhan mendesak orang-orang yang
berbondong-bondong mengikuti Dia saat itu. Dalam kondisi seperti itu,
Yesus tidak mau mengikuti saran murid-murid-Nya agar orang-orang yang
megikuti-Nya disuruh pulang saja ke rumah masing-masing, tetapi justru
Yesus menggunakan kesempatan itu untuk membuktikan bahwa Dia adalah
Tuhan sendiri yang sanggup melakukan apa yang tidak mungkin dilakukan
manusia. Pada peristiwa itu Yesus tidak hanya sekadar mengajarkan
bagaimana peduli akan kebutuhan yang mendesak atau sekadar mau
mengadakan mujizat, tetapi juga mengajarkan bahwa justru saat-saat
seperti itulah kesempatan untuk mengajar kepada semua orang bahwa apa
yang tidak mungkin manusia lakukan, Yesus Kristus sanggup dan
semuanya untuk memparkenalkan bahwa Yesus adalah benar-benar Tuhan
yang berkuasa atas kemustahilan, atau untuk memuliakan nama Tuhan.
Peristiwa dalam nats tersebut di sisi lain juga mau menunjukkan bahwa
murid-murid sendiri belum benar-benar mengenal siapa Guru mereka. Jika
tidak demikian, maka mereka seharusnya tahu tanggapan apa yang mereka
harus berikan kepada Yesus ketika mereka diperintahkan Yesus untuk
memberi makan orang sebanyak itu. Tetapi reaksi mereka adalah sama
dengan reaksi orang kebanyakan, bahwa hal itu tidak mungkin dapat
dilakukan dengan orang sebanyak itu. Hal ini mengajarkan bahwa tidak
secara otomatis orang yang mengikut Kristus, sekalipun mengaku bahwa
dia intim dengan Yesus, tidak tertutup kemungkinan belum benar-benar
mengena Kristus, apalagi yang suam-suam kuku.
Bagi saya pribadi peristiwa dalam nats di atas mengajarka kepada saya
bahwa ketika dalam pelayanan, tidak hanya memperhatikan kebutuhan
rohani orang yang dilayani, tetapu juga tak kalah pentingnya adalah
kebutuhan jasmani yang saat itu mendesak untuk dipenuhi. Dan dalam
melakukan pelayanan seperti itu bukan hal mudah, tetapi di situlah
dibutuhkan iman yang sungguh memparcayai bahwa bagi Yesus tidak ada
yang musthil. Dan dalam situasi yang seperti itulah kesempatan untuk
memparkenalkan bahwa Yesus adalah Tuhan ketika kuasa Tuhan dinyatakan
melalui pemenuhan kebutuhan orang itu, yang bagi orang dunia hal itu
tidak mungkin terjadi. Dalam hal ini kita tidak perlu
mengumbar-ngumbar bahwa apa yang sedang kita lakukan adalah kegiatan
rohani, sehingga dari golongan manapun yang dilayani bisa masuk, dan
dengan sendirinya ketika kita dengan tulus melayani setiap orang yang
diperhadapkan kepada kita, pada saat kuasa Roh Kudus bekerja orang itu
pasti dengan sendirinya percaya apa yang kita yakini, karena ketika
Roh Kudus bekerja, maka tidak ada orang yang sanggup lagi untuk
membantah-Nya. Peristiwa nats di atas tidak diceritakan bahwa Yesus
dan murid-murid hanya melayani orang percaya tetapi "orang banyak"
/"banyak orang", atau "orang-orang itu", artinya bahwa dalam melayani
tidak perlu melihat latar belakang atau ras dan golongan mana.
Reflexi 4, Misi Holistik . 11/2-'13
By: Efraim / 20100106
Dosen : Adrianus Pasassa, M.A.
Yoh 5:6 Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena
Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia
kepadanya: "Maukah engkau sembuh?"7 Jawab orang sakit itu kepada-Nya:
"Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila
airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang
lain sudah turun mendahului aku." 8 Kata Yesus kepadanya: "Bangunlah,
angkatlah tilammu dan berjalanlah." 9 Dan pada saat itu juga
sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan. Tetapi
hari itu hari Sabat.
Misi holistik yang dilakukan Yesus nampak pada pola pelayanan-Nya.
Yesus memiliki pola pelayanan yakni, keliling, mencari, mendatangi,
bertanya, lalau menjawab persoalan tepat pada sasaran. Pada ayat-ayat
di atas adalah salah satu bukti bahwa pola pelayanan Yesus memang
demikian. Ketika Yesus menemukan seorang yang hidupnya sudah sekarat,
karena lumpuh dalam jangka waktu yang lama. Yesus tidak hanya merasa
kasian atau simpati, tetapi mendatangi orang itu, kemudian bertanya
tentang apa yang dibutuhkan orang sakit tersebut pada saat itu. Yesus
tidak bertanya tentang apakah orang itu sudah percaya Yesus atau
belum. Tetapi Yesus bertanya "apakah engkau mau sembuh?" meskipun
jawaban orang sakit itu tidak nyambung dengan apa yang ditanyakan oleh
Yesus, dan justru mempersalahkan orang disekitarnya, Yesus lalu
memberikan solusi yang sangat simpel, "Bangunlah, angkatlah tilammu
dan berjalanlah." Yesus tidak memberikan solusi dengan menambah
persoalan baru dengan berbagai pertanyaan atau syarat-syarat yang
harus dipenuhi orang sakit itu kalau mau sembuh. Yesus menjawab
persoalan langsung pada sasaran tanpa mengungkit apakah orang itu
percaya atau tidak kepada Yesus.
