23 Juni 2013

Konseling Orang Stree


BAB 1
  PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Dewasa ini dunia berkembang dengan begitu pesat. Banyak perubahan yang terjadi dalam berbagai aspek kehidupan yang secara otomatis mengubah pola pikir dan gaya hidup manusia. Melalui informasi media dan surat kabar yang bisa disaksikan setiap hari sangat jelas terlihat bahwa kehidupan menjadi semakin sukar dan manusia mulai kehilangan kepedulian terhadap sesamanya. Persaingan terjadi mulai dari dunia bisnis sampai menyentuh dunia pelayanan pekerjaan Tuhan. Hal ini tentunya bukan hal yang mengejutkan sebab Alkitab sudah menginformasikan sebelumnya bahwa di akhir zaman manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan memberontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu daripada mengikuti Allah (2 Timotius 3:2-4). Egosentris menjadi ciri hidup dunia modernisasi sehinggah memberikan tekanan tersendiri bagi setiap individu yang tidak siap mental dalam menghadapi perubahan-perubahan tersebut. Dari informasi media massa dan media elektronik dapat dilihat begitu banyak masalah sosial yang terjadi disebabkan oleh pribadi yang mentalnya terganggu. Beberapa pokok masalah serius yang sering muncul akibat tekanan yang menyerang seseorang antara lain depresi, kemarahan, kegelisahan, dan kesepian. Jika masalah ini tidak diatasi, maka masalah pribadi orang tersebut akan berakibat juga bagi lingkungannya sebab seseorang dengan pribadi yang tidak terkendali dapat melakukan hal-hal ekstrim yang bisa menimbulkan masalah sosial, seperti membunuh, mencuri, menimbulkan keributan, bahkan beberapa waktu  lalu melalui media televisi dilaporkan bahwa seorang wanita membuat kekacauan di tengah jalan dengan memutar balik mobilnya melawan arah dan menghentikannya secara mendadak sehinggah menimbulkan kemacetan dan memancing kemarahan pengguna jalan lain. Setelah polisi datang dan menangani serta melakukan pemeriksaan, ternyata wanita tersebut mengalami stres berat sehinggah melakukan hal tersebut. Hal seperti ini tentunya bukanlah masalah yang bisa diabaikan. Sebagai orang Kristen inilah kesempatan yang istimewa untuk menolong orang lain melalui konseling Kristen.
            Berdasarkan masalah di atas penulis merasa penting untuk menyusun sebuah  makalah mengenai strategi konseling Kristen yang efektif untuk melayani jiwa-jiwa yang membutuhkan pemulihan serta sentuhan kasih Kristus. Dan untuk mencegah meluasnya pembahasan, maka dalam makalah ini penulis hanya membahas mengenai konseling Kristen dan aplikasinya dalam penanganan khusus masalah stres.
B.       Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan konseling Kristen?
2.      Apa yang dimaksud dengan stres?
3.      Bagaimana cara yang efektif untuk melakukan konseling Kristen bagi orang-orang yang mengalami stres?
C.       Tujuan Penulisan
1.      Untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan konseling Kristen.
2.      Untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan stres.
3.      Untuk menjelaskan bagaimana cara yang efektif untuk menjadi konselor yang baik dalam menangani orang yang mengalami stres. Diharapkan agar setiap orang Kristen mampu menjadi konselor yang baik untuk sekitarnya mulai dari lingkungan keluarga, tetangga bahkan masyarakat sehinggah bisa membantu mengurangi masalah-masalah sosial yang terjadi akibat masalah kejiwaan individu yang tidak ditangani dan dipulihkan.
 

