SYARAT-SYARAT
PENGINJIL PRIBADI
YANG BAIK
1) Sudah
sungguh-sungguh percaya / menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat dan
yakin akan keselamatannya.
a) Sudah percaya kepada Yesus.
· Mat 4:19 - ikut Tuhan dulu, baru menjala
manusia.
· Kis 1:8 1Yoh 1:1-4 - ‘saksi’ adalah orang yang
tahu / mengalami sendiri.
b) Yakin akan keselamatannya
sendiri.
Sebetulnya orang yang sudah betul-betul percaya
kepada Tuhan Yesus pasti yakin akan keselamatannya sendiri (Ro 8:16 1Yoh 5:13).
Keyakinan ini penting, karena tanpa keyakinan ini kita tidak akan memberitakan
Injil, atau, kalaupun kita memberitakan Injil, kita tidak bisa memberitakannya
dengan yakin.
Bayangkan kalau ada orang kristen yang tidak
yakin akan keselamatannya sendiri menginjili orang yang belum percaya dan
mendesak supaya orang itu mau percaya kepada Yesus, supaya bisa masuk surga.
Lalu orang yang diinjili itu bertanya: ‘Apakah kamu sendiri yakin bahwa kamu
akan masuk surga?’. Kalau penginjil ini jujur, ia harus menjawab: ‘lha ya itu,
aku sendiri belum tahu’. Jelas sekali bahwa penginjilan
ini akan bubar!
2) Harus yakin akan kebenaran Firman Tuhan / Injil.
Pemberitaan Injil merupakan pemberitaan Firman
Tuhan, dan karena itu seorang pemberita Injil harus yakin bahwa Firman Tuhan
itu benar. Dan dalam memberitakan Injil selalu ada keberatan-keberatan terhadap
apa yang kita jelaskan, misalnya: masakan orang berdosa itu dimasukkan neraka
selama-lamanya?
Kalau Firman Tuhan bertentangan dengan ‘fakta’,
atau kalau Firman Tuhan bertentangan dengan ‘Ilmu Pengetahuan’, atau
kalau Firman Tuhan bertentangan dengan ‘pemikiran umum’, atau kalau
Firman Tuhan bertentangan dengan ‘logika’ (misalnya: mujijat), maka
seorang penginjil pribadi harus
tetap percaya akan kebenaran Firman Tuhan, dan bahkan tetap menyatakannya
dengan yakin.
Contoh:
a) Firman Tuhan mengatakan semua
manusia berdosa (Ro 3:23).
Pada waktu kita memberitakan hal ini, bisa saja
orang yang kita injili itu berkata: ‘Lho, saya kenal orang yang tidak kristen,
tetapi ia baik sekali, tidak pernah menyakiti orang, dsb’.
Di sini Firman Tuhan dipertentangkan dengan
‘fakta’. Dalam menghadapi hal ini, penginjil pribadi
itu harus tetap berpegang pada kebenaran Firman Tuhan. Ia harus tetap berkeras
bahwa orang baik itu tetap berdosa di hadapan Tuhan.
b) Firman Tuhan mengatakan bahwa
semua manusia berasal dari Adam.
Orang yang diinjili itu bisa saja mendebat
dengan mengajukan teori Darwin.
Di sini Firman Tuhan dipertentangkan dengan
‘ilmu pengetahuan’. Dalam menghadapi hal ini, penginjil pribadi itu harus tetap berpegang pada
kebenaran Firman Tuhan. Ia harus mempertahankan pandangan bahwa semua manusia
berasal dari Adam, dan bahwa teori Darwin bukanlah ilmu pengetahuan, tetapi
hanya dugaan yang tidak berdasar.
Dalam Koran ‘Surya’ hari Minggu, tanggal 22
November 1998, ada sebuah artikel yang berjudul “Coelacanth ‘ikan fosil’ yang masih hidup”. Dikatakan bahwa di perairan Indonesia (sekitar
Manado) ditemukan ikan Coelacanth (baca: silakan), yang disebutkan
sebagai ‘mbahnya komodo’, dan yang oleh ahli-ahli ilmu pengetahuan dianggap
sudah punah pada sekitar 70 atau 80 juta tahun yang lalu. Ternyata pada waktu
tulang-tulang dari ikan yang baru ditangkap itu dibandingkan dengan fosil ikan
yang dianggap sudah berumur 80 juta tahun itu, ternyata bahwa: “kita hampir tidak dapat membedakan kerangka
tulang mana yang purba (80 juta tahun lalu) dengan yang sekarang. Dan ini
menimbulkan pertanyaan mengapa? Mengapa organ ikan ini tetap statis untuk
jangka waktu yang demikian lamanya tanpa mengalami evolusi?”.