Setelah persoalan pokok orang itu terjawab, Yesus kemudian setelah
bertemu kembali dengan orang yang sudah disembuhkan itu, menegur
dengan tegas agar orang itu jangan berbuat dosa lagi. Artinya bahwa
pola pelayanan yang diterapkan Yesus, persolan utamanya (sedang
dialami) dijawab lebih dahulu, baru persoalan berikutnya (manyangkut
dosa atau yang sifatnya lebih privasi). Tantu saja pola pelayanan
seperti yang dilakukan Yesus tidak dipatok harus demikian, tetapi
prinsipnya tetap sama, yakni mengenali kebutuhan mendesak seseorang
pada saat itu, dan sebisa mungkin diusahakan memberikan jawaban pada
saat itu juga.
Dengan belajar dari pola pelayanan misi holistik yang dilakukan oleh
Yesus tersebut, akan sangat bermanfaat utuk dijadikan contoh bagaimana
cara melayani secara holistik, tanpa melihat latar belakang orang yang
membutuhkan pelayanan pada saat itu juga. Dan setelah persoalan utama
orang itu terjawab, barulah kita mulai masuk menyangkut hal-hal
berikutnya, seperti pengenalan akan manusia, dosa, dan siapa Tuhan
sesungguhnya yang layak dipercayai dan disembah.
Reflexi 3, Misi Holistik . 4/2-'13
By: Efraim / 20100106
Dosen : Adrianus Pasassa, M.A.
Kejadian 12:1-3
1 ¶ Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari
sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan
Kutunjukkan kepadamu; 2 Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang
besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau
akan menjadi berkat. 3 Aku akan memberkati orang-orang yang
memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan
olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat."
Allah memilih, memanggil dan mengutus Abraham untuk menyatakan rencana
atau misinya kepada manusia. Sama halnya ketika Allah menciptakan
manusia pertama hingga zaman Abraham, Tuhan tidak mengatakan kepada
manusia - Adam, Nuh, Abraham bahwa mereka akan diberkati jika hanya
berdoa dan memuji Tuhan saja. Tuhan menjanjikan berkat justru dalam
bentuk materi atau yang kelihatan, seperti taman Eden dan segala
isinya, negeri (tempat tinggal), kambing domba, mendapat keturunan dan
keturunannya pun kembali diberkati seperti keturunan sebelumnya.
Demikian pun secara khusus Abraham, Allah memerintahkan dia pergi
meninggalkan rumah dan keluarganya ke tempat yang sama sekali Abraham
tidak kebayang seperti apa dan dimana lokasi tempat itu persisnya.
Meskipun demikian Allah tidak sekadar "mengusir" Abraham pergi keluar
dari rumahnya, tetapi Allah juga menjamin hidupnya secara fisik, yaitu
berkat-berkat secara jasmani, dan berkat itu tidak hanya sampai pada
Abraham saja tetapi berkat yang berkelajutan kepada keturunan Abraham.
Di sinilah dibuktikan bahwa sungguh misi Allah bagi manusia sagat
sempurna karena menyentuh dalam setiap aspek kehidupan manusia, ya
untuk kerohania, ya untuk jasmaniah.
Saya mau katakan lagi bahwa Allah kita bukanlah Allah yang tidak
sanggup melakukan hal-hal yang spektakuler dengan manciptakan manusia
seperti mesin robot yang dikendalikan oleh remot control. Artinya
bahwa tanpa manusia bekerja, atau tanpa berusaha sekuat tenaga, Allah
sanggup menyediakan kebutuha manusia dalam waktu sekejap. Allah
sangat bisa menyediakan keperluan Abraham kapanpun Abraham butuhkan.
Atau Allah tidak perlu mnyuruh Abraham pergi dari rumah keluarganya
lalu Allah memberkati mereka. Namun Allah tidak mau melakukan seperti
itu. Allah mau agar mansia berperan aktif menjadi agen misi Allah atau
kawan sekerja Allah mneyatakan misi-Nya di muka bumi ini. Dan justru
dalam seluruh aspek khidupanlah kuasa Alla dapat dinyatakan lebih
realistis dan efektif.
Dengan pemahaman seperti ini, maka akan sangat membantu ktika terlibat
dalam pelayanan baik di lembaga kekristenan maupun lembaga umum dalam
.pmerintahan. bahwa melakukan pelayanan misi holistic, itu berarti
tidak hanya dapat dilakukan di lingkungan kristiani, tetapi juga
seharusnya dapat dilakukan dalam masyatakat umum tanpa bawa nama agama
atau secara terang-terangan memberitakan Injl. Misalnya dapat dilakan
melalaui penyuluhan pembuatan produk teknologi pangan yang cocok
diolah dan dipasarkan dalam suatu daerah, atau melalui budi daya
peternakan unggas atau ternak lainnya. Atau penerapan berbagai
keterampilan yang sudah didapatkan melalui pelatihan-pelatihan di
sekolah. Dengan pola ini, dimungkinkan menjadi jembatan untuk mulai
secara pelan-pelan tapi pasti, nilai-nilai kristus ditanamkan,
misalnya bagaimana melakukan suatu usaha secara sehat, penuh
integritas- kedisiplinan, kejujuran dan ketelatenan dalam mengerjakan
sesuatu dan nilai-nilai lain yang bercirikan karakter ilahai dari
Kristus dapat ditaamkan. Atau mungkin juga dengan melalui sikap kita,
pola pikir kita, atau tindakan-tindakan reflex kita dapat membuat
orang penasaran untk bertanya mengapa ada perbedaan yang mencolok
dengan orang lain – dalam hal ptilaku kebaikan2 tantunya.