BAB 11
MEMAHAMI KONSELING KRISTEN

A.      Etimologi Kata Konseling
Istilah konseling diambil dari kata counsellor yang berarti penasihat. Kata ini sudah dipergunakan sejak dalam Perjanjian lama, misalnya dalam 1 Tawarikh 27:32 dengan istilah  soferim yang diterjemahkan dalam Bahasa Inggris counsellor yang berarti penasihat. Dalam kitab Yesaya 9:6 juga menggunakan sebuah istilah yaitu misera  yang berarti counsellor. Kata ini menujuk pada nubuatan tentang kedatangan Yesus sebagai Penasihat Ajaib. Di dalam Perjanjian Baru, istilah counsellor sering muncul dalam hubungannya dengan Roh Kudus (Yunani = Parakletos); dalam Bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai penghibur, penasihat, dan penolong.
Dalam Bahasa Inggris, pada umumnya menerjahkan counsellor sebagai penasihat dan terkait dengan tugas-tugas hukum. Bila seorang konselor memberikan counsel kepada seseorang untuk melakukan sesuatu, konselor menasihati yang bersangkutan untuk melakukan sesuatu itu. Seorang counsel adalah ahli hukum yang memberikan nasihat dalam kasus-kasus bersangkutan serta membelanya di pengadilan. Seorang konselor adalah seorang yang pekerjaannya memberikan nasihat kepada orang yang memerlukan bantuannya. Selain di bidang hukum, Rumah Sakit juga telah melatih para konselor yang ditugaskan untuk menangani para pasien yang menderita depresi.[1]
Dalam perkembangan selanjutnya, khususnya setelah perang saudara di Amerika Serikat di penghujung abad ke-19, banyak korban perang yang harus dilayani untuk merehabilitasi kehidupan para korban dan psikologipun sudah menjadi disiplin ilmu yang mandiri, maka terutama di Amerika Serikat banyak dikembangkan counselling psychology dan consellor diartikan sebagai seseorang yang berusaha menolong konseli melalui pendekatan psikologi dan dalam perkembangan ini tugas konseling bukan hanya sekedar memberikan nasihat melainkan membantu konseli agar mampu menanggulangi masalahnya sendiri pada waktu sekarang dan yang akan datang cara berintegrasi lebih baik dan berpikir lebih konstuktif.[2]
Jadi, berdasarkan pemaparan di atas tujuan konseling pada umumnya adalah membantu konseli menjadi normal dalam pergaulan sosialnya, dengan cara berinteraksi secara lebih baik, berintegrasi lebih baik, dan berpikir lebih konstruktif.
B.     Konseling Kristen
Dalam Perjanjian Baru, gereja diibaratkan sebagai tubuh Kristus, persekutuan orang-orang percaya. Mereka berbakti, berdoa, mengabarkan Injil, mengajar dan hidup saling tolong menolong; bahkan Tuhan Yesus mengatakan bahwa tanda orang-orang percaya dan menjadi muridnya adalah jikalau mereka saling mengasihi (Yohanes 13:35). Jadi salah satu tanggung jawab gereja yang utama adalah untuk menolong orang lain. Setiap orang Kristen diberikan karunia yang berbeda-beda (Roma 12, 1 Korintus 12, Efesus 4). Ada sembilan karunia yang diberikan Roh Kudus untuk gereja Tuhan untuk memperlengkapi orang-orang percaya bagi pekerjaan pelayanan dan untuk membangun dan menguatkan iman orang peraya, sehinggah tidak lagi diombang-ambingkan oleh bermacam-macam pengajaran, melainkan dipersatukan dan menjadi dewasa dalam iman. Salah satu karunia Roh Kudus adalah karunia menasihati yang bisa diartikan dengan melakukan konseling. Jika di tinjau dari sudut bahasa Yunani kata ‘menasihati’ berasal dari kata paraklesis dan memiliki arti “datang untuk menolong”; bahkah secara luas bisa diartikan memberi penghiburan, mendukung, memberi semangat, dan menasihati. Kesemuanya itu terdapat di dalam konseling. Sekalipun ada orang-orang tertentu yang diberikan karunia khusus untuk melakukan konseling, tetapi setiap orang Kristen mempunyai satu tugas yaitu menolong orang lain.
Konseling Kristen dapat dilakukan setiap orang Kristen. Konseling Kristen tentunya didasari pada dua hukum utama yang diberikan oleh Tuhan Yesus sendiri yaitu mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati dan mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri (Markus 12:30-31). Kepedulian dan perhatian terhadap sesama merupakan langkah awal yang bisa membawa orang Kristen untuk bisa menyentuh kehidupan orang lain yang membutuhkan dengan kasih Kristus. Memang banyak kesamaan antara konseling Kristen dan konseling non-Kristen, antara lain menolong konsele menghadapi persoalan hidupnya, mengubah kebiasaan dan sikap hidup yang merugikan, memberikan motivasi hidup, dan hal lainnya. Hanya konseling Kristen memiliki arah yang lebih dalam lagi yaitu memperkenalkan Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi dan membawa konsili untuk mengaplikasikan kebenaran Firman Tuhan atas persoalan-persoalan hidup yang dihadapi yaitu menyerahkannya kepada Tuhan sehinggah konsele terbebas dari tekanan batin atau stres.
Jadi konseling Kristen adalah tugas pelayanan setiap pengikut Kristus untuk menolong, menghibur, memotivasi dan melayani orang lain dengan kasih sampai mereka bisa melihat kasih Kristus dalam diri setiap orang Kristen dan dipulihkan serta menjadi percaya kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi.

