18 Agustus 2014

Proposal Skripsi Teologi



BAB I
PENDAHULUAN




1.1.  Latar Belakang Masalah

            Kesan yang muncul ketika kita mendengar kata desa adalah hamparan sawah, ladang, bukit-bukit dan gunung-gunung yang hijau, perkampungan yang jauh dari kota serta kehidupan yang serba tradisionil. Kesan orang yang pernah berkunjung ke desa bahwa sesederhana apapun makanan di sana, selalu terasa enak dan dimakan lahap.  Banyak orang memang senang ke desa, tetapi berapa banyak orang yang mau pergi dan tinggal di sana? Berapa banyak orang yang mau membangun desa, bukan sekedar menikmatinya? Berapa banyak orang yang mau menjangkau desa bagi Kristus? Dan berapa banyak lembaga pelayanan kristen yang peduli dengan masalah pedesaan?.
            Ironisnya desa yang kata orang menyenangkan itu, justru banyak ditinggal penduduknya. Berbekal hasil penjualan sebidang tanah, sawah atau hewan ternak, para pemuda pergi ke kota untuk tujuan yang tidak pasti. Tidak sedikit orang tua meninggalkan keluarganya untuk mencari kerja ke kota bahkan ke luar negeri sebagai TKI (Tenaga Kerja Indonesia). Memang ada yang membuahkan hasil. Tetapi bagaimana  dengan nasib ratusan ribu TKI (illegal) di luar negeri saat ini?
            Tidak di pungkiri desa-desa di Indonesia menghadapi masalah yang cukup kompleks. Penyebab munculnya masalah tersebut antara lain rendahnya tingkat pendidikan (SDM) dan perekonomian serta kurangnya sarana pendukung. Bukanlah hal yang mudah, hal lain yang menjadi penghambat adalah rendahnya taraf kehidupan masyarakat Indonesia, atau lebih dikenal dengan istilah kemiskinan. Dan salah satu pemicu rendanya taraf kehidupan masyarakat Indonesia adalah rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Pada umumnya desa-desa di Indonesia masih bersifat agraris belum maju dan industri pedesaannya belum berkembang.
            Mengingat tujuan pembangunan Indonesia terpusat pada peningkatan kehidupan perekonomian yang adil dan makmur, berarti hasil pembangunan ini harus dapat dinikmati secara merata. Hasil pembangunan tidak hanya dinikmati kelompok tertentu saja, tetapi oleh seluruh warga negara baik di desa maupun di kota. Tetapi yang terjadi saat ini belum seimbang masih terjadi kesenjangan antara masyarakat kota dan desa padahal 80 persen penduduk Indonesia tersebar di desa-desa di seluruh Nusantara.
            Banyak usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah kesenjangan yang terjadi. Seperti program pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan . Namun masalah kemiskinan tetap merupakan problem besar bagi bangsa ini. Angka kemiskinan tiap penduduk masih kelihatan mencolok pada setiap daerah. Dan hal ini juga menimbulkan kesenjangan yang semakin jauh. Kesenjangan ini juga terlihat jelas antara tingkat kehidupan masayarakat pedesaan dengan masyarakat perkotaan.
            Jika ditinjau dari segi pendapatan, masyarakat kota jauh lebih besar pendapatannya dari pada pendapatan masyarakat desa. Dan dari segi pertumbuhan pendapatan, penduduk kotapun jauh lebih pesat pendapatannya ketimbang penduduk yang berada di pedesaan. Memang benar apa yang dinyatakan oleh  Prof. Mubiyanto yang pernah menjadi salah satu Asisten Ketua Bappenas Urusan Pemerataan dan Kemiskinan, demikian:
Bahwa jumlah orang miskin di pedesaan jauh lebih banyak (dua kali lipat) dibanding dengan mereka yang tinggal di kota.
           
            Krisis moneter yang terjadi sejak bulan Oktober 1998 membawa dampak yang besar bagi kehidupan bangsa ini. Penderitaan semakin banyak dirasakan oleh rakyat Indonesia, banyak orang kehilangan pekerjaan, harga-harga kebutuhan pokok dipasaran naik, pupuk untuk kebutuhan pertanian harganya melambung tinggi sehingga tidak terjangkau oleh petani, hal ini mengakibatkan harga kebutuhan pokok juga naik. Dan yang lebih parah lagi keadaan ini makin lama makin tidak menentu. Dengan kondisi bangsa seperti ini yang paling terkena dampaknya adalah masyarakat miskin – termasuk di dalamnya masyarakat yang sebagian besar tinggal di pedesaan yang taraf  kehidupan dan pendidikannya rendah..
            Seiring dengan krisis yang terjadi, jumlah penduduk yang miskin pun meningkat cukup drastis pada periode 1996-1999 sebesar 13,96 juta karena krisis moneter, yaitu dari 34,01 juta pada tahun 1996 menjadi 47,97 pada tahun 1999. Dengan kata  lain, presentase penduduk miskin meningkat dari 17,47 persen menjadi 23,43 persen pada periode sama yaitu 1996-1999.[1]
            Sepuluh tahun sudah berlalu sejak krisis moneter Oktober 1998 melanda bangsa ini, tetapi krisis belum juga berlalu. Badan Pusat Statistik secara resmi menerbitkan artikel dengan judul “Tingkat Kemiskinan di Indonesia Tahun 2005-2006“ yang mengatakan:

Jumlah penduduk Indonesia yang miskin (penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan) pada bulan Maret 2006 sebesar 39,05 juta jiwa (17,75 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Februari 2005 yang berjumlah 35,10 juta (15,97 persen), berarti jumlah penduduk miskin meningkat sebesar 3,95 juta.  Presentase kemiskinan antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan pada bulan Maret 2006, sebagian besar (63,41 persen) penduduk miskin berada di wilayah pedesaan[2].
           