Reflexi 2, Misi holistik . 28/1-'13
By: Efraim / 20100106
Dosen : Adrianus Pasassa, M.A.
Kej. 6:14-22
14 Buatlah bagimu sebuah bahtera dari kayu gofir; bahtera itu harus
kaubuat berpetak-petak dan harus kaututup dengan pakal dari luar dan
dari dalam. 15 Beginilah engkau harus membuat bahtera itu:… 21 Dan
engkau, bawalah bagimu segala apa yang dapat dimakan; kumpulkanlah itu
padamu untuk menjadi makanan bagimu dan bagi mereka."
Dari perikop diatas, menunjukkan bahwa Allah menyelamatkan Nuh dan
keluarganya bukan hanya dari segi jiwanya, tetapi juga dari segi
jasamaninya, yaitu menyangkut kebutuhan hidupnya. Tuhan bisa saja
memlihara Nuh dan keluarganya tanpa perbekalan apa-apa karena Tuhan
sanggup melakukan mujizat untuk mengadakan kebutuhan jasmani mereka
kapan pun waktunya. Namun ha itu tidak dilakukan-Nya. Suatu prinsip
yang sudah ditetapkan Tuhan adalah, bahwa ada bagian yang Tuhan
lakukan dan bagian lainnya dikerjakan manusia. Dari tugas refleksi
pertama mata kuliah ini saya mengatakan bahwa dari sejak awal Tuhan
menciptakan manusia tidak menciptakan manusia hanya bisa memuji Tuhan,
berdoa, bersantai-santai, tetapi juga Dia menyediakan sarana,
keparluan/kebutuhan hidup untuk dikelola dan dipelihara. Maka jelas
bahwa sejak awal Allah sudah melakukan misi-Nya secacara holistic
(mencakup segala segi keperluan hidup manusia).
Peristiwa Nuh dan Keluarganya dapat menjelaskan kembali akan hal
tersebut. Tuhan tidak hanya mengarahkan Nuh apa yang harus dilakukan
dalam menghadapi penghukuman Tuhan kepada umat manusia yang sudah
mendukakan bahkan membuat Tuhan menyesal untuk menciptakan mereka.
Tuhan bisa saja berkata kepada Nuh: "Nuh, kamu dan keluargamu tenang
saja, diam saja di tempat, nanti kalau air bah datang, Akulah yang
akan melakukan hal yang spektakuler bagi kamu dan keluargamu, kamu
akan tiba-tiba berada di suatu tempat/bahtera atau suatu tempat yang
nyaman, jadi, tidak perlu takut". Hal ini sangat sanggup Allah lakukan
tetapi bukan hal itu yang diinginkan Tuhan bagi nuh dan bagi kita
umat_Nya. Dia tidak mau kita menjadi manusia yang manja, cengeng, dan
maunya hidup enak-enak saja. Tuhan melakukan misi-Nya bagi manusia
secara lengkap, bukan hanya sepihak. Allah memberikan anugerah
kepercayaan kepada manusia untuk melakukan dan menyelesaikan
bagiannya. Allah hanya memberikan gambaran, petunjuk atau arahan, dan
manusia yang melaksanakan. Bukan berarti bahwa rancangan misi Allah
tidak akan terlaksana tanpa partisipasi manusia, itu sama sekali
pemahaman yang keliru. Allah adalah Allah yang sanggup melakukan
segala sesuatu tanpa partisipasi atau bantuan dari manusia. Karya dan
misi Allah bagi dunia tidak dibatasi/tidak tergantung oleh keberadaan
atau ketiadaan manusia.
Maka jiaka demikian, kita/saya hanya bisa berkata, "Terima kasih Tuhan
atas augerah-Mu untuk mempercayakan kepada saya ikut terlibat dalam
mewujudkan misi-Mu bagi dunia ini, sunggu suatu penghargaan yang tak
dapat dinilai denga barang/hal yang berharga apa pun juga".
Itu berarti bahwa saya tidak boeh menyia-nyiakan anugerah kepercayakan
untuk dapat melayani jiwa-jiwa yang membutuhkan kasih sejati dari
Tuhan, tetapi juga membutuhkan kasih berupa materi.
Reflexi I, Misi holistik . 21/1-'13
By: Efraim / 20100106
Dosen : Adrianus Pasassa, M.A.
Kjadian 1:26 ¶ Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia
menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di
laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi
dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi." 2:15 TUHAN
Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk
mengusahakan dan memelihara taman itu.
Sejak awal penciptaan, Allah tidak hanya menyuruh manusia melakukan
hal-hal yang sifatnya rohani, bahkan secara literatur dalam Alkitab
tidak menerangkan seperti itu (tentang hal-hal rohani), tetapi justru
yang dijelaskan secara gamblang seperti dua ayat di atas yaitu
mengenai bagaimana manusia harus bertanggungjawab/berkuasa memelihara
atau mengusahakan taman Eden dan segala yang ada di dalamnya. Hal itu
juga berarti bahwa Allah tidak menciptakan manusia hanya sekadar bisa
menikmati segala sesuatu yang telah diciptakan, tetapi juga harus bisa
bertanggungjawab dalam melestarikan dan mengusahakannya. Allah bisa
saja merancang kehidupan manusia dalam suasana yang serba enak dan
nyaman, tinggal menikmati apa yang ada tanpa berubat apa-apa. Namun
hal itu Tuhan tidak lakukan. Atau manusia cukup berdoa, memuji Tuhan,
beribadah setiap hari tanpa mengusahakan hal-hal yang lain.