 
BAB 111
STRES
A.      Pandangan Umum Terhadap Stres
Stres atau lebih dikenal dengan sebutan tekanan batin merupakan problema penyesuaian. Penyebab stres bagi setiap orang berbeda-beda tergantung seberapa besar daya tahan seseorang menghadapi kenyataan hidup yang menekan. Jika banyak kejadian mendadak terjadi sekaligus, maka penanggulangan tekanannya akan semakin sukar. Banyak hal yang bisa menjadi penyebab stres. Hal-hal tersebut bersifat mengganggu, mengancam, mendebarkan hati, menakutkan, mengkuatirkan, membuat frustasi, menimbulkan amarah, mempermalukan dan sebagainya.
Stres merupakan ungkapan tubuh manusia terhadap setiap tuntutan yang dialami olehnya. Pembelaan tubuh tersebut memungkinkan proses adaptasi terhadap peristiwa-peristiwa yang dialami oleh seseorang. Stres sering dialami oleh seseorang yang hidup di tengah-tengah masyarakat yang individualis dan interpersonal dimana manusia tidak lagi mempunyai relasi sosial yang akrab dan harmonis serta intim dengan sesamanya, bahkan dengan orang-orang yang dekat sekalipun keluarga. Ditengah-tengah persaingan yang semakin ketat dan komplek, tanpa adanya dukungan sosial yang memadai, maka akan membuat seseorang mengalami stres.
Secara terminologi, stres berasal dari bahasa Yunani merimnao sebagai paduan dua kata yakni meriza (membelah, bercabang) dan nous (pikiran). Oleh sebab itu orang yang mengalami stres tidak mungkin sejahterah sebab pikirannya bercabang antara minat-minat yang layak dan pikiran-pikiran yang merusak.[3]
Banyak faktor yang bisa menjadi penyebab stres misalnya krisis atau perubahan yang timbul mendadak dan menggoncangkan keseimbangan hidup seseorang, frustasi atau kekecewaan yang timbul akibat terhalangnya niat dan cita-cita yang hendak digapai, konflik atau pertentangan antara dua dorongan keinginan dan tekanan yaitu sesuatu yang dirasakan berat untuk ditanggung.
Secara medis stres merupakan suatu tekanan pada manusia yang menimbulkan reaksi fisik maupun emosional. Penyebab stres beraneka ragam, misalnya karena serangan penyakit, kelelahan hebat, gejolak emosi, ketakutan, penghinaan, hilangnya pekerjaan, hilangnya dukungan sosial, perubahan-perubahan situasi dalam kehidupan, dan banyak hal lainnya.
B.     Pandangan Alkitab Terhadap Stres
Dalam Alkitab Perjanjian Lama stres digambarkan dengan istilah jiwa yang tertekan (Mazmur 42:5,6, Mazmur 43:5, 88:7, Ratapan3:20, Habakuk3:7), jiwa yang gelisah (Ayub 7:4), sesak hati (Kejadian 32:7), hati yang gundah gulana (Mazmur 42:5), keadaan susah dan sulit (Yeremia 19:9).
Dalam Perjanjian Baru beberapa peristiwa digambarkan sebagai keadaan yang stres antara lain:
a.       Yesus ditaman Getsmani merasakan hal yang sangat sedih dan seperti mau mati rasanya ( Matius 26:38, Markus 14:34).
b.      Yesus merasa sangat ketakutan dan semakin sungguh-sungguh berdoa (Lukas 22:44).
c.       Peluh seperti titik-titik darah bertetesan ke tanah karena stres (Lukas 22:44).
d.      Paulus menulis surat kepada jemaat di Korintus dengan hati yang sangat cemas dan sesak (2 Korintus 2:4)
e.       Hati Paulus yang gelisah dan tidak tenang memikirkan Titus (2 Korintus 2:13).
Stres dapat terjadi karena ketakutan dan kecemasan yang berat tapi sesungguhnya stres juga dapat membawa kita untuk lebih dekat dengan Allah dan lebih bersungguh-sungguh lagi datang berdoa kepada-Nya.