            Berkaitan dengan hal di atas, timbullah kerinduan dan harapan penulis yaitu:  saatnya kini Lembaga Pelayanan Kristen juga harus proaktif mengambil bagian dalam memulihkan keadaan negara ini dan ikut serta dalam membangun manusia Indonesia seutuhnya (jasmani dan rohani). Karena hal ini bukan semata tugas pemerintah, tetapi Lembaga Pelayanan Kristen sebagai bagian dari bangsa ini juga harus berperan aktif di dalamnya.
            Jadi selayaknyalah Lembaga Pelayanan Kristen dapat menerapkan prinsip:
Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab pada nabi (Matius 22:37-40)

            Artinya kehadiran Lembaga Pelayanan Kristiani mampu memenuhi harapan Tuhan Yesus yaitu memberi makan kepada mereka yang lapar, memberi pakaian kepada mereka yang telanjang, memberikan tumpangan kepada mereka yang membutuhkan tumpangan dan mengunjungi mereka yang dipenjara - kerena “sesungguhnya segala sesuatu yang kami lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku“ (Matius 25:40)
            Berdasarkan masalah dan krisis yang sedang dialami bangsa Indonesia, maka sudah selayaknya Lembaga Pelayanan Kristen yang ada mampu menjadi saksi dengan menghadirkan pelayanan yang konstektual sesuai dengan situasi yang mengharuskannya.
           


1.2.  Rumusan Masalah

Setelah memperhatikan keadaan bangsa Indonesia sekarang ini, maka penulis ingin memaparkan:
1.      Peran dan pelayanan apa saja yang harus di lakukan oleh lembaga pelayanan kristen dalam membantu mengentaskan kemiskinan dan ketertinggalan yang terjadi ditengah-tengah masyarakat pedesaan dan langkah-langkah apa yang akan ditempuh untuk mempersempit kesenjangan yang terdapat antara masyarakat kota dan masyarakat pedesaan.
2.      Sejauh mana pendekatan prinsip-prinsip teologis dapat diterapkan dalam menyelesaikan problem masyarakat pedesaan?

1.3.  Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulis dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1.      Memberikan dasar Alkitabiah kepada lembaga pelayanan kristiani di Indonesia tentang peranannya sebagai umat Allah dalam membantu mengatasi problem masyarakat pedesaan.
2.      Memberikan wawasan dan sumbangsih kepada lembaga pelayanan Kristen untuk tanggap terhadap krisis yang sedang melanda bangsa ini khususnya dalam menangani kemiskinan dan ketertinggalan masyarakat pedesaan.


1.4.  Pembatasan Masalah
Melihat cukup banyak dan luasnya permasalahan yang berkait pelayanan pedesaan, maka di dalam penulisan ini penulis akan membatasinya dalam hal bagaimana lembaga pelayanan kristen mengambil peran dalam penanggulangan krisis kemiskinan di wilayah pedesaan khususnya dalam hal peningkatan sumber daya manusia, dengan menyiapkan tenaga-tenaga terampil, terlatih untuk membangun dan memberdayakan masyarakatnya dalam hal jasmani dan rohani. Karena dengan meningkatnya kualitas sumber daya manusia diharapkan dapat merubah semua sendi kehidupan masyarakat pedesaan.

1.5.  Metode Penulisan

Penelitian dan pengumpulan data-data yang diperlukan dalam tesis ini dilakukan berdasarkan kajian pustaka, penelitian langsung di lokasi dan dari nara sumber yang bisa dipertanggung jawabkan keakuratannya.

1.6 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan tesis ini penulis membuat sistematika penulisan dalam bab-bab sebagai berikut:
Bab I, penulis akan menyajikan bahasan antara lain: alasan pemilihan judul, rumusan masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, metode penulisan, dan sistematika penulisan dari tesis ini.
Bab II, penulis akan menyajikan berbagai pengertian dan potret pedesaan dan permasalahan yang dihadapai masayarakatnya,  dari segi jasmani dan rohani.
Bab III, penulis akan membahas tinjauan Alkitab tentang orang miskin, sejarah gereja dalam melayani orang miskin dan pelayanan holistik Lembaga Pelayanan Kristiani, bagaimana pelayanannya, dasar-dasar pelayanan serta tujuan pelayanan. Dan menganalisa secara umum strategi pelayanan lembaga kristen yang sudah ada.
Bab IV, penulis akan menjabarkan beberapa strategi untuk membantu lembaga pelayanan kristen dalam menjangkau, membangun dan meningkatkan taraf kehidupan masyarakat pedesaan.
Bab V, terdiri dari dua sub, yang pertama berisi kesimpulan dari penulisan, sedangkan sub bab kedua berisi saran-saran yang memuat pertimbangan penulis.


[1] Anonimus, “Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Indonesia, 1996-2005,” Berita Resmi Statistik, No.47/IX/1 Sepetember 2006, 2 (www.bps.go.id/releases/files/kemiskinan-01 sep06.pdf.)
[2] Anonimus, “Perkembangan Tingkat Kemiskinan”, 1.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Seseorang di segani dan di hormati bukan karena apa yang di perolehnya, Melainkan apa yang telah di berikannya. Tak berhasil bukan karena gagal tapi hanya menunggu waktu yang tepat untuk mencoba lagi menjadi suatu keberhasilan hanya orang gagal yang merasa dirinya selalu berhasil dan tak mau belajar dari kegagalan

BERITA TERKINI

« »
« »
« »
Get this widget

My Blog List

Komentar