Allah menciptakam manusia "menurut gambar dan rupa-Nya" bukanlah
berbicara secara fisik, melainkan secara sifat dan karakter bahwa
Allah adalah oknum yang juga "bekerja" terus menerus. Maka jika
pencipta saja "terus-menerus sibuk bekerja", apalagi yang diciptakan.
Dengan kata lain Allah tidak hanya memperhatikan hal-hal yan
"rohani", tetapi juga hal2 yang jasmani/materi, tentu Allah punya
tujuan di dalamnya, antara lain agar melaluinya nama Tuhan
dipermuliakan dan diperkenalkan secara sempurna. Meskipun sesungguhnya
hidup dalam Tuhan tidak ada lagi pembagian mengenai hal2 jasmani atau
rohani. Karena di dalam Tuhan segala aspek kehidupan seharusnya dapat
bersifat rohani, karena seperti dijelaskan sebelumnya yaitu semunya
bertujuan untuk mempermuliakan nama-Nya.
Dengan demikian, dari pemahaman inilah dapat ditarik kesimpulan bahwa
memang dari awal mulanya Tuhan merancang/memprogram kehidupan manusia
secara holistik untuk lebih efektif menyatakan kemuliaan-Nya di muka
bumi ini. Artinya bahwa antara hal-hal yang rohani dengan jasmani
harus dapat berjalan bersama-sam secara seimbang. Maka dari hal ini
saya dapat menyadari bahwa untuk melakukan pelayanan yang Tuhan
percayakan, tidak cukup mengurus hal-hal rohani, tetapi juga hal-hal
yang jasmani secara seimbang. Atau singkatnya, ORA ET LABORA harus
seimbang.
Pada ayat pertama di atas ada kata sifat "berkuasa", artinya bahwa
Tuhan sudah memberikan kepercayaan kepada manusia untuk menguasai apa
yang Allah sudah cipatakan/siapkan bagi manusia. Berkuasa bukan
berarti memparlakukan segala ciptaan Tuhan seenaknya atau semau-maunya
saja. Akan tetapi ayat kedua pada ayat di atas ada kata kerja
"mengusahakan dan memelihara", artinya bahwa di dalam "menguasaia"
segala ciptaan Tuhan itu harus ada tanggung jawab untuk mengusahakan
dan memelihara semua yang Tuhan berikan. Segala sesuatu yang Tuhan
ciptakan tidak akan bisa terawat, terpelihara, lestari, nyaman dengan
sendirinya tanpa ada usaha dari manusia. Artinya bahwa manusia
diberikan andil ikut memelihara, menjaga segala ciptaan TUhan yang
maha baik itu. Ada bagian Tuhan ada bagian manusia.
Inilah fungsi saya belajar misi holistic, agar ketika terjun dalam
pelayanan, tidak hanya menekankan kegiatan "rohani" tetapi harus
diseimbangkan dengan kegiatan "jasmani", yang menyangkut kebutuhan
sandang, pangan dan papan masyarakat. Dan hal ini sangat baik
dilakukan karena bisa dipakai sebagai jembatan untuk menyatakan Injil
bagi orang yang belum percaya kepada Kristus sebagai Tuhan dan
Juruselamat.
By: Efraim / 20100106
Dosen : Adrianus Pasassa, M.A
Mat 4:23 ¶ Yesuspun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam
rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta
melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu.24
Maka tersiarlah berita tentang Dia di seluruh Siria dan dibawalah
kepada-Nya semua orang yang buruk keadaannya, yang menderita pelbagai
penyakit dan sengsara, yang kerasukan, yang sakit ayan dan yang
lumpuh, lalu Yesus menyembuhkan mereka.25 Maka orang banyak
berbondong-bondong mengikuti Dia. Mereka datang dari Galilea dan dari
Dekapolis, dari Yerusalem dan dari Yudea dan dari seberang Yordan.
Hampir dipastikan bahwa bentuk atau pola pelayanan Yesus adalah
holistik. Yesus dalam melayani selalu pasti ada sisi rohaninya dan
sisi jasmaninya. Sisi jasmani di sini yang paling menonjol adalah
masalah, kesehatan dan kebutuhan sehari-hari. Namun bila diperhatikan
pola itu,bukan hanya menunjukkan ada dua sisi pemenuhan kebutuhan,
tetapi juga atas dasar inisiatif siapa pelayanan itu dilakukan, apakah
dari manusia sendiri yang mencari Tuhan atau Tuhan yang datang kepada
mausia. Jika diperhatikan pola pelaynan Yesus, maka yang berinisiatif
pertama adalah Yesus sendiri. Awal perikop di atas ada frase "Yesuspun
berkeliling…mengajar,…memberitakan,….melenyapkan…", artinya bahwa
Yesus tidak seperti seorang dokter spesialis yang duduk di kantor atau
rumah pribadinya menunggu sampai pasien yang datang kapadanya,
meskipun hal itu bisa saja dilakukan oleh Yesus, tetapi di sinilah
perbedaan antara pelayanan yang di dasarkan pada profesi dengan
pelayanan yang di dasarkan pada "kasih", hati yang dipenuhi belas
kasihan, kerinduan, kepedulian yang tak terbendung. Dan semua itu
muncul bukan sekadar karena tahu bahwa orang-orang itu butuh
disembuhkan atau dipenuhi kebutuhan jasmaninya, tetapi ada kerinduan
yang lebih dalam dari sekadar semua itu, yaitu Dia rindu setiap orang
kebutuhan jiwanya dipenuhi yaitu memiliki harapan yang pasti yaitu
keselamatan kekal setelah meninggalkan dunia yang sementara ini. Maka
dampak dari pelayanan yang didasarkan pada motifasi atau kerinduan
seperti itu m, engakibatkan respon balik yaitu, ketika "tersiar" oleh
kesaksian orang-orang yang mengalami lebih dahulu, membuat orang-orang
lain berikutnya "maka datang,..membawa orang lemah,..berbondong
bonding,…mengikuti Dia…". Dapat disimpulkan bahwa pola pelayanan Yesus
yang holistik adalah "pelayan memiliki hati yang punya inisiatif
karena ada kerinduan orang mengalami pengharapan bahwa di dalam Yesus
ada kelepasan dari kuasa penyakitm tetapi juga ada harapan kekekalan,
karena pemberitaan Injil Kerajaan Allah, di mana kerajaan Allah itu
sendiri buka hanya dapat dinikmati pada waktu yang aka datang tetapi
juga waktu sekarang ketika Kristus ada dalam hidup kita memerintah
sebagai Raja dan Tuhan atas semuanya.