C.     Efek Stres
Setiap kali seseorang mengalami stres, hal itu akan memaksa dirinya untuk melakukan penyesuaian diri dan hal itu menciptakan tekanan, baik jasmani, mental maupun rohani. Efek buruk yang akan dialami ketiga aspek kehidupan manusia tersebut contohnya:
a.       Fisik. Stres sering menimbulkan kelemahan tubuh dan berbagai penyakit, misalnya serangan jantung, sakit maag, sakit kepala, luka-luka usus, sesak napas, asma, dan eksim. Karena gelisah, kesepian, kesulitan, rasa bersalah, dan putus asa, maka seseorang yang stres sering tidak dapat sembuhdari penyakit yang di deritanya. Jadi stres berpengaruh besar terhadap kesehatan seseorang.
b.      Mental. Stres sering membuat seseorang cenderung menjadi pemarah, kurang sabar, tidak efisien, bertele-tele, mudah emosi, dan tidak dapat bekerjasama dengan orang lain. Seseorang yang mengalami stres di rumahnya akan berdampak sampai ke lingkungan sosialnya.
c.       Rohani. Stres yang dialami sesungguhnya bisa membuat seseorang lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, seperti yang dialami oleh Rasul Paulus. Namun sebaliknya, banyak orang juga yang mengalami stres yang menghambat pertumbuhan rohaninya.  Bahkan ada yang menyalahkan Tuhan, orang lain, atau dirinya sendiri.

 