Pertanyaan ini mudah sekali jawabannya, yaitu:
karena evolusi tidak pernah ada!
c) Firman Tuhan mengatakan kalau
ditampar pipi kanan berikan pipi kiri (Mat 5:39).
Banyak orang tidak bisa menerima hal ini dan
menganggapnya tidak masuk akal. Demikian juga dengan Mat 5:28 (tentang
perzinahan dalam hati).
Di sini Firman Tuhan dipertentangkan dengan
‘pandangan umum’. Dalam menghadapi hal ini penginjil pribadi yang baik harus tetap berpegang pada Firman Tuhan!
Tidak peduli semua orang menganggap hal itu tidak salah, kalau Kitab Suci /
Firman Tuhan menganggapnya salah, maka ia juga harus menyatakannya sebagai
sesuatu yang salah!
Tetapi dalam hal ini juga ada peringatan yang
penting.
· keyakinan itu harus betul-betul ada dalam hati.
Kalau keyakinan itu dibuat-buat, maka saudara bukan sedang menginjil, tetapi
sedang berlaku munafik / berdusta!
· Kalau saudara percaya dengan teguh pada
kebenaran Firman Tuhan, itu tentu baik sekali, tetapi pastikanlah bahwa saudara
percaya pada ayat-ayat yang ditafsirkan secara benar, bukan yang
diputar-balikkan / disalah-artikan. Misalnya ada orang kristen yang percaya
bahwa Yesus betul-betul turun ke neraka, atau bahwa nanti setelah kematian
masih ada ‘second chance’ (= kesempatan kedua), karena orang itu akan
diinjili oleh Yesus sendiri. Ini semua adalah kepercayaan yang didasarkan atas
penafsiran yang salah dari ayat-ayat Kitab Suci (bdk. 1Pet 3:18-20 1Pet 4:6).
3) Harus yakin
bahwa Tuhan Yesus adalah satu-satunya (bukan salah satu!) jalan ke surga (Yoh
14:6 Kis 4:12 1Yoh 5:11-12).
Ia bukan hanya perlu yakin segi positifnya,
yaitu bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga, tetapi juga pada segi
negatifnya, yaitu bahwa di luar Kristus, bagaimanapun baiknya / salehnya orang
itu, dan agama apapun yang ia anut, ia tidak bisa selamat, tetapi sebaliknya
akan dihukum dalam neraka.
Kalaupun orang itu lalu menunjukkan orang yang
betul-betul kelihatan saleh, dan bahkan jauh lebih saleh dari pada kita, kita
harus tetap berkeras menyatakan bahwa kalau orang itu terus ada di luar
Kristus, ia pasti masuk neraka. Alasannya mudah saja yaitu: bagaimanapun
baiknya seseorang, di hadapan Tuhan ia adalah orang berdosa, bahkan sangat
berdosa (Ro 3:10-12,23). Karena itu tanpa Juruselamat / Penebus dosa ia tetap
harus masuk neraka untuk memikul sendiri hukuman dosa-dosanya selama-lamanya.
Kalau kita tidak mempercayai hal ini, maka kita
tidak akan memberitakan Injil. Sebaliknya, kalau kita betul-betul mempercayai
hal ini, kita akan aktif memberitakan Injil. Dalam Kis 4:1-13 kita bisa melihat
bahwa Petrus tidak mau berhenti memberitakan Injil karena ia yakin bahwa Tuhan
Yesus adalah satu-satunya jalan keselamatan (Kis 4:12).
4) Mengasihi Tuhan dan sesama manusia (Yoh
14:15 1Yoh 4:20).
Pemberitaan Injil adalah suatu bentuk pelayanan
kepada Tuhan dan itu harus kita lakukan bukan dengan terpaksa, tetapi dengan
dasar kasih.