Reflexi 5, Misi Holistik . 18/2-'13
By: Efraim / 20100106
Dosen : Adrianus Pasassa, M.A.
Mark 6:37 Tetapi jawab-Nya: "Kamu harus memberi mereka makan!" Kata
mereka kepada-Nya: "Jadi haruskah kami membeli roti seharga dua ratus
dinar untuk memberi mereka makan?"38 Tetapi Ia berkata kepada mereka:
"Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa!" Sesudah
memeriksanya mereka berkata: "Lima roti dan dua ikan."39 Lalu Ia
menyuruh orang-orang itu, supaya semua duduk berkelompok-kelompok di
atas rumput hijau.40 Maka duduklah mereka berkelompok-kelompok, ada
yang seratus, ada yang lima puluh orang.41 Dan setelah Ia mengambil
lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit dan mengucap
berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada
murid-murid-Nya, supaya dibagi-bagikan kepada orang-orang itu; begitu
juga kedua ikan itu dibagi-bagikan-Nya kepada semua mereka.42 Dan
mereka semuanya makan sampai kenyang.
Peristiwa Nats di atas menunjukkan bahwa Yesus dalam pelaynan-Nya
bersama-sama murid-murid mau mengajarkan kepada murid-murid dan kita
saat ini bahwa dalam melakukan pelayanan tidak hanya memperhatikan
hal-hal rohani tetapi juga tak kalah pentingnya adalah masalah
jasmani. Yesus tahu apa kebutuhan mendesak orang-orang yang
berbondong-bondong mengikuti Dia saat itu. Dalam kondisi seperti itu,
Yesus tidak mau mengikuti saran murid-murid-Nya agar orang-orang yang
megikuti-Nya disuruh pulang saja ke rumah masing-masing, tetapi justru
Yesus menggunakan kesempatan itu untuk membuktikan bahwa Dia adalah
Tuhan sendiri yang sanggup melakukan apa yang tidak mungkin dilakukan
manusia. Pada peristiwa itu Yesus tidak hanya sekadar mengajarkan
bagaimana peduli akan kebutuhan yang mendesak atau sekadar mau
mengadakan mujizat, tetapi juga mengajarkan bahwa justru saat-saat
seperti itulah kesempatan untuk mengajar kepada semua orang bahwa apa
yang tidak mungkin manusia lakukan, Yesus Kristus sanggup dan
semuanya untuk memparkenalkan bahwa Yesus adalah benar-benar Tuhan
yang berkuasa atas kemustahilan, atau untuk memuliakan nama Tuhan.
Peristiwa dalam nats tersebut di sisi lain juga mau menunjukkan bahwa
murid-murid sendiri belum benar-benar mengenal siapa Guru mereka. Jika
tidak demikian, maka mereka seharusnya tahu tanggapan apa yang mereka
harus berikan kepada Yesus ketika mereka diperintahkan Yesus untuk
memberi makan orang sebanyak itu. Tetapi reaksi mereka adalah sama
dengan reaksi orang kebanyakan, bahwa hal itu tidak mungkin dapat
dilakukan dengan orang sebanyak itu. Hal ini mengajarkan bahwa tidak
secara otomatis orang yang mengikut Kristus, sekalipun mengaku bahwa
dia intim dengan Yesus, tidak tertutup kemungkinan belum benar-benar
mengena Kristus, apalagi yang suam-suam kuku.
Bagi saya pribadi peristiwa dalam nats di atas mengajarka kepada saya
bahwa ketika dalam pelayanan, tidak hanya memperhatikan kebutuhan
rohani orang yang dilayani, tetapu juga tak kalah pentingnya adalah
kebutuhan jasmani yang saat itu mendesak untuk dipenuhi. Dan dalam
melakukan pelayanan seperti itu bukan hal mudah, tetapi di situlah
dibutuhkan iman yang sungguh memparcayai bahwa bagi Yesus tidak ada
yang musthil. Dan dalam situasi yang seperti itulah kesempatan untuk
memparkenalkan bahwa Yesus adalah Tuhan ketika kuasa Tuhan dinyatakan
melalui pemenuhan kebutuhan orang itu, yang bagi orang dunia hal itu
tidak mungkin terjadi. Dalam hal ini kita tidak perlu
mengumbar-ngumbar bahwa apa yang sedang kita lakukan adalah kegiatan
rohani, sehingga dari golongan manapun yang dilayani bisa masuk, dan
dengan sendirinya ketika kita dengan tulus melayani setiap orang yang
diperhadapkan kepada kita, pada saat kuasa Roh Kudus bekerja orang itu
pasti dengan sendirinya percaya apa yang kita yakini, karena ketika
Roh Kudus bekerja, maka tidak ada orang yang sanggup lagi untuk
membantah-Nya. Peristiwa nats di atas tidak diceritakan bahwa Yesus
dan murid-murid hanya melayani orang percaya tetapi "orang banyak"
/"banyak orang", atau "orang-orang itu", artinya bahwa dalam melayani
tidak perlu melihat latar belakang atau ras dan golongan mana.