BAB 1V
Konseling Kristen yang Efektif untuk Penderita Stres

            Menangani seseorang yang mengalami stres bukanlah hal yang mudah. Sebuah contoh dalam Alkitab adalah peristiwa yang dialami oleh Ayub. Kejadian mengejutkan terjadi secara beruntun dalam kehidupan. Ayub kehilangan hartanya, anak-anaknya mati, ia mendapat tekanan dari istrinya sendiri, bahkan kemudian ia sendiri sakit barah yang busuk dan tidak dipandang orang lagi. Hal-hal ini membuat Ayub mengalami stres. Bahkan Ayub sampai mengutuk hari lahirnya. Tiga orang konselor yang tidak lain adalah sahabat-sahabat Ayub mencoba datang untung menolong Ayub, namun tidak satupun di antara mereka yang berhasil. Kemudian datanglah Elihu (Ayub 32:11). Ia adalah seorang yang muda dan merasa sebenarnya merasa segan untuk berbicara kepada Ayub, namun ia memberanikan diri untuk menolong Ayub. Prinsip-prinsip yang dipakai oleh Elihulah yang akan menjadi dasar-dasar strategi konseling Kristen yang efektif untuk melayani orang yang mengalami stres.
            Garry R. Collins dalam bukunya Konseling Kristen[4] mencoba menkonstruksikan metode-metode yang dipakai Elihu. Berikut ini dapat dilihat beberapa prinsip yang dipakai Elihu, antara lain:
a.      Elihu “mendengarkan” (Ayub 32:11). Sebelum berkata-kata, Elihu terlebih dahulu mendengarkan Ayub. Mendengarkan merupakan bagian yang sangat penting dalam konseling. Seorang konselor harus menyadari bahwa banyak orang yang membutuhkan “telinga yang mau mendengarkan”. Kesabaran konselor dalam mendengarkan curahan hati konsele membuatnya merasa leluasa untuk mencurahkan masalah-masalah yang membebani dirinya. Dalam memulai konseling hendaknya konselor menghindari untuk banyak memberikan nasihat atau mengutip sebanyak-banyaknya ayat sebelum mendengarkan konsele.
Mendengarkan membutuhkan kesabaran dan kosentrasi. Dengan mendengarkan, maka konsele akan bebas mengutarakan isi hatinya sampai ia merasa lega, dan di saat yang bersamaan konselor akan mendapat banyak informasi untuk menolong kelanjutan proses konseling tersebut. Dalam mendengarkan, hendaknya konselor menaruh perhatian penuh dan menatap mata konsele dengan kasih. Dengan begitu konsele akan merasa nyaman mencurahkan isi hatinya.
b.      Elihu “mengerti” (Ayub 32:12). Sebelum bertemu dengan Elihu, Ayub merasa sangat frustasi sebab tidak seorangpun yang mengerti dengan keberadaannya. Tetapi Elihu penuh pengertian terhadap Ayub sehinggah pengaruhnya terhadap Ayub pun berbeda. Elihu mengerti tidak seorang pun yang telah menjawab pertanyaan Ayub. Elihu memasuki dunia pengalaman dan perasaan Ayub dan mau menemani Ayub menghadapi masalahnya bersama-sama. Seorang konselor yang baik harus mampu mengerti jalan pikiran konsele dan berusaha memahaminya. Konselor dapat memahaminya dengan baik jika konselor memandang persoalan yang dihadapi dari kacamata konsele. Mengerti perasaan konsele merupakan hal penting yang harus diusahakan oleh seorang konselor sebab hal itu akan membuat proses konseling membuahkan hasil yang diharapkan.
c.       Elihu “menguatkan” (Ayub 33:6,7). Elihu berkata kepada Ayub, “bagi Allah, aku sama dengan engkau”. Elihu meyakinkan Ayub bahwa dia pun adalah manusia biasa, dengan berbagai macam persoalan, dan dia tidak datang untuk mengecam dan membuat Ayub takut. Elihu berusaha menjadi sahabat untuk Ayub dengan menyetarakan keberadaannya dengan Ayub. Elihu sebagai konselor membuka jalan agar Ayub sebagai konsele tidak merasa segan untuk mengemukakan isi hatinya. Secara alamiah sudah pasti seorang konsele akan merasa segan untuk mengemukakan isi hatinya kepada konselor, apalagi untuk mengakui kesalahan-kesalahannya. Jika konsele berbuat dosa, tentu ada perasaan takut dan kuatir untuk terbuka sebab takut untuk dihakimi oleh konselor. Itulah sebabnya penting bagi seorang konselor untuk dapat menguatkan dan meyakinkan konsele bahwa sekalipun konsele telah gagal dan berbuat dosa, konselor bisa mengerti dan tidak menolaknya. Bahkan perlu bagi konselor untuk mengingatkan konsele bahwa Tuhan Yesus datang ke dunia ini adalah untuk menyelamatkan orang yang berdosa (Roma 5:8).
d.      Elihu “mengkonfrontasikan” Ayub dengan kebenaran-kebenaran Allah. Tanggung jawab seorang konselor bukan menghakimi, mengecam, mengutuk, atau pun menimbulkan perasaan bersalah. Tetapi tugas konselor adalah memperhadapkan konsele pada kegagalannya, perbuatannya, dosanya dan tingkah lakunya yang merugikan, yang mungkin tidak dilihat oleh konsele sebelumnya. Elihu coba mengkonfrontasikan Ayub dengan kenyataan dan agar Ayub memberikan tanggapan. Elihu mengatakan pada Ayub, “Dalam hal ini  “engkau tidak benar!”, “karena Allah Allah itu lebih daripada manusia. Mengapa engkau berbantah dengan Dia? Sesungguhnya sikapmu itu yang membuat engkau bersusah hati”. Elihu tidak memberikan khotbah yang panjang, ia mengharapkan agar Ayub memberikan tanggapan atas pendapatnya dan Ayub menyadari kesalahannya (Ayub 33:32). Seorang konselor harus memperlihatkan kekeliruan-kekeliruan dari konsele dan tentunya hal ini harus dilakukan dengan lemah lembut, selanjutnya berikan kesempatan kepada konsele untuk mengemukakan tanggapannya.
e.       Elihu “mengajar” (Ayub 33:33). Hal yang sangat penting dalam proses konseling Kristen yaitu membagikan hikmat kebenaran Firman Tuhan yang dibutuhkan oleh konsele. Banyak metode yang bisa dipakai untuk mengajarkan Firman Tuhan kepada konsele. Salah satunya adalah melalui verbal dengan memberikan informasi, arah, dan petunjuk yang dapat dilakukan oleh konsele. Tapi konselor bisa juga mengajarkan melalui keteladan hidupnya sama seperti yang Rasul Paulus katakan, “ikutilah teladanku, seperti aku meneladani Kristus” (1 Korintus 11:1). Konselor harus sadar bahwa keteladan hidup kadang berbicara lebih keras dari pada kata-kata yang disampaikan.
f.        Elihu “membimbing” Ayub kepada Tuhan (Ayub 34). Elihu mengingatkan Ayub betapa Allah itu adil dan tidak pernah berlaku curang. Allah benar-benar memperhatikan manusia sehinggah manusia harus menurut kepada Allah. Konselor harus membimbing konsele kepada Allah. Konselor harus siap mengabarkan kepada konsele mengenai Yesus yang adalah “Penasihat Ajaib” (Yesaya 9:6). Penasihat Ajaib itu selanjutnya dikaitkan dengan oknum Roh Kudus yang adalah penolong yang diutus Allah untuk menolong setiap orang percaya. Namun dalam hal ini konselor harus berhati-hati dan tidak memaksakan Injil jika sedang berhadapan dengan konsele yang non-Kristen. Oknum Roh Kudus jugalah yang akan membuat konseling Kristen menjadi efektif dan berhasil.
Elihu menjadi berhasil menjadi seorang konselor yang efektif sebab Elihu memiliki sikap dasar empati yang ia terapkan dalam keterampilan dasar mendengarkan sehinggah tercipta suatu hubungan yang baik dengan Ayub. Setiap orang Kristen biusa menjadi konselor yang baik untuk orang yang mengalami stres asalkan bersedia untuk  mendengarkan, mengerti, menguatkan, mengkonfrontasi, mengajar dan juga membimbing. Selain itu tentu seorang konselor haruslah seorang yang hidup bergantung pada pimpinan Roh Kudus sehinggah memiliki kesaksian hidup yang baik dan layak untuk diteladani.           