Illustrasi: Ada kapal merapat ke pelabuhan, lalu memberikan sepotong papan
sebagai jembatan antara kapal dengan daratan. Orang-orang lalu turun ke darat
melalui papan itu, tetapi pada waktu berdesak-desakan, seorang bayi lepas dari
pelukan ibunya dan jatuh ke air. Ibunya berteriak-teriak minta supaya ada yang
menolong bayi itu. Orang-orang semua berkerumun melihat bayi itu masuk ke air.
Lalu tiba-tiba seseorang dengan gagah berani terjun ke air dan menyelamatkan
bayi itu. Setelah ia naik ke atas, ia dikerumuni orang banyak dan lalu ada
seorang wartawan yang bertanya kepadanya: ‘Mengapa kamu mau menolong bayi
itu?’. Menurut saudara mengapa? Orang itu memandang sekelilingnya dengan marah,
dan ia membentak: ‘Siapa yang tadi mendorong saya?’. Jadi, orang ini bukan
menolong bayi itu dengan kasih, tetapi dengan terpaksa!
Tanpa kasih kita tidak akan sungguh-sungguh,
baik dalam memberitakan Injil maupun dalam mendoakan orang yang kita injili
itu.
Juga perlu diingat bahwa pemberitaan Injil
adalah perang frontal melawan setan, sehingga orang yang memberitakan Injil pasti
diserang setan. Serangan ini bisa datang sebagai akibat langsung dari penginjilan, misalnya orang yang kita
injili itu mengejek, atau bahwa membenci dan menganiaya kita. Tetapi serangan
itu bisa juga tidak merupakan akibat langsung dari penginjilan itu. Misalnya usaha kita tahu-tahu bangkrut,
kita sakit, dsb. Justru karena Pemberitaan Injil selalu menimbulkan serangan
setan, maka kasih sangat dibutuhkan. Mengapa? Karena tanpa kasih kita tidak
akan mau berkorban, sehingga kita akan berhenti menginjil.
Kita juga harus menyadari bahwa wujud terutama
dari kasih kita kepada sesama kita, adalah dengan memberikan keselamatan kepada
mereka.
The will of Patrick Henry: “I have now disposed of all my property to my family; there is one
thing more I wish I could give them, and that is the Christian religion. If
they had this, and I had not given them one shilling, they would be rich; but
if they had not that, and I have given them all the world, they would be poor” (= Sekarang aku telah memberikan semua milikku
kepada keluargaku; ada satu hal lagi yang aku berharap bisa memberikannya
kepada mereka, dan itu adalah agama Kristen. Jika mereka mempunyai ini, dan aku
tidak memberikan mereka satu senpun, mereka adalah orang kaya; tetapi jika
mereka tidak mempunyai ini, dan aku memberikan seluruh dunia kepada mereka,
mereka adalah orang miskin) - ‘The
Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 497.
5) Harus sadar dan
percaya sepenuhnya bahwa pertobatan adalah hasil pekerjaan Tuhan / Roh Kudus
(Yoh 6:44,65 Kis 11:18 16:14).
Tuhan / Roh Kudus akan bekerja kalau:
· kita banyak berdoa. Tetapi kita tidak akan
berdoa kalau kita merasa bahwa orang yang kita injili itu bisa bertobat karena
kepandaian kita dalam memberitakan Injil.
· kita menggunakan Firman Tuhan pada waktu
memberitakan Injil (Ro 1:16 Ef 6:17 Yer 23:29).
Banyak orang memberitakan Injil dengan langsung
menyerang agama orang itu. Ini salah, karena pada umumnya hanya mengundang
kemarahan. Disamping itu Tuhan memanggil kita untuk memberitakan Injil / Firman
Tuhan, bukan untuk menyerang agama lain. Tetapi kadang-kadang, dalam perdebatan
dimana Injil itu ternyata bertentangan dengan ajaran agama lain, maka kita
memang harus menjelaskan perbedaan itu, dan terpaksa menyerang agama
lain.
· kita taat pada Firman Tuhan (2Tim 2:20-21).
6) Harus belajar
cara-cara memberitakan Injil yang baik dan cocok untuk dirinya dan selalu
berusaha untuk meningkatkan kemampuannya dalam memberitakan Injil.