Reflexi 4, Misi Holistik . 11/2-'13
By: Efraim / 20100106
Dosen : Adrianus Pasassa, M.A.
Yoh 5:6 Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena
Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia
kepadanya: "Maukah engkau sembuh?"7 Jawab orang sakit itu kepada-Nya:
"Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila
airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang
lain sudah turun mendahului aku." 8 Kata Yesus kepadanya: "Bangunlah,
angkatlah tilammu dan berjalanlah." 9 Dan pada saat itu juga
sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan. Tetapi
hari itu hari Sabat.
Misi holistik yang dilakukan Yesus nampak pada pola pelayanan-Nya.
Yesus memiliki pola pelayanan yakni, keliling, mencari, mendatangi,
bertanya, lalau menjawab persoalan tepat pada sasaran. Pada ayat-ayat
di atas adalah salah satu bukti bahwa pola pelayanan Yesus memang
demikian. Ketika Yesus menemukan seorang yang hidupnya sudah sekarat,
karena lumpuh dalam jangka waktu yang lama. Yesus tidak hanya merasa
kasian atau simpati, tetapi mendatangi orang itu, kemudian bertanya
tentang apa yang dibutuhkan orang sakit tersebut pada saat itu. Yesus
tidak bertanya tentang apakah orang itu sudah percaya Yesus atau
belum. Tetapi Yesus bertanya "apakah engkau mau sembuh?" meskipun
jawaban orang sakit itu tidak nyambung dengan apa yang ditanyakan oleh
Yesus, dan justru mempersalahkan orang disekitarnya, Yesus lalu
memberikan solusi yang sangat simpel, "Bangunlah, angkatlah tilammu
dan berjalanlah." Yesus tidak memberikan solusi dengan menambah
persoalan baru dengan berbagai pertanyaan atau syarat-syarat yang
harus dipenuhi orang sakit itu kalau mau sembuh. Yesus menjawab
persoalan langsung pada sasaran tanpa mengungkit apakah orang itu
percaya atau tidak kepada Yesus.
Setelah persoalan pokok orang itu terjawab, Yesus kemudian setelah
bertemu kembali dengan orang yang sudah disembuhkan itu, menegur
dengan tegas agar orang itu jangan berbuat dosa lagi. Artinya bahwa
pola pelayanan yang diterapkan Yesus, persolan utamanya (sedang
dialami) dijawab lebih dahulu, baru persoalan berikutnya (manyangkut
dosa atau yang sifatnya lebih privasi). Tantu saja pola pelayanan
seperti yang dilakukan Yesus tidak dipatok harus demikian, tetapi
prinsipnya tetap sama, yakni mengenali kebutuhan mendesak seseorang
pada saat itu, dan sebisa mungkin diusahakan memberikan jawaban pada
saat itu juga.
Dengan belajar dari pola pelayanan misi holistik yang dilakukan oleh
Yesus tersebut, akan sangat bermanfaat utuk dijadikan contoh bagaimana
cara melayani secara holistik, tanpa melihat latar belakang orang yang
membutuhkan pelayanan pada saat itu juga. Dan setelah persoalan utama
orang itu terjawab, barulah kita mulai masuk menyangkut hal-hal
berikutnya, seperti pengenalan akan manusia, dosa, dan siapa Tuhan
sesungguhnya yang layak dipercayai dan disembah.
Reflexi 3, Misi Holistik . 4/2-'13
By: Efraim / 20100106
Dosen : Adrianus Pasassa, M.A.
Kejadian 12:1-3
1 ¶ Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari
sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan
Kutunjukkan kepadamu; 2 Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang
besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau
akan menjadi berkat. 3 Aku akan memberkati orang-orang yang
memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan
olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat."
Allah memilih, memanggil dan mengutus Abraham untuk menyatakan rencana
atau misinya kepada manusia. Sama halnya ketika Allah menciptakan
manusia pertama hingga zaman Abraham, Tuhan tidak mengatakan kepada
manusia - Adam, Nuh, Abraham bahwa mereka akan diberkati jika hanya
berdoa dan memuji Tuhan saja. Tuhan menjanjikan berkat justru dalam
bentuk materi atau yang kelihatan, seperti taman Eden dan segala
isinya, negeri (tempat tinggal), kambing domba, mendapat keturunan dan
keturunannya pun kembali diberkati seperti keturunan sebelumnya.
Demikian pun secara khusus Abraham, Allah memerintahkan dia pergi
meninggalkan rumah dan keluarganya ke tempat yang sama sekali Abraham
tidak kebayang seperti apa dan dimana lokasi tempat itu persisnya.
Meskipun demikian Allah tidak sekadar "mengusir" Abraham pergi keluar
dari rumahnya, tetapi Allah juga menjamin hidupnya secara fisik, yaitu
berkat-berkat secara jasmani, dan berkat itu tidak hanya sampai pada
Abraham saja tetapi berkat yang berkelajutan kepada keturunan Abraham.
Di sinilah dibuktikan bahwa sungguh misi Allah bagi manusia sagat
sempurna karena menyentuh dalam setiap aspek kehidupan manusia, ya
untuk kerohania, ya untuk jasmaniah.