  
BAB V
PENUTUP


A.      Kesimpulan
Konseling Kristen merupakan salah satu tugas pelayanan yang Tuhan Yesus delegasikan kepada setiap murid-murid-Nya, yaitu setiap orang Kristen. Pelayanan konseling Kristen merupakan bentuk pelayanan yang sangat efektif khususnya untuk melayani orang-orang yang mengalami stres dalam menjalani kehidupan. Di akhir zaman ini kasih menjadi tawar, kehidupan menjadi sulit serta dukungan sosial menjadi semakin sulit diperoleh sehinggah membuat banyak orang mengalami stres dalam hidupnya. Itulah sebabnya setiap orang Kristen harus berperan aktif dalam pelayanan konseling Kristen sehinggah mampu mengurangi masalah-masalah sosial yang terjadi akibat perbuatan individu yang mengalami tekanan batin atau stres. Dengan menerapkan metode konseling sesuai dengan Firman Tuhan, maka setiap orang Kristen akan mampu melakukan melakukan tugas pelayanan konseling Kristen, membantu membebaskan jiwa-jiwa dari tekanan batin dan membimbing mereka sampai mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat pribadi.
 
 
DAFTAR PUSTAKA

Teks Alkitab Terjemahan Baru. 2009. Jakarta: Lambaga Alkitab Indonesia.

Gintings, E. P. 2009. Konseling Pastoral terhadap masalah umum Kehidupan, Bandung: Jurnal Info Media.

Collins, Garry R. 1990. Konseling Kristen, Malang, SAAT.





[1] E. P. Gintings, Konseling Pastoral terhadap masalah umum Kehidupan, Bandung: Jurnal Info Media, 2009, hal 9.
[2] Ibid, hal. 10.
[3] Ibid, hal.153
[4] Garry R. Collins, 1990. Konseling Kristen, Malang, SAAT, hlm. 24-34.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Seseorang di segani dan di hormati bukan karena apa yang di perolehnya, Melainkan apa yang telah di berikannya. Tak berhasil bukan karena gagal tapi hanya menunggu waktu yang tepat untuk mencoba lagi menjadi suatu keberhasilan hanya orang gagal yang merasa dirinya selalu berhasil dan tak mau belajar dari kegagalan

BERITA TERKINI

« »
« »
« »
Get this widget

My Blog List

Komentar