Ada bermacam-macam cara untuk memberitakan Injil
dan tidak setiap cara cocok untuk setiap orang. Dan setelah melakukan
pemberitaan Injil, kita harus merenungkannya kembali, untuk memikirkan apa-apa
yang bisa kita perbaiki. Dengan demikian kita akan maju dalam kemampuan kita.
Sekalipun kita percaya bahwa pertobatan adalah pekerjaan Roh Kudus, itu tidak
berarti bahwa kita tidak perlu berusaha secara maximal.
7) Rindu Firman
Tuhan dan selalu mengisi diri dengan Firman Tuhan (Yoh 15:1-8).
Pada saat kita memberitakan Injil, kita pasti
mendapatkan pertanyaan-pertanyaan. Bagaimana kita bisa menjawabnya kalau kita
punya pengertian yang sangat sedikit tentang Firman Tuhan? Juga pengisian diri
dengan Firman Tuhan ini menyucikan dan mendekatkan kita kepada Tuhan sehingga
kita bisa lebih berhasil dalam Pemberitaan Injil.
Karena itu seorang penginjil pribadi harus aktif ikut Pemahaman
Alkitab!
8) Punya teladan hidup yang baik (Fil 1:27).
Makin kita memberitakan Injil, makin hidup kita
disorot oleh masyarakat. Kalau kita hidup dalam dosa, kita justru akan menjadi
batu sandungan. Tetapi, kita juga tidak boleh menunggu sampai hidup kita suci
dulu baru mau memberitakan Injil. Pemberitaan Injil dan usaha untuk hidup suci
harus dilakukan bersama-sama.
Catatan: kalau saudara memberitakan Injil, dan lalu diserang dosa-dosanya
oleh orang yang sedang saudara injili itu, maka katakan bahwa saudara memang
adalah orang berdosa, tetapi saudara mempunyai Juruselamat dosa dan karenanya
pasti selamat. Tetapi dia, sekalipun juga adalah orang berdosa seperti saudara,
tetapi tidak mempunyai Juruselamat, sehingga akan dihukum di neraka
selama-lamanya.
9) Menyesuaikan diri dengan orang yang diinjili (1Kor
9:19-23).
Kita harus menyesuaikan diri supaya lebih bisa
diterima oleh orang-orang yang kita injili, tetapi kita tidak boleh
menyesuaikan diri dalam hal-hal yang berdosa (1Kor 9:21b).
Contoh yang benar:
· menginjili orang Islam, kita ikut tidak makan
babi.
· menginjili orang yang miskin, jangan datang
kepadanya dengan memamerkan perhiasan saudara dsb.
Contoh yang salah:
¨ menginjili seorang pelacur dengan melacur dengan
dia.
¨ menginjili seorang pengguna ecstasy dengan cara
ikut menggunakan ecstasy.
10) Menggunakan lidah hanya untuk kemuliaan Tuhan (Yak 3:1-12).
Jangan menggunakan lidah sebentar untuk
memberitakan Injil, lalu sebentar lagi untuk dusta, fitnah, gossip, caci maki
dsb.
11) Harus bisa dimengerti oleh orang yang diinjili:
Untuk itu kita harus mempunyai karunia untuk
menjelaskan dan juga kita harus menggunakan bahasa sederhana. Jangan
menggunakan istilah-istilah theologia atau istilah-istilah Kristen yang tidak
dimengerti oleh orang dunia agama lain, tanpa menjelaskannya (misal: domba /
kambing, hidup kekal, iman, selamat, mati kekal, bertobat / pertobatan dsb).
Perlu diingat bahwa istilah-istilah tertentu
mempunyai arti berbeda dalam kekristenan dan dalam agama-agama lain. Misalnya:
kata ‘bertobat’ dalam agama-agama lain dianggap meninggalkan dosa, dan lalu
hidup baik. Dalam kristen, sekalipun juga bisa mencakup arti itu, tetapi dalam
kontex penginjilan lebih sering
diartikan ‘datang / percaya kepada Kristus’.
12) Tekun / giat (Ro 12:11 1Kor 15:58).
Sama seperti dalam menjala ikan, menjala manusia
/ memberitakan Injil juga membutuhkan sifat giat dan tekun / tidak mudah putus
a