Saya mau katakan lagi bahwa Allah kita bukanlah Allah yang tidak
sanggup melakukan hal-hal yang spektakuler dengan manciptakan manusia
seperti mesin robot yang dikendalikan oleh remot control. Artinya
bahwa tanpa manusia bekerja, atau tanpa berusaha sekuat tenaga, Allah
sanggup menyediakan kebutuha manusia dalam waktu sekejap. Allah
sangat bisa menyediakan keperluan Abraham kapanpun Abraham butuhkan.
Atau Allah tidak perlu mnyuruh Abraham pergi dari rumah keluarganya
lalu Allah memberkati mereka. Namun Allah tidak mau melakukan seperti
itu. Allah mau agar mansia berperan aktif menjadi agen misi Allah atau
kawan sekerja Allah mneyatakan misi-Nya di muka bumi ini. Dan justru
dalam seluruh aspek khidupanlah kuasa Alla dapat dinyatakan lebih
realistis dan efektif.
Dengan pemahaman seperti ini, maka akan sangat membantu ktika terlibat
dalam pelayanan baik di lembaga kekristenan maupun lembaga umum dalam
.pmerintahan. bahwa melakukan pelayanan misi holistic, itu berarti
tidak hanya dapat dilakukan di lingkungan kristiani, tetapi juga
seharusnya dapat dilakukan dalam masyatakat umum tanpa bawa nama agama
atau secara terang-terangan memberitakan Injl. Misalnya dapat dilakan
melalaui penyuluhan pembuatan produk teknologi pangan yang cocok
diolah dan dipasarkan dalam suatu daerah, atau melalui budi daya
peternakan unggas atau ternak lainnya. Atau penerapan berbagai
keterampilan yang sudah didapatkan melalui pelatihan-pelatihan di
sekolah. Dengan pola ini, dimungkinkan menjadi jembatan untuk mulai
secara pelan-pelan tapi pasti, nilai-nilai kristus ditanamkan,
misalnya bagaimana melakukan suatu usaha secara sehat, penuh
integritas- kedisiplinan, kejujuran dan ketelatenan dalam mengerjakan
sesuatu dan nilai-nilai lain yang bercirikan karakter ilahai dari
Kristus dapat ditaamkan. Atau mungkin juga dengan melalui sikap kita,
pola pikir kita, atau tindakan-tindakan reflex kita dapat membuat
orang penasaran untk bertanya mengapa ada perbedaan yang mencolok
dengan orang lain – dalam hal ptilaku kebaikan2 tantunya.
Reflexi 2, Misi holistik . 28/1-'13
By: Efraim / 20100106
Dosen : Adrianus Pasassa, M.A.
Kej. 6:14-22
14 Buatlah bagimu sebuah bahtera dari kayu gofir; bahtera itu harus
kaubuat berpetak-petak dan harus kaututup dengan pakal dari luar dan
dari dalam. 15 Beginilah engkau harus membuat bahtera itu:… 21 Dan
engkau, bawalah bagimu segala apa yang dapat dimakan; kumpulkanlah itu
padamu untuk menjadi makanan bagimu dan bagi mereka."
Dari perikop diatas, menunjukkan bahwa Allah menyelamatkan Nuh dan
keluarganya bukan hanya dari segi jiwanya, tetapi juga dari segi
jasamaninya, yaitu menyangkut kebutuhan hidupnya. Tuhan bisa saja
memlihara Nuh dan keluarganya tanpa perbekalan apa-apa karena Tuhan
sanggup melakukan mujizat untuk mengadakan kebutuhan jasmani mereka
kapan pun waktunya. Namun ha itu tidak dilakukan-Nya. Suatu prinsip
yang sudah ditetapkan Tuhan adalah, bahwa ada bagian yang Tuhan
lakukan dan bagian lainnya dikerjakan manusia. Dari tugas refleksi
pertama mata kuliah ini saya mengatakan bahwa dari sejak awal Tuhan
menciptakan manusia tidak menciptakan manusia hanya bisa memuji Tuhan,
berdoa, bersantai-santai, tetapi juga Dia menyediakan sarana,
keparluan/kebutuhan hidup untuk dikelola dan dipelihara. Maka jelas
bahwa sejak awal Allah sudah melakukan misi-Nya secacara holistic
(mencakup segala segi keperluan hidup manusia).
Peristiwa Nuh dan Keluarganya dapat menjelaskan kembali akan hal
tersebut. Tuhan tidak hanya mengarahkan Nuh apa yang harus dilakukan
dalam menghadapi penghukuman Tuhan kepada umat manusia yang sudah
mendukakan bahkan membuat Tuhan menyesal untuk menciptakan mereka.
Tuhan bisa saja berkata kepada Nuh: "Nuh, kamu dan keluargamu tenang
saja, diam saja di tempat, nanti kalau air bah datang, Akulah yang
akan melakukan hal yang spektakuler bagi kamu dan keluargamu, kamu
akan tiba-tiba berada di suatu tempat/bahtera atau suatu tempat yang
nyaman, jadi, tidak perlu takut". Hal ini sangat sanggup Allah lakukan
tetapi bukan hal itu yang diinginkan Tuhan bagi nuh dan bagi kita
umat_Nya. Dia tidak mau kita menjadi manusia yang manja, cengeng, dan
maunya hidup enak-enak saja. Tuhan melakukan misi-Nya bagi manusia
secara lengkap, bukan hanya sepihak. Allah memberikan anugerah
kepercayaan kepada manusia untuk melakukan dan menyelesaikan
bagiannya. Allah hanya memberikan gambaran, petunjuk atau arahan, dan
manusia yang melaksanakan. Bukan berarti bahwa rancangan misi Allah
tidak akan terlaksana tanpa partisipasi manusia, itu sama sekali
pemahaman yang keliru. Allah adalah Allah yang sanggup melakukan
segala sesuatu tanpa partisipasi atau bantuan dari manusia. Karya dan
misi Allah bagi dunia tidak dibatasi/tidak tergantung oleh keberadaan
atau ketiadaan manusia.
Maka jiaka demikian, kita/saya hanya bisa berkata, "Terima kasih Tuhan
atas augerah-Mu untuk mempercayakan kepada saya ikut terlibat dalam
mewujudkan misi-Mu bagi dunia ini, sunggu suatu penghargaan yang tak
dapat dinilai denga barang/hal yang berharga apa pun juga".
Itu berarti bahwa saya tidak boeh menyia-nyiakan anugerah kepercayakan
untuk dapat melayani jiwa-jiwa yang membutuhkan kasih sejati dari
Tuhan, tetapi juga membutuhkan kasih berupa materi.
Reflexi I, Misi holistik . 21/1-'13
By: Efraim / 20100106
Dosen : Adrianus Pasassa, M.A.
Kjadian 1:26 ¶ Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia
menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di
laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi
dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi." 2:15 TUHAN
Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk
mengusahakan dan memelihara taman itu.
Sejak awal penciptaan, Allah tidak hanya menyuruh manusia melakukan
hal-hal yang sifatnya rohani, bahkan secara literatur dalam Alkitab
tidak menerangkan seperti itu (tentang hal-hal rohani), tetapi justru
yang dijelaskan secara gamblang seperti dua ayat di atas yaitu
mengenai bagaimana manusia harus bertanggungjawab/berkuasa memelihara
atau mengusahakan taman Eden dan segala yang ada di dalamnya. Hal itu
juga berarti bahwa Allah tidak menciptakan manusia hanya sekadar bisa
menikmati segala sesuatu yang telah diciptakan, tetapi juga harus bisa
bertanggungjawab dalam melestarikan dan mengusahakannya. Allah bisa
saja merancang kehidupan manusia dalam suasana yang serba enak dan
nyaman, tinggal menikmati apa yang ada tanpa berubat apa-apa. Namun
hal itu Tuhan tidak lakukan. Atau manusia cukup berdoa, memuji Tuhan,
beribadah setiap hari tanpa mengusahakan hal-hal yang lain.
Allah menciptakam manusia "menurut gambar dan rupa-Nya" bukanlah
berbicara secara fisik, melainkan secara sifat dan karakter bahwa
Allah adalah oknum yang juga "bekerja" terus menerus. Maka jika
pencipta saja "terus-menerus sibuk bekerja", apalagi yang diciptakan.
Dengan kata lain Allah tidak hanya memperhatikan hal-hal yan
"rohani", tetapi juga hal2 yang jasmani/materi, tentu Allah punya
tujuan di dalamnya, antara lain agar melaluinya nama Tuhan
dipermuliakan dan diperkenalkan secara sempurna. Meskipun sesungguhnya
hidup dalam Tuhan tidak ada lagi pembagian mengenai hal2 jasmani atau
rohani. Karena di dalam Tuhan segala aspek kehidupan seharusnya dapat
bersifat rohani, karena seperti dijelaskan sebelumnya yaitu semunya
bertujuan untuk mempermuliakan nama-Nya.
Dengan demikian, dari pemahaman inilah dapat ditarik kesimpulan bahwa
memang dari awal mulanya Tuhan merancang/memprogram kehidupan manusia
secara holistik untuk lebih efektif menyatakan kemuliaan-Nya di muka
bumi ini. Artinya bahwa antara hal-hal yang rohani dengan jasmani
harus dapat berjalan bersama-sam secara seimbang. Maka dari hal ini
saya dapat menyadari bahwa untuk melakukan pelayanan yang Tuhan
percayakan, tidak cukup mengurus hal-hal rohani, tetapi juga hal-hal
yang jasmani secara seimbang. Atau singkatnya, ORA ET LABORA harus
seimbang.
Pada ayat pertama di atas ada kata sifat "berkuasa", artinya bahwa
Tuhan sudah memberikan kepercayaan kepada manusia untuk menguasai apa
yang Allah sudah cipatakan/siapkan bagi manusia. Berkuasa bukan
berarti memparlakukan segala ciptaan Tuhan seenaknya atau semau-maunya
saja. Akan tetapi ayat kedua pada ayat di atas ada kata kerja
"mengusahakan dan memelihara", artinya bahwa di dalam "menguasaia"
segala ciptaan Tuhan itu harus ada tanggung jawab untuk mengusahakan
dan memelihara semua yang Tuhan berikan. Segala sesuatu yang Tuhan
ciptakan tidak akan bisa terawat, terpelihara, lestari, nyaman dengan
sendirinya tanpa ada usaha dari manusia. Artinya bahwa manusia
diberikan andil ikut memelihara, menjaga segala ciptaan TUhan yang
maha baik itu. Ada bagian Tuhan ada bagian manusia.
Inilah fungsi saya belajar misi holistic, agar ketika terjun dalam
pelayanan, tidak hanya menekankan kegiatan "rohani" tetapi harus
diseimbangkan dengan kegiatan "jasmani", yang menyangkut kebutuhan
sandang, pangan dan papan masyarakat. Dan hal ini sangat baik
dilakukan karena bisa dipakai sebagai jembatan untuk menyatakan Injil
bagi orang yang belum percaya kepada Kristus sebagai Tuhan dan
Juruselamat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar