29 April 2014

Pelayanan Kesehatan Masyarakat | Hendra Runtu

Kesehatan adalah dambaan semua orang,ketika seorang menderita
suatu penyakit pasti akan berusaha sedemikian rupa untuk menjadi
sehat,yaitu berobat kedokter atau berkunjung ke rumah sakit,tetapi ada
begitu banyak orang yang ketika menderita suatu penyakit hanya
membiarkan saja penyakit itu,tidak mau berobat kedokter atau
berkunjung ke rumah sakit, dengan kata lain tidak ada usaha untuk
mencari solusi bagaimana menyembuhkan penyakitnya itu.
Ada banyak alasan orang tidak mau mencari solusi untuk menyembuhkan
penyakitnya antara lain bermasa bodoh mungkin menganggap penyakitnya
pasti akan sembuh tanpa diobati,karena kesibukan tidak ada waktu untuk
berobat,dan alas an alas an yang lain.
Dari sekian alasan diatas ada alasan kenapa seorang tidak mau
mengobati penyakitnya yaitu karena tidak mempunyai biaya untuk berobat
ke dokter apalagi mereka yang hidupnya pas-pasan dalam memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari,berobat kedokter adalah suatu hal yang
sangat mahal.Terjadinya masalah ekonomi yang berlarut-larut di
Indonesia sehingga berdampak sekali bagi masyarakat kelas menengah ke
bawah dan mengakibatkan makin banyak orang tidak mempunyai penghasilan
lebih dari sekedar hanya untuk makan dan minum saja,sehingga apa yang
dikatakan di atas yaitu orang ketika menderita suatu penyakit hanya
membiarkan saja dan itu bisa mngakibatkan kematian bagi orang
tersebut.
Bagi daerah – daerah tertentu,pemerintah berupaya untuk bisa
mengadakan pengobatan bagi warganya yang miskin untuk mendapatkan
pengobatan secara gratis dengan berbagai macam cara,tetapi bagaimana
dengan daerah yang pemerintahnya acuh tak acuh dengan masyarakat
miskinnya ketika menderita sakit.?Disinilah kita sebagai gereja yang
peduli dengan dipenuhi rasa mengasihi sesama sesuai dengan ajaran
Alkitab untuk membuka mata,melihat dan berbuat sesuatu untuk membantu
masyarakat yang kurang mampu untuk mengatasi masalah kesehatan mereka
yaitu melalui Pelayanan Kesehatan bagi masyarakat yang kurang
mampu,bukan saja anggota jemaat yang ada tetapi bagi masyarakat umum
yang ada didaerah sekitar lingkungan Geraja yang bisa dijangkau.

Pelayanan kesehatan secara Cuma-Cuma yang dilakukan Gereja ini
kepada masyarakat ternyata bukan saja membantu meringankan penderitan
mereka,tetapi lebih dari itu juga bisa mendatangkan sisi positif bagi
keberadaan Gereja di tengah lingkungan bermasyarakat yaitu membuat
Gereja lebih berwibawa dikarenakan ada nilai-nilai social yang
diberikan Gereja bagi masyarakat sekitar,serta juga Gereja bisa
dikatakan membawa misi kepedulian sesama manusia bukan saja hanya
anggota jemaatnya,tetapi masyarakat luar yang ada,sehingga membuat
banyak orang (khususnya masyarakat sekitar gereja)tertarik dan
penasaran ingin melihat "ada apa" sebenarnya didalam Gereja itu,dan
tidak sedikit yang ikut bergabung menjadi anggota Gereja,bertobat
menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat.
Adapun beberapa cara Pelayanan Kesehatan yang dilakukan oleh Gereja:
1.Gereja Memberi Bantuan Langsung
Ketika mengetahui ada masyarakat yang kurang mampu menderita sakit dan
tidak ada biaya untuk berobat,Gereja dalam hal ini yang sudah
dikategorikan mandiri (Ada persembahan khusus dana social) langsung
meberikan bantuan langsung dengan mengutus staf atau anggota Gereja
kepada orang tersebut,apakah langsung diberikan bantuan tunai,atau
membawa ke dokter terdekat untuk mendapat perawatan.Utusan Gereja yang
datang bukan hanya saja memberi bantuan bersifat materi saja, tetapi
juga lebih dari itu menunjukan juga rasa simpati lewat dorongan moral
berupa kata-kata yang bisa menguatkan bagi sipenderita sakit
tersebut,sehingga juga bukan saja kepeduliannya hanya dilihat dari
materi yang diberikan tetapi juga rasa turut merasakan beban apa yang
diderita oleh orang tersebut.
Ini merupakan salah-satu cara yang efektif yang bisa dilakukan Gereja
untuk bisa menarik hati orang datang kepada Yesus,sebagaimana ajaran
Yesus yang peduli kepada banyak orang dengan mengadakan pendekatan
pribadi langsung membuat orang banyak yang waktu selesai Yesus memberi
mereka makan akhirnya terus mengikuti Dia.Ini juga yang kalau
diterapkan terus menerus oleh Geraja akan mendatangkan banyak
Jiwa-jiwa kepada Yesus.
2.Gereja Mengadakan Pengobatan Masal
Salah satu Pelayanan Kesehatan yang dilakukan Gereja bagi masyarakat
umum yang kurang mampu adalah pengobatan masal.
Ini dilakukan bagi Gereja yang sudah mandiri juga yaitu Gereja yang
sudah mempunyai persembahan khusus buat dana social.

Pelayanan kesehatan seperti ini dilakukan dengan jangka waktu
tertentu,dan tidak setiap saat dilakukan,karena pelayanan kesehatan
ini harus dipersiapkan dengan baik dan matang,baik dari segi
keuangan,karena membutuhkan dana yang tidak sedikit,mempersiapkan juga
waktu pelaksanaan yang tepat,yaitu kapan momen yang pas untuk
mengadakan kegiatan ini,sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan
yang ada.Tempat pelaksanaan juga harus dipersiapkan dengan
baik,mencari tempat yang memenuhi kapasitas jumlah masyarakat yang
ikut Pelayanan kesehatan ini.Mempersiapkan juga tim dokter yang baik
bukan hanya satu dokter,karena pasti tidak semua masyarakat sama
penyakit yang dideritanya.Pelayanan kesehatan seperti ini dikerjakan
bukan hanya satu dua orang dalam Gereja,tetapi melibatkan banyak orang
atau dengan kata lain membentuk panitia khusus dari gereja,tetapi juga
bisa melibatkan anggota masyarakat umum,bahkan melibatkan juga
pemerintah lingkungan setempat,karena ini dilaksanakan untuk
masyarakat umum.
Ketika Gereja sudah bisa melakukan pelayanan kesehatan seperti
ini,Gereja sudah melakukan suatu terobosan yang sangat efekteif dalam
hal menjangkau seluruh lapisan masyarakat,karena tidak menutup
kemungkinan akan banyak masyarakat dengan berbagai latar-belakang
tertarik untuk menikmati pelayanan "gratis' yang dilakukan Gereja,
sekaligus secara tidak langsung mengakui "keberadaan" Gereja dalam hal
kepedulian kepada sesama manusia.
Pelayanan untuk masyarakat sangat luas dan bermacam-macam bidang yang
berbeda-beda sesuai dengan situasi kondisi tempat lingkungan kita
berada. Mulai dari lingkungan tempat kita berada sampai sejauh
perjalanan kemana kaki kita melangkah, pelayanan masyarakat tetap
ada.Pelayanan masyarakat yang saya uraikan diatas sangat membantu
sekali bagi masyarakat yang kurang mampu,dan itu adalah tugas Gereja
ditengah dunia yang majemuk ini dengan segala perbedaan yang ada
Gereja harus bisa menjadi garam dan terang dunia sesuai dengan apa
yang Yesus inginkan dalam Matius 5:13-16.Walaupun mungkin banyak
halangan dan tantangan yang harus Gereja hadapi,tetapi itu tidak akan
membuat kita berhenti dan menyerah begitu saja,ada banyak cara dan
strategi untuk melewati semua tantangan itu yang tentunya sesuai
dengan kebenaran Firman Tuhan dan tuntunan Roh Kudus untuk menuai
banyak banyak Jiwa bagi kemuliaan nama Tuhan
Tuhan Yesus yang adalah Immanuel pasti menyertai usaha Sosiologi kita
untuk menolong sesama manusia disekitar kita terlebih membawa mereka
kepadaNya.

UNTURNYA NILAI POSITIF PADA ANAK-ANAK | Susiani Ester

Menanggapi kasus kecelakaan yang melibatkan anak dari musisi Ahmad
Dhani yang merenggut 7 nyawa di jalan tol Jagorawi, yang saya ambil
dari artikel koran Kompas tgl 8 September 2013 "Tabrakan Jagorawi,
Anak Ahmad Dhani Operasi 2 Kali" Maka kita akan melihat persoalan
secara umum yang melibatkan anak-anak. Kasus yang menimpa AQJ adalah
contoh kecil yang sebenarnya sudah membudaya di masyarakat. Selama ini
masyarakat tidak peka karena yang terlibat dengan masalah-masalah
anak-anak dibawah umur adalah anak-anak "kelas biasa", sehingga ketika
muncul kasus AQJ maka masyarakat baru mengoreksi diri. Sebenarnya ini
sudah agak terlambat, kita cenderung bertindak setelah peristiwa
terjadi, bukan mencegah dan mengantisipasinya. Ini bukan kasus
psikologi semata tapi sudah menjadi kasus social yang perlu dipecahkan
karena akan mempengaruhi perkembangan budaya bangsa di kemudian hari.
Ragam kasus yang melibatkan anak-anak semakin banyak dan jangkauannya
bukan saja di kota-kota besar tetapi juga di daerah. Sikap ugal-ugalan
di jalan, tawuran, bahkan tindakan-tindakan kriminal seperti pencurian
motor, pembunuhan, perkosaan sering dilakukan oleh anak-anak dibawah
umur. Kita harus melihat latar belakang dari tindakan anak-anak
sekarang yang banyak diwarnai dengan hal-hal negative.



Sebab-sebab anak berperilaku buruk diantaranya:

Kurangnya perhatian orang tua.

Suasana keluarga sangat mempengaruhi perilaku anak-anak. Kasih sayang
yang cukup dan perhatian utama orang tua kepada anak adalah kunci
utama perilaku anak-anak. Orang tua yang mengalami kasus "broken
home" lebih memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk bertindak
sesuka hati dan menentukan pilihannya sendiri. Atau juga orang tua
yang kurang mampu cenderung menekankan anak-anak untuk mencari uang
sehingga kurang memberikan ruang belajar dan bermain yang cukup pada
anak-anak.

Pengaruh Hedonisme.

Bagi orang tua yang berpenghasilan cukup, serasa tak mau kalah dengan
kemajuan teknologi berlomba-lomba untuk memberikan barang-barang
elektronika, kendaraan mewah, yang sebenarnya bukan menjadi kebutuhan
utama seorang anak. Pada kenyataannya banyak anak-anak TK yang sudah
biasa bermain dengan computer dan smartphone. Mereka asyik dengan
dunia baru mereka, padahal diusia tersebut seharusnya anak diajarkan
untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Menjadi kebanggan orang tua
jika anak-anaknya dapat mempergunakan barang-barang elektronika dan
juga mengendarai kendaraan baik itu motor maupun mobil.

Pengaruh Media Massa (dunia maya)

Tayangan-tayangan di media massa yang dipengaruhi gaya hidup glamour
memberikan rekomendasi tentang dunia baru yang ada disekeliling
anak-anak. Dari perkataan, tingkah laku dan cara berpikir anak, banyak
dipengaruhi oleh media massa terutama televisi. Contohnya: beberapa
tahun lalu anak-anak banyak meniru tayangan "Smacdown" sehingga mereka
cenderung bertingkah laku yang diwarnai kekerasan seperti menendang,
memukul dsb. Internet, game, membuat anak-anak melewatkan waktu mereka
di dunia nyata dan lebih menyukai hidup di dunia maya. Anak tidak lagi
diajarkan menghadapi kenyataan sehingga tidak heran banyak anak-anak
yang cepat putus asa. Tekanan hidup membuat anak-anak mengambil jalan
pintas, setiap tahun data anak yang mati bunuh diri semakin bertambah.
Sebagian dari mereka melarikan diri dari rumah dan memilih tinggal di
jalanan.

Kurangnya pendidikan moral dan agama.

Perilaku anak-anak saat ini dibandingkan dengan anak-anak 20 tahun
lalu sangat jauh berbeda terutama sikap sopan santunnya. Pendidikan
moral banyak dianggap kuno dan bahkan agama hanya menjadi salah satu
mata pelajaran sekolah bukan sebagai pedoman hidup. Kerohanian mereka
tidak terpelihara dengan baik. Tindak kekerasan disekolahpun
meningkat. Tawuran antar pelajar yang menelan banyak korban spertinya
sudah biasa terjadi. Berita televisi yang menyatakan anak membunuh
temannya sendiri juga beberapa kali terjadi.

Kurangnya pendisiplinan dari pihak terkait dan orang tua

Sebagai contoh kecelakaan di tol Jagorawi yang melibatkan AQJ adalah
bukti lemahnya pengawasan dari orang tua yang cenderung sibuk dan juga
dari aparat kepolisian yang sering tidak tegas kepada pengendara yang
masih dibawah umur. Rata-rata pelajar SMA mereka belum memiliki SIM,
namun seolah sudah biasa dan sudah umum ada di masyarakat jika
berkendara sendiri di jalan raya.

Rendahnya kesadaran disiplin dari anak-anak sendiri.

Bukan saja di jalan raya, tetapi di segala bidang anak-anak lebih
mencari cara yag simple, praktis dan cepat. Disiplin waktu, disiplin
berkendara dan tanggung jawab semakin luntur bila tidak dibiasakan
sejak dini. Cara hidup yang serba instan tidak mendidik anak-anak
untuk berdisiplin pada diri sendiri dan kepada orang lain atau
lingkungannya.



Selain kita melihat sebab-sebab yang melatarbelakangi perilaku
anak-anak yang diluar porsinya kita juga perlu memberikan jalan tengah
yang kira-kira bisa mengurangi tingginya kebrutalan yang terjadi
dikalangan anak-anak dan remaja. Kita bisa memberikan hal-hal berikut
kepada anak-anak, yaitu:

Kita (orang tua) perlu mengetahui bakat atau talenta yang dimiliki
anak. Dengan mengetahui potensi yang ada pada anak-anak sejak dini
kita bisa memberikan arah yang tepat sehingga anak lebih mengenal
dirinya sendiri. Anak diikutkan dalam kegiatan-kegiatan seni, olah
raga dan kursus-kursus akan jauh lebih baik hasilnya. Anak juga akan
bersosialisasi dengan orang lain dan memiliki dunia baru yang lebih
luas.
Perhatian yang cukup bagi anak-anak sangat diperlukan. Rumah
tangga yang "broken home" ataupun tidak harmonis bisa menjadi alasan
anak untuk memberontak. Bukan saja dirumah, tetapi orang tua juga
harus dapat mengkomunikasikan masalah anaknya dengan pihak-pihat
terkait, misalnya sekolah, guru-guru atau teman-teman si anak.
Anak diberikan sesuai dengan kebutuhannya bukan keinginannya,
walaupun orang tua mampu untuk memberikan sesuai dengan kemauan anak.
Anak yang terbiasa dimanja akan lebih mudah jatuh dan putus asa ketika
dia menghadapi masalah karena ia tidak dibiasakan untuk berjuang.
Orang tua perlu membatasi dan mengawasi apa yang dipergunakan
anak-anak. Barang-barang mewah yang seharusnya dipergunakan oleh orang
dewasapun perlu diperhatikan penggunaannya. Mobil, motor, itu jelas
bukan untuk anak-anak.
Pendidikan disiplin harus dimulai dari keluarga di usia sedini
mungkin, bukan malah orang tua yang mengajarkan anak untuk melanggar
aturan. Kebiasaan yang baik akan menanamkan disiplin dalam diri anak
dan pendidikan agama yang kuat akan meningkatkan moral anak.
Kepedulian, perhatian dan kasih sayang antar sesama bisa terjalin kuat
bila anak dibekali dengan pendidikan moral dan agama yang kuat.
Pendidikan sekuler yang tinggi membuat sumber daya masyarakat
meningkat sehingga mengurangi angka premanisme. Peningkatan taraf
hidup harus dilakukan pemerintah. Anak-anak yang hidup dibawah garis
kemiskinan cenderung lebih agresif untuk melakukan tindakan-tindakan
yang melawan hukum. Pemerintah perlu membuka lapangan pekerjaan yang
lebih menjanjikan dan berorientasi pada pengembangan atau peningkatan
sumber daya manusia.
Perlu adanya kerjasama antar lembaga yang menangani masalah
social, pihak sekolah dan aparat terkait untuk secara
berkesinambungan memberikan pengarahan kepada anak-anak. Anak-anak
bukan hanya diberikan perlindungan hukum, tetapi juga perlu adanya
sangsi atau konsekuensi yang harus mereka terima dari akibat perbuatan
mereka.
Mengajarkan anak kebiasaan menabung sejak dini. Kebiasaan menabung
pada anak-anak yang dimulai sejak dini akan mengurangi sikap
konsumerisme bila mereka dewasa. Anak juga akan terbiasa untuk
berhemat dan mengatur keuangan dengan baik.



PENUTUP :



Masyarakat diharapkan untuk tidak menutup mata dengan persoalan
anak-anak yang saat ini sering menimbulkan kecemasan. Kepedulian dan
pengawasan masyarakat terhadap anak-anak perlu ditingakatkan. Orang
tua tidak hanya memberikan dan mencukupi kebutuhan anak tetapi lebih
memperhatikan dan mendengar apa yang menjadi keluhan anak-anak
sehingga persoalan tidak membesar dan membahayakan. Anak-anak adalah
aset bangsa dan menjadi tanggung jawab bersama untuk mendidik mereka
demi kelangsungan generasi mendatang. Sangat memprihatinkan jika
diusia belasan mereka sudah terlibat dengan hal-hal criminal.

Secara khusus gereja memiliki tugas yang cukup berat untuk mendidik
dan mengajar anak-anak bertanggung jawab dan berdisiplin lebih baik
lagi. Gereja bukan sekedar symbol dan hanya diperlukan ketika
persoalan sudah datang. Gereja memiliki modal yang sangat diperlukan
oleh dunia ini, yaitu Firman dan Roh Kudus. Lebih dalam lagi, gereja
bisa mengadakan pendekatan kepada anak-anak Sekolah Minggu dengan
melibatkan guru-guru yang bisa menjadi tempat bagi anak-anak dalam
berbagi kesusahan mereka. TUHAN YESUS MEMBERKATI.





PELAYANAN PEMUDA Kristen

DITENGAH MASYARAKAT



PENDAHULUAN

Pemuda adalah harapan bangsa, mungkin inilah slogan yang sering
didengungkan untuk mengajarkan pemuda bertanggung jawab dan menyadari
tugasnya untuk menata kehidupan bangsa di masa yang akan datang.
Sebagai generasi penerus bangsa, pemuda tidak lepas dari tujuan dan
cita-cita bangsa. Bila kita melihat perjalanan bangsa kita, para
pemudalah yang "memaksa" dan bertindak sehingga bisa mencapai
kemerdekaan. Berikutnya ketika bangsa Indonesia porak-poranda akibat
peristiwa G.30 S/PKI, para mahasiswa juga banyak terlibat di dalamnya.
Di era Reformasi, pemuda tampil untuk menggulingkan Orde Baru sehingga
tercapailah reformasi kepemimpinan di Indonesia.



PEMUDA SECARA UMUM

Sosoknya yang masih berproduktif, berfikir maju, berjiwa optimis dan
berintelektual adalah modal yang luar biasa besar. Namun banyak
pendapat yang menyatakan bahwa generasi muda Indonesia saat ini,
berada dalam keadaan acuh tak acuh akan masa depannya, hidup santai,
miskin dalam cita-cita, erosi idealisme dan patriotisme. Hal tersebut
diakibatkan oleh:

Jumlah pemuda yang putus sekolah sangat besar jumlahnya. Jumlah
penduduk Indonesia yang sangat besar, 60 % adalah usia produktif dan
20 % diantaranya adalah pemuda. Setiap tahun Indonesia menghasilkan
lulusan baik dari SMA sederajat atau Universitas, namun tidak
diimbangi dengan lapangan pekerjaan yang memadai.
Kurangnya lapangan pekerjaan di pedesaan. Focus lapangan pekerjaan
hanya di kota-kota besar, sedangkan di daerah sangat kurang, sehingga
menimbulkan berbagai masalah-masalah social diantaranya: urbanisasi,
pengangguran, meningkatnya angka kriminalitas.
Pengaruh kebudayaan yang berasal dari luar yang diakibatkan oleh
majunya teknologi dan ipktek yang demikian pesat. Dampak kemajuan
iptek sudah mulai dirasakan, komunikasi tatap muka yang dahulu bisa
terjalin dengan orang tua kini sering hanya melalui ponsel. Semangat
kekeluargaan kini lebih dihargai dengan "uang". Gaya hidup yang
menuntut serba modern akan meningkatkan citra diri.
Pendidikan dalam keluarga yang kurang memadai atau tidak mengenai
sasaran yang tepat. Bagi sebagian masyarakat yang kurang mampu,
pendidikan sering diabaikan demi uang. Lebih baik anak mencari uang
atau bekerja, dari pada sekolah yang menghabiskan banyak biaya.

Selain itu hubungan kaum muda dengan kaum yang lebih tua tidak seindah
yang dibayangkan. Pengalaman-pengalaman berharga di usia muda adalah
penentu langkah bagi cita-cita dan harapan mereka. Kegagalan sebagian
pemuda untuk mengisi hari-hari mereka dengan hal positif akan membawa
kehancuran bagi masa depan mereka. Pemuda harus menyadari tugas dan
tanggung jawabnya.

Pada garis besarnya tugas pemuda adalah:

Agent of Change.

Pemuda bertugas untuk mengadakan perubahan-perubahan ke arah yang
lebih baik, yaitu perubahan yang bersifat kemanusiaan.

Agent of development.

Pemuda bertugas melancarkan pembangunan atau melakukan pembangunan di
segala bidang baik bersifat fisik maupun non fisik.

Agent of modernization.

Pemuda bertindak sebagai pelopor dalam pembaharuan. Maksudnya pemuda
dapat memilih mana yang harus dipertahankan dan mana yang harus
dibuang.



Jurang pemisah antara golongan muda dan golongan tua akan terkikis
apabila kita memandang semua golongan itu memiliki totalitas. Tidak
ada generasi yang menganggap dirinya sebagai pelindung dari generasi
yang lain sehingga semuanya bertanggung jawab atas keselamatan,
kesejahteraan, kelangsungan generasi yang sekarang dan yang akan
datang. Kalaupun ada perbedaan itu terletak hanya pada kematangan
berfikir dan menghayati makna hidup.

Contoh peran pemuda dalam masyarakat adalah Karang Taruna. Karang
Taruna adalah sebuah wadah masyarakat atau lembaga pemberdayaan dan
pengembangan generasi muda yang tumbuh dan berkembang atas dasar
kesadaran dan tanggung jawab social dari, oleh dan untuk masyarakat.
Karang Taruna adalah organisasi yang memiliki tugas pokok bersama-sama
pemerintah dan komponen masyarakat lainnya menanggulangi
masalah-masalah social khususnya yang berkaitan dengan generasi muda.
Keanggotaanya bersifat stelsel pasif artinya semua yang berusia 11-45
tahun otomatis adalah anggotanya, mereka memiliki hak dan kewajiban
yang sama tanpa membedakan asal keturunan, jenis kelamin, status
social ekonomi, suku dan budaya, agama, golongan dan pendirian
politik. Peran penting lain Karang Taruna adalah mengadvokasi
masyarakat yang kurang beruntung.

Di sekolah wadah yang menanpung inspirasi siswa adalah OSIS
(Organisasi Siswa Intra Sekolah). Pada kenyataannya belum semua
sekolah berhasil menunjukkan peran yang signifikan melalui kegiatan
OSIS ini. Tawuran pelajar masih menjadi fenomena yang mengkhawatirkan
masyarakat. OSIS seperti tidak mampu mengemban amanat dan tanggung
jawabnya. OSIS hanya menjadi organisasi yang sudah menjadi tradisi
turun-temurun di setiap sekolah. Bahkan dibeberapa sekolah OSIS
seperti menjadi asisten guru atau tangan kanan guru yang bisa
mengadakan razia dan memberikan hukuman pada para siswa yang melanggar
peraturan sekolah. OSIS seolah menjadi "PolisiSekolah". Padahal
melalui OSIS banyak peran yang bisa disukseskan, misalnya mengadakan
bakti social, mengadakan malam kreasi dan seni untuk menampilkan
bakat-bakat dari para siswa, membuat majalah sekolah yang menampilkan
kegiatan-kegiatan siswa di dalam dan diluar sekolah.

Pemuda memiliki semangat pergerakan yang membara dalam jiwa. Ketika
semangat pergerakan ini dilaksanakan dalam rute positif dan koridor
yang benar maka akan menciptakan perubahan-perubahan sekaligus
mempengaruhi masyarakat sehingga tercipta tatanan yang baik. Peran
pemuda itu sendiri dapat sebagai subjek penggerak perubahan, pencipta
ide kreatif, sekaligus objek yang akan menjadi contoh nyata dalam
perubahan tersebut. Maksud dari penggerak perubahan adalah bahwa
pemuda menjadi penyemangat,pengaruh, dan penyusun scenario dari
perubahan yang harus dilakukan. Misalnya mengkritisi isu negative
dalam masyarakat. Pencipta ide kreatif maksudnya adalah pemuda sebagai
penggagas yang akan dilakukan dalam perubahan. Sedangkan menjadi objek
adalah berarti bahwa pemuda juga harus melaksanakan apa yang ia
ucapkan pada masyarakat atau orang lain tentang hal yang harus mereka
lakukan. Dengan kata lain, mengajak orang lain membiasakan hal-hal
baik melalui contoh nyata secara langsung.



PERAN PEMUDA KRISTEN



PELAYANAN KELUAR (MASYARAKAT UMUM)

Peranan pemuda gereja saat ini belum nampak dimata masyarakat.
Tanggung jawab gereja juga dituntut untuk dapat menjadi garam dan
terang dunia. Beberapa hal yang dapat dilakukan pemuda gereja di
tengah masyarakat:

Mengadakan pendekatan kepada lingkungan terutama generasi mudanya
melalui kegiatan-kegiatan olah raga seperti futsal, basket, sepak bola
dll.
Mengajak pengurus lingkungan untuk bersama-sama menanggulangi
narkoba dengan memberikan pengarahan dan pengawasan terhadap generasi
muda agar terhindar dari pengaruh narkoba.
Memberikan usulan kepada pengurus lingkungan untuk memberikan
tempat atau rumah singgah bagi pengembangan bakat dan seni sehingga
bakat-bakat dan hobi yang tidak pernah muncul dari para pemuda bisa
diberdayakan.
Mengajak instansi terkait untuk bisa membantu agar para pemuda
bisa diadakan pelatihan kerja, misalnya melalui Balai Latihan Kerja
yang sebenarnya sudah ada namun belum bisa optimal, sehingga mereka
bisa membuka lapangan kerja baru dan mengurangi tingginya angka
pengangguran.
Memberikan penyuluhan tentang pendidikan seks bagi para remaja dan
pemuda untuk menanggulangi tingkat aborsi, prostitusi dan seks bebas,
dengan mendatangkan dokter ahli dan psikologi yang sangat diperlukan
para remaja.
Tidak cukup dengan nasehat, tetapi orang tua juga perlu diberikan
pengertian untuk dapat lebih mendalami karakter dan kemauan anak-anak
mereka. Sehingga pada akhirnya anak-anak bisa menemukan jati diri
mereka di tengah keluarga.
Pemuda Kristen harus mampu menjadi penggerak semangat gotong
royong yang sudah mulai luntur akibat dari materialisme yang melanda
orang-orang muda. Segala sesuatu yang diukur dengan uang tidak lagi
dapat mengikat kasih persaudaraan dan gotong royong. Dari semangat
gotong royong ini timbul sikap kerja keras yang membuat pemuda
memiliki mental yang tangguh.
Sikap kritis positif dan kreatif akan membuka wawasan baru untuk
menghasilkan yang terbaik dan dengan itu akan siap untuk menghadapi
tantangan jaman.

Pemuda Kristen diharapkan tidak hanya memikirkan agama yang hanya
berhubungan dengan ritual dan tata cara ibadah saja tetapi
perpandangan maju untuk mengubah dunia dengan tindakan yang
berlandaskan Firman Tuhan. Sebab pada kenyataannya saat ini
organisasi pemuda gereja hanya memusatkan perhatian pada urusan-urusan
ke dalam gereja, bahkan tidak memiliki visi untuk menjangkau jiwa-jiwa
yang belum mengenal kasih Tuhan. Pelayanan pemuda hanya terbatas untuk
membangun rohani saja dan yang lebih parah hanya mencari teman-teman
dari gereja lain untuk bergabung.



PELAYANAN KEDALAM (LINGKUNGAN GEREJA)

Pemuda Kristen harus bisa menjadi diri sendiri bukan pencerminan orang
lain. Contoh sederhana bahwa kita tidak menjadi diri sendiri adalah
ketika kita membeli sebuah produk setelah kita melihat tayangan iklan
di televisi. Tanpa disadari kita sudah dipengaruhi oleh iklan
tersebut. Ditengah masyarakat remaja sering tidak menjadi diri mereka
sendiri, misalnya ketika mereka "dengan terpaksa" menuruti ajakan
teman untuk merokok. Dengan kata lain, mereka terpengaruh karena tidak
memiliki karakter yang kuat.

Menjadi diri sendiri bukan berarti sikap individualis atau
mementingkan diri sendiri yang diutamakan, tetapi justru ketika kita
menyadari diri kita tak mampu hidup tanpa orang lain, maka sikap
sebagai makhluk sociallah yang muncul. Allah menginginkan kita untuk
dapat menjadi berkat bagi orang lain. Ketika Allah menciptakan
manusia, Ia berkata: "Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja…"
oleh sebab itu sebagai makhluk social kita tidak dapat mengurung diri,
tanpa ada tindakan yang bisa kita lakukan.

Sebagai pribadi manusia yang diciptakan segambar dan serupa dengan
Allah, pemuda harus merefleksikan dirinya dalam penyatuan dengan Allah
untuk menemukan jati diri yang sesungguhnya. Pemuda memiliki
sifat-sifat keilahian. Sifat-sifat rohani yang baik inilah yang akan
memberikan semangat baru dalam hubungan social dengan masyarakat.
Pemuda yang memiliki sifat rohani yang kuat akan sanggup bertahan
ketika diperhadapkan pada tantangan jaman misalnya: globalisasi,
materialisme. Pada dasarnya ada beberapa tipe manusia dalam
menyelesaikan masalahnya.

Tipe-tipe manusia tersebut adalah:

Tipe Quitter atau orang-orang yang berhenti/menyerah.

Manusia tipe ini adalah manusia yang cepat menyerah dalam menghadapi
tantangan atau masalah. Belum berusaha sudah mengatakan "tidak
sanggup" atau "tidak". Ia selalu menganggap dirinya lemah, biasanya
mereka selalu memiliki berbagai ketakutan, rendah diri atau merasa
diabaikan. Sehingga berbagai kesempatan emas dilewatkan begitu saja.

Tipe Camper atau manusia yang berkemah.

Dalam menghadapi persoalan, manusia tipe ini hanya mau berjuang
setengah-setengah dan tidak mau menyelesaikan sampai selesai. Ia
smengatakan "cukup" dengan hasil yang sudah diperolehnya, padahal itu
baru sedikit saja. Dia tidak akan mempedulikan apakah itu akan
berhasil atau tidak, yang penting sudah dikerjakan. Ibarat orang yang
mendaki, ia hanya sampai di pertengahan. Alasan mereka sering kali
adalah kemampuan mereka hanya sampai disitu.

Tipe Climber atau manusia pendaki.

Ini adalah tipe manusia yang terbaik. Tipe manusia climber dia akan
berjuang dari nol sampai kepada kesuksesan yang sesungguhnya. Dia
tidak akan menyerah dalam berjuang mencapai sukses demi sukses. Setiap
tantangan yang ada dihadapinya dengan semangat dan sikap yang optimis.
Dia juga akan berpikir tentang segala kemungkinan yang akan terjadi.
Dia juga bukan orang yang gila kerja atau ambisius, tetapi ia mencapai
sukses lewat perjuangan, kerja keras di jalan yang benar, dan memegang
teguh moralitas.

Tugas orang tua dan gerejalah yang membentuk pemuda memiliki karakter
yang baik dan menunjukkan sifat-sifat dan teladan Kristus di tengah
dunia.



Hal-hal yang bisa dilakukan sebagai pemuda Kristen bagi gereja:

Pemuda bisa mengembangkan bakat mereka melalui pengembangan
budaya. Kegiatan tari, alat music tradisional bisa menjadi sarana
untuk menarik banyak anak-anak muda datang pada Yesus. Melalui
kesenian tradisional bisa ditampilkan pada acara-acara seperti natal,
paskah dsb.
Pemuda bisa menjadi pelopor untuk mempersempit jurang pemisah
antar gereja dengan mengadakan kegiatan-kegiatan atau tournament olah
raga atau kesenian antar gereja disekitarnya. Karena kenyataannya
gereja hanya bersaing mencari jemaat gereja lain bukan mencari domba
yang hilang atau yang tersesat.
Pemuda harus dapat menunjukkan ide kreatif mereka melalui
karya-karya mereka. Mengadakan kegiatan kelompok belajar bersama bisa
mengurangi intensitas pergaulan diluar yang kurang baik. Dengan
kegiatan ini orang tua bisa percaya bahwa anak-anak mereka memiliki
pergaulan yang baik.
Dalam ibadah Pemuda, dapat dibentuk beberapa kelompok untuk
belajar melayani dan jika ada jiwa yang baru pertama kali datang
mereka bisa menyambutnya dengan antusias melalui kelompok mereka,
sehingga jiwa-jiwa yang baru datang tidak merasa terasing.
Pemuda bisa memberikan sumbangsihnya melalui pelayanan sekolah
minggu, dengan membuat alat-alat peraga sesuai dengan kreatifitasnya
masing-masing, ikut membatu mengajar sehingga ada regenerasi
pelayanan. Dengan demikian pelayanan sekolah minggu ikut sukses.



PENUTUP :

Gereja tanpa pemuda ibarat rumah yang siap roboh, oleh karenanya
gereja wajib memberikan perhatian khusus pada pelayanan Pemuda. Pemuda
yang memiliki loyalitas dan karakter iman yang kuat akan menghidupkan
gereja dimasa yang akan datang. Kesiapan pemuda menghadapi tantangan
jaman harus didukung dengan kesiapan gereja membina dan membentuk
mereka menjadi pribadi luhur dan beriman kokoh. Gereja perlu
memberikan pendekatan khusus dan pembekalan kepada pemuda, misalnya
dengan melibatkan mereka dalam pelayanan ibadah umum, mengadakan
bezoek, menyelenggarakan acara-acara khusus remaja seperti retreat,
youth camp dll, memberikan mereka seminar-seminar tentang pergaulan,
pendidikan seks, narkoba dsb.



Bila remaja memiliki wawasan yang luas, maka mereka dapat
berargumentasi dengan teman-teman mereka yang hidup dalam pergaulan
yang salah, dan membawa teman-teman mereka kembali ke jalan yang
benar. Istilah "domba melahirkan domba" akan terwujud. Pemuda yang
memiliki wawasan yang luas juga akan merasa bangga, bahwa diri mereka
berbeda dengan teman-teman mereka yang lain. Pengetahuan dan hikmat
tidak diajarkan melalui Alkitab saja, tetapi bisa berupa pembekalan
pengetahuan umum.



Orang tua sebaiknya juga ikut terlibat aktif dengan memberikan
kebebasan bagi para pemuda untuk menyampaikan ide-ide dan pendapat
mereka, serta mengarahkan pada satu tujuan mullia yaitu melayani Tuhan
dan sesama. Kenyataannya banyak pemuda yang enggan berbicara banyak
tentang hal-hal rahasia yang mereka alami kepada orang tuanya sendiri,
mereka lebih cenderung menyampaikan masalahnya kepada orang lain.



Akhirnya, kita berharap pemuda Kristen dapat mengemban Amanat Agung
Kristus di tengah masyarakat. Menjadi tolok ukur bagi pemuda-pemudi
lain yang belum mengenal Injil Kristus. Peranan Pemuda Kristen harus
semakin nyata, bukan saja kedalam gereja tapi kepada lingkungan
disekitar mereka baik dirumah, di sekolah, di tempat kerja dsb. Bukan
saja dalam perbuatan dan perkataan tapi melalui pemuda Kristen yang
tangguh dalam iman, tanggap dalam setiap keadaan dapat mengubah
masyarakat, bangsa dan Negara. TUHAN MEMBERKATI

PELAYANAN SEKOLAH MINGGU YANG BERHUBUNGAN DENGAN MASALAH SOSIOLOGI | Maryati

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan salah satu bidang garapan
administrasi pendidikan. Istilah "sekolah" merupakan konsep yang luas,
yang mencakup baik lembaga pendidikan formal maupun lembaga
pendididkan non formal. Sedangkan istilah "masyarakat" merupakan
konsep yang mengacu kepada semua individu, kelompok, lembaga, atau
organisasi yang berada di luar sekolah sebagai lembaga pendidik.
Masyarakat yang bersifat kompleks, terdiri dari berbagai macam
tingkatan masyarakat yang saling melengkapi (over lapping), dan
bersifat unik, sebagai akibat latar belakang dimensi budaya yang
bereneka ragam hasil penelitian menunjukkan, betapa penting dan
perlunya program sekolah selalu menghayati adanya hubungan kerja sama
antara sekolah dengan masyarakat.


Hubungan kerja sama antara sekolah dengan masyarakat, yaitu dengan
melibatkan orang tua, dan masyarakat serta isu-isu yang timbul dan
bagaimana menyelesaikan isu-isu tersebut. Dalam hal ini kepemimpinan
gembala mempunyai peranan menentukan sebagai satu kekuatan atau
kewibawaan (power) di dalam menghimpun dan menggerakkan segala sumber
daya di dalam kerja sama dengan masyarakat pendidikan yang lebih luas,
serta untuk memperoleh berbagai dukungan sumber daya manusia, dana,
serta dukungan informasi berbagai lembaga dan dukungan politis dari
segenap jajaran aparat pendidikan (Setiawan, siaksoft.net)
Semakin majunya pengertian masyarakat akan pentingnya pendidikan
anak-anaknya, maka merupakan kebutuhan vital bagi sekolah dan
masyarakat untuk menjalin kerja sama. Kerjasama tersebut maksudnya
demi kelancaran pendidikan di sekolah pada umumnya dan untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa pada khususnya. Jadi hubungan
sekolah dengan masyarakat adalah suatu proses komunikasi antara
sekolah dengan masyarakat dengan maksud meningkatkan pengertian warga
masyarakat tentang kebutuhan dan praktek pendidikan serta mendorong
minat dan kerja sama warganya dalam usaha memperbaiki sekolah.
Setiap program yang ada di sekolah perlu dikembangkan, lebih-lebih
program hubungan sekolah dengan masyarakat yang masih dini dalam
masyarakat perlu mendapat perhatian terus untuk dikembangkan. Mungkin
kesadaran masyarakat akan keikutsertaannya dalam bertanggung jawab
terhadap pendidikan di sekolah belum tinggi, walaupun kesadaran akan
pentingnya pendidikan sudah tinggi, membuat mereka tidak banyak
berpartisipasi di sekolah. Atau mungkin juga karena kondisi sosial
ekonomi mereka membuat perhatian mereka hanya terpaku kepada
usaha-usaha meningkatkan kehidupan dam memandang pendidikan di sekolah
cukup ditangani oleh personalia-personalia sekolah saja. Apapun
alasannya yang membuat partisipasi masyarakat dalam pendidikan di
sekolah belum banyak, perlu diteliti dan dikaji oleh sekolah dijadikan
bahan untuk mengembangkan hubungan sekolah dengan masyarakat.
Kita sebagai calon pendidik diharapkan mampu menjalin kerja sama
dengan masyarakat. Jadi kita harus mengetahui cara bekerja sama dengan
masyarakat yang baik demi kelancaran pendidikan sekolah melalui adanya
makalah ini.



B. Rumusan Masalah
Masalah yang dibahas dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud hubungan sekolah dengan masyarakat?
2. Apakah manfaat diadakannya hubungan sekolah dengan masyarakat?
3. Apakah tujuan diadakannya hubungan sekolah dengan masyarakat?
4. Apakah peranan pihak-pihak yang terkait hubungan antara sekolah dan
masyarakat?
5. Bagaimana prinsip hubungan sekolah dengan masyarakat?
6. Bagaimana teknik dalam menjalin hubungan sekolah dengan masyarakat?
7. Apa saja jenis hubungan sekolah dengan masyarakat?
8. Apa saja bentuk-bentuk hubungan sekolah dengan masyarakat?

C. Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah hal-hal berikut:
1. Mendeskripsikan pengertian hubungan sekolah dengan masyarakat.
2. Menjelaskan manfaat diadakannya hubungan sekolah dengan masyarakat.
3. Menjelaskan tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat.
4. Menjelaskan peranan pihak-pihak yang terkait hubungan antara
sekolah dan masyarakat.
5. Menjelaskan prinsip hubungan sekolah dengan masyarakat.
6. Menjelaskan teknik dalam menjalin hubungan sekolah dengan masyarakat.
7. Menyebutkan dan menjelaskan hubungan sekolah dengan masyarakat.
8. Mejelaskan dan mengetahui tentang bentuk-bentuk hubungan sekolah
dengan masyarakat.

BAB II
PEMBAHASAN

I. Pengertian Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Suatu sekolah tidak dibenarkan mengisolasi diri dari masyarakat.
Sekolah tidak boleh menutup


diri terhadap masyarakat sekitarnya, ia tidak boleh melaksanakan
idenya sendiri dengan tidak mau tahu akan aspirasi-aspirasi
masyarakat. Sekolah tidak boleh bersikap dan berlaku demikian, sebab
pada hakekatnya ia adalah milik masyarakat. Masyarakat menginginkan
sekolah itu berdiri di daerahnya untuk meningkatkan perkembangan
putra-putra mereka. Masyarakat juga menginginkan agar sekolah bisa
memberi pengaruh positif terhadap perkembangan masyarakat baik
langsung maupun tidak langsung. Untuk maksud ini masyarakat siap
mendukung usaha-usaha sekolah di daerahnya.
Sekolah adalah merupakan sistem terbuka terhadap lingkungannya
termasuk masyarakat pendukungnya. Sebagai sistem terbuka sudah jelas
ia tidak dapat mengisolasi diri, sebab bila hal ini ia lakukan berarti
ia menuju ke ambang kematian, akibat menentang kewajaran hukum alam.
Sebagai sistem terbuka, sekolah selalu membukakan pintu terhadap
kehadiran warga masyarakat, terhadap ide-ide mereka, terhadap
kebutuhan-kebutuhan mereka, dan terhadap nilai-nilai yang ada di
masyarakat. Sebaliknya masyarakat juga membuka diri untuk dimasuki
oleh aktivitas-aktivitas sekolah. Sekolah juga dapat belajar dari
masyarakat, guru-guru dan para siswa dapat mencari pengalaman, belajar
dan praktek di masyarakat. Antara sekolah dan masyarakat terjadi
komunikasi dua arah untuk bisa saling memberi dan saling menerima.
Masyarakat dalam arti sempit di sini adalah masyarakat di lingkungan
sekolah itu sendiri, sedangkan dalam arti luas yaitu masyarakat dalam
negara dan bahkan bila diperlukan dapat dihubungkan dengan masyarakat
Internasional. Sekolah-sekolah pada umumnya lebih banyak menghubungkan
diri dengan masyarakat dalam arti sempit ialah masyarakat setempat,
sebab fungsi sekolah yang pertama adalah melayani kebutuhan masyarakat
setempat.
Hubungan dengan masyarakat berarti komunikasi sekolah dengan
masyarakat, ialah mengkomunikasikan masalah-masalah pendidikan baik
yang bersumber dari sekolah maupun yang bersumber dari masyarakat.
Komunikasi inilah merupakan pintu-pintu keterbukaan sekolah terhadap
masyarakat, pintu-pintu yang menghubungkan sekolah sebagai sistem
dengan masyarakat sebagai suprasistemnya.
Komunikasi itu merupakan lintasan dua arah yaitu dari arah sekolah ke
masyarakat dan dari arah masyarakat ke sekolah. Kedua kelompok
kehidupan itu saling memberi informasi, berpartisipasi



membina pendidikan. Jones (1969:388) menyambut hubungan dengan
masyarakat itu sebagai hubungan dua arah tempat memadu ide antara
sekolah dengan masyarakat untuk melahirkan saling pengertian. Ide-ide
tentang pendidikan tidak selalu datang dari sekolah. Lagi pula tidak
semua ide sekolah itu dapat diterima oleh masyarakat sebagai pemilik
sekolah. Masyarakat yang mempunyai kepentingan terhadap pendidikan
putra-putranya seringkali punya ide tertentu yang dapat dimanfaatkan
oleh sekolah.
Dari uraian-uraian di atas dapat dipahami bahwa hubungan dengan
masyarakat bagi suatu sekolah adalah hubungan dua arah antara sekolah
dengan masyarakat untuk memusyawarahkan ide-ide dan
informasi-informasi tertentu yang berguna bagi peningkatan pendidikan.
Hubungan dengan masyarakat didasarkan kepada ketentuan bahwa (1)
masyarakat adalah salah satu penanggung jawab sekolah, (2) proses
belajar serta media pendidikan juga terjadi dan ada di masyarakat, dan
(3) masyarakat menaruh perhatian terhadap pendidikan putra-putranya.

J. Manfaat Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Manfaat hubungan sekolah dengan masyarakat dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Bagi masyarakat:
a. Tahu hal-hal persekolahan dan inovasi-inovasinya
b. Kebutuhan-kebutuhan masyarakat tentang pendidikan lebih mudah diwujudkan.
c. Menyalurkan kebutuhan berpartisipasi dalam pendidikan.
d. Melakukan tekanan/tuntutan terhadap sekolah.
2. Bagi sekolah:
a. Memperbesar dorongan, mawas diri.
b. Memudahkan memperbaiki pendidikan.
c. Memperbesar usaha meningkatkan profesi staf.
d. Konsep masyarakat tentang guru menjadi benar.
e. Mendapatkan koreksi dari kelompok penuntut.



f. Mendapat dukungan moral dari masyarakat.
g. Memudahkan meminta bantuan dan material dari masyarakat.
h. Memudahkan pemakaian media pendidikan di masyarakat.
i. Memudahkan pemanfaatan narasumber.
K. Tujuan Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Mengenai hubungan sekolah dengan masyarakat, T.Sianipar meninjau dari
sudut kepentingan kedua lembaga tersebut, yaitu kepentingan sekolah
dan kepentingan masyarakat itu sendiri. Ditinjau dari kepentingan
sekolah, pengembangan penyelenggaraan hubungan sekolah dan masyarakat
bertujuan untuk:
1. Memelihara kelangsungan hidup sekolah.
2. Meningkatkan mutu pendidikandisekolah yang bersangkutan.
3. Memperlancar proses belajar mengajar.
4. Memperoleh dukungan dan bantuan dari masyarakat yang diperlukan
dalam pengembangan dan pelaksanaan program sekolah.
Sedangkan jika ditinjau dari kebutuhan masyarakat itu sendiri, tujuan
hubungannya dengan sekolah adalah untuk:
1. Memajukan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama dalam
bidang mental-spiritual.
2. Memperoleh bantuan sekolah dalam memecahkan berbagai masalah yang
dihadapi oleh masyarakat
3. Menjamin relevansi program sekolah dengan kebutuhan masyarakat.
4. Memperoleh kembali angota-anggota masyarakat yang makin meningkat
kemampuannya.
Secara lebih konkret lagi, tujuan diselenggarakannya hubungan sekolah
dengan masyarakat adalah:
1. Mengenalkan pentingnya sekolah bagi masyarakat.
2. Mendapatkan dukungan dan bantuan moril maupun financial yang
diperlukan bagi pengembangan sekolah.



3. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang isi dan pelaksanaan
program sekolah.
4. Memperkaya atau memperluasprogram sekolah sesuai dengan
perkembangan dan kebutuhan masyarakat.
5. Mengembangkan kerjasama yang lebih erat antara keluarga dan sekolah
dalam mendidik anak.
Menurut Elsbree dan McNally, bermacam-macam tujuan seperti dikemukakan
di atas dapat dikelompokkan menjadi tiga tujuan pokok, yaitu:
1. Mengembangkan mutu belajar dan pertumbuhan anak-anak
Makin majunya konsep-konsep pendidikan menunjukkan kepada para
pendidik, terutama guru-guru sekolah minggu, agar pendidikan dan
pengajaran tidak lagi subject matter centered, tetapi hendaknya
community life centered; tidak lagi berpusat pada buku, tapi
berorientasi pada kebutuhan kehidupan di dalam masyarakat. Konsep
pendidikan yang demikian mengandung implikasi-implikasi yang
berhubungan dengan masyarakat, seperti antara lain:
a. Personil sekolah, terutama guru-guru, perlu mengetahui benar-benar
kondisi masyarakat lingkungan hidup anak-anak yang sangat penting bagi
program pendidikan seperti lingkungan alam tempat anak itu hidup,
macam-macam masalah pendidikan yang timbul di dalam masyarakat itu,
adat istiadat , keadaan kehidupan dan ekonomi mereka, kesempatan dan
sarana rekreasi bagi anak-anak.
b. Gembala dan guru-guru sekolah minggu hendaknya selalu berusaha
untuk dapat bekerja sama dan memenfaatkan sumber-sumber di dalam
masyarakat yang diperlukan untuk memperkaya program sekolah. Dengan
memandang masyarakat itu sebagai laboratorium untuk belajar, berarti
penting bagi guru-guru untuk mengetahui fasilitas-fasilitas apa yang
tersedia di dalam masyarakat yang diperlukan dalam belajar.
c. Gereja hendaknya dapat bekerja sama dengan organisasi-organisasi
dan instansi lain di dalam masyarakat yang mempunyai tugas dan
kepentingan yang sama terhadap pendidikan anak-anak. Misalnya
lembaga-lembaga keagamaan lain, organisasi kepramukaan, kesenian dan
kesehatan. Semua itu dapat membantu pendidikan anak-anak, baik
pendidikan di sekolah minggu maupun pendidikan di luar sekolah minggu.



d. Guru-guru sekolah minggu hendaknya selalu mengikuti perkembangan
masyarakat dan selalu siap memahami dan mengkaji sumber-sumber
masyarakat yang dapat dimasukkan ke dalam rencana perkembangan
pendidikan. Dengan demikian, dapat diharapkan bahwa bahan pengajaran
yang diberikan kepada murid-murid bukanlah bahan yang statis dan
using,melainkan merupakan bahan yang fungsional dan akurat bagi
kebutuhan muridsekarang dan kehidupan yang akan datang.
2. Meningkatkan tujuan dan mutu kehidupan masyarakat.
Di dalam masyarakat yang demokratis, sekolah seharusnya dapat
menjadikan dirinya sebagai pelopor dan pusat perkembangan bagi
perubahan-perubahan masyarakat di dalam bidang-bidang kehidupan
ekonomi, kebudayaan, teknologi dan sebagainya, ke tingkat yang lebih
tinggi. Jadi dalam hal ini, bukan sekolah yang harus mengekor secara
pasif kepada perkembangan masyarakat, tetapi sebaliknya sekolahlah
yang justru yang harus mempelopori bagaimana dan kemana masyarakat itu
harus dikembangkan. Seperti pernah dikemukakan oleh prof.Dr.Bachtiar
Rifai dan Ir.S. Sudarmadi, M.Sc. dalam ulasannya mengenai sekolah
pembangunan yang telah dirintis di Indonesia sejak tahun 1972 sebagai
berikut :
Sekolah pembangunan harus dapat memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Sekolah hendaknya mempunyai kurukulum, metode mengajar, serta
evaluasi dan program yang menyenangkan, merangsang dan cocok dengan
tujuan pendidikan.
b. Sekolah hendaknya merupakan bagian integral dari masyarakat
sekitarnya dan berorientasi kepada pembangunan dan kemajuan.
c. Sekolah hendaknya mempunyai mekanisme untuk menjamin terpeliharanya
dialog yang kontinu antara sekolah-orang tua murid-masyarakat,
Dari apa yang dikemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa,
berbeda dengan sekolah-sekolah formal pada umumnya lebih merupakan
community center atau lebih spesifik lagi, "pusat kegiatan belajar
masyarakat".
3. Mengembangkan pengertian, antusiasme, dan partisipasi masyarakat.
Hal tersebut penting, apalagi bagi masyarakat Indonesia. Yang pada
umumnya masih belum


begitu menyadari bahwa tugas dan tanggung jawab pendidikan anak-anak
adalah juga tugas dan tanggung jawab masyarakat di samping gereja dan
pemerintah.

Mengingat wadah yang tidak hanya berbentuk sekolah minggu, tetapi juga
dalam keluarga dan masyarakat pada umumnya, bahwa bentuk pendidikan
yang kita manfaatkan melalui berbagai wadah itu tidak hanya bentuk
pengajaran, tetapi juga tauladan, komunikasi, kelompok atau massa, dan
sosialisasi pada umumnya.

L. Peranan Pihak-pihak yang Terkait Hubungan antara Sekolah dan Masyarakat
Dalam kaitannya dengan hubungan sekolah dan masyarakat, ada beberapa
pihak yang turut andil dalam pembentukan hubungan sekolah dan
masyarakat, pihak-pihak tersebut antara lain:
1. Orang tua
Peranan orang tua dalam pelaksanaan hubungan sekolah dengan
masyarakat, antara lain:
a. Mendukung pelaksanaan belajar mengajar di sekolah minggu.
b. Berpartisipasi aktif dalam mensosialisasikan kegiatan sekolah di
berbagai komunitas.
c. Bersedia menjadi narasumber sesuai keahlian dan profesi yang dimiliki.
d. Menginformasikan nilai-nilai positif dari pelaksanaan kegiatan di
sekolah minggu kepada masyarakat secara luas.
e. Aktif dalam memberikan ide/gagasan dalam rangka peningkatan
kualitas pembelajaran.
2. Guru
Peranan guru dalam hubungan antara sekolah minggu dengan masyarakat,
antara lain:
a. Berkomunikasi secara berkala dengan keluarga, yaitu: orang tua
tentang kemajuan anak mereka dalam belajar .
b. Bekerjasama dengan masyarakat untuk menjaring anak yang tidak ikut
sekolah minggu, mengajak dan memasukkannya ke sekolah.minggu
c. Menjelaskan manfaat dan tujuan sekolah minggu kepada orang tua/ jemaat.
Prinsip Hubungan Sekolah dan Masyarakat
Untuk mencapai tujuan kerja sama sekolah dengan masyarakat, ada
beberapa prinsip sebagai pedoman untuk melaksanakannya, yaitu yang
dikemukakan oleh Elsbree (Soetopo:1982).


1. Ketahuilah apa yang Anda yakini. Dalam hal ini, merupakan tugas
gembaladan guru-guru sekolah minggu akan apa yang dikerjakan sehingga
tidak ada kesimpangsiuran dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajaran.
2. Laksanakanlah program pendidikan dengan baik dan bersahabat dengan
masyarakat. Maksudnya, untuk mencapai kerja sama dan memperoleh
bantuan dari masyarakat, buatlah program belajar bagi anak-anak sebaik
mungkin, buatlah sekolah yang dapat menciptakan suasana yang bahagia
dan situasi belajar yang menggairahkan bagi anak-anak sekolah minggu.
3. Ketahuilah masyarakat Anda. Masyarakat sekolah hendaknya
benar-benar mengetahui keadaan masyarakat di daerah itu, baik sifat
dan problemnya maupun sumber-sumber yang ada dalam masyarakat
tersebut.
4. Adakan survey mengenai masyarakat di daerah tertentu. Survey itu
perlu untuk menghimpun informasi yang meliputi aspek kehidupan
masyarakat dan kondisinya. Pengenalan dalam masyarakat merupakan bahan
dalam penyusunan hasil survey yang membantu anak-anak dadlam
meningkatkan keingintahuan tentang orang-orang yang ada di sana,
kejadian-kejadian, masa depan masyarakat, dan membangkitkan minat
anak-anak untuk mengadakan penelitian tentang kesejahteraan masyarakat
tersebut dan juga akan terbukanya pintu untuk kerja sama antara
sekolah, orang tua, dan masyarakat.
5. Adakan kunjungan ke rumah. Banyak tujuan dan faedah yang akan
diperoleh dari kunjungan guru ke rumah orang tua murid, baik untuk
tujuan proses perkembangan anak maupun untuk menghimpun informasi
tentang masyarakat di daerah tersebut.
6. Layani masyarakat di daerah Anda. Sekolah melayani anak-anak dari
masyarakat melalui pendidikan dan pengajaran, tetapi sekolah akan
menjadi lebih baik bila dijadikan pusat kegiatan masyarakat. Misalnya
pada suatu sekolah ada perpustakaan untuk masyarakat, tempat
pertemuan, dan sebagainya. Sedangkan pengaturan kegiatan tersebut
direncanakan dan dilaksanakan bersama.
9. Doronglah jemaat untuk melayani sekolah minggu. Ada beberapa
prinsip penggunaan jemaat untuk mencapai atau melayani sekolah minggu,
yaitu:


a. Adakanlah hubungan yang baik dengan jemaat yang dapat memberi
bantuan berupa materi, tenaga, dan waktu demi kepentingan sekolah
minggu
b. Mohon bantuan pada pendidik dalam jemaat untuk melayani sekolah minggu

N. Teknik Hubungan Sekolah dan Masyarakat
Menurut Soekarto Indra Fachrudi (1989:246), mengungkapkan ada 11
teknik yang dapat dilakukan untuk memberikan gambaran tentang sekolah
yang perlu diketahui oleh masyarakat. Teknik-teknik tersebut antara
lain meliputi:
1. Laporan kepada orang tua murid
Laporan yang diberikan oleh seklah kepada masyarakat berisi laporan
tentang kemajuan anak, aktivitas anak di sekolah, kegiatan sekolah
sendiri, dan segala sesuatu yang terjadi di sekolah sehubungan dengan
pendidikan anak ddi sekolah. Laporan ini dapat dilakukan sekali dalam
tiga atau empat bulan, semesteran atau tahunan. Laporan tersebut tidak
hanya berupa data, angka-angka akan tetapi menyangkut inframasi yang
bersiafat diagnostik. Artinya dalam laporan tersebut dicantumkan juga
kelebihan dan kelemahan anak, disertai dengan jalan pemecahan yang
kiranya dapat dilakukan orang tua dalam ikut membantu kesuksesan
belajar anak.
2. Buletin Bulanan
Buletin bulanan dapat diusahakan oleh guru, staf sekolah , dan para
orang tua yang dapat diterbitkan satu bulan sekali. Bahkan dapat juga
melibatkan murid, sambil memberikan latihan dan membentuk kader dari
pihak murid.
Isi buletin bulanan ini adalah tentang kegiatan sekolah,
artikel-artikel guru dan murid (bisa juga artikel dari orang tua
murid), pengumuman- pengumuman sekolah, berita-berita sekolah, dan
berita-berita masyarakat yang perlu diketahui sekolah dan lain
sebagainya.
3. Open House
Open House merupakan suatu metode mempersilakan masyarakat yang
berminat untuk meninjau sekolah serta mengobservasi kegiatan dan hasil
kerja murid dan guru yang diadakan pada waktu




yang telah terjadwal. Pada saat itulah masyarakat dapat melihat secara
langsung proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah itu. Dari
gambaran ini, masyarakat dapat memberikan penilaian atas pelaksanaan
pendidikan di sekolah tersebut.
6. Kunjungan ke sekolah ("school visitation")
Kunjungan orang tua murid ke sekolah pada saat pelajaran berlangsung
yang dimaksudkan agar para orang tua murid berkesempatan melihat
anak-anaknya pada waktu mengikuti pelajaran. Bagus kiranya apabila
setelah orang tua mengadakan kunjungan ini kemudian diadakan diskusi
untuk memecahkan masalah yang timbul menurut pengamatan para orang
tua. Kunjungan ke sekolah ini dapat dilaksanakan sewaktu-waktu,
sehingga mereka dapat melihat kewajaran yang terjadi di sekolah itu.
7. Kunjungan ke rumah murid ("home visitation")
Kunjungan ke rumah murid dilakukan untuk melihat latar belakang
kehidupan murid di rumah. Penerapan metode ini akan mempererat
hubungan antara sekolah dengan orang tua murid, di samping dapat
menjalin silaturrahmi antara guru dengan orang tua murid.
Masalah-masalah yang dihadapi murid di sekolah dapat dibicarakan
secara kekeluargaan dan persahabatan intim. Guru yang berkunjung ke
rumah orang tua murid harus bersikap bijaksana, hati-hati dan ramah
tamah, terutama dalam menanggapi problema yang dikemukakan oleh orang
tua.
Kunjungan ke rumah orang tua murid harus direncanakan dan harus
mengemban kepentingan sekolah. Jadi tidak boleh dipakai untuk
kepentingan anak didik. Kecuali diadakan kunjungan oleh guru yang
tidak direncanakan oleh sekolah, kemudian dalam percakapan
diperbincangkan masalah siswa. Cara ini kadang-kadang yang membawa
hasil yang sangat memuaskan.
8. Melalui penjelasan oleh staf sekolah
Gembala hendaknya berusaha agar semua personal sekolah turut aktif
mengambil bagian dalam mensukseskan program hubungan sekolah dengan
masyarakat. Para personal sekolah dapat memberikan penjelasan kepada
masyarakat tentang kepentingan sekolah, organisasi sekolah dan semua
kegiatan sekolah.





9. Gambaran Keadaan Sekolah Melalui Murid.
Murid dapat juga didorong untuk memberikan informasi kep- mengenada
masyarakat tentang keadaan sekolah. Jangan sampai bahkan menyebarkan
isu-isu yang tidak baik mengenai sekolah kepada masyarakat. Apabila
sekolah memiliki pemancar radio maka media ini dapat dimanfaatkan agar
murid berbincang bincang dalam siaran mengenai situasi sekolah.


O. Jenis Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Banyak orang mengartikan hubungan kerjasama sekolah dan masyarakat itu
dalam pengertian yang sempit. Mereka berpendapat bahwa hubungan
kerjasama itu hanyalah dalam hal mendidik anak belaka. Padahal,
hubungan kerjasama antara sekolah dan masyarakat itu mengandung arti
yang lebih luas dan mencakup beberapa bidang. Sudah barang tentu
bidang-bidang yang ada hubungannya dengan pendidikan anak-anak dan
pendidikan masyarakat pada umumnya.
Penulis berpendapat bahwa hubungan kerjasama sekolah dan masyarakat
itu dapat digolongkan menjdi tiga jenis hubungan, yaitu:

1. Hubungan edukatif
Hubungan edukatif adalah hubungan kerjasama dalam hal mendidik
anak/murid, antara guru di sekolah dan orang tua di dalam keluarga.
Adanya hubungan ini dimaksudkan agar tidak terjadi perbedaan prinsip
atau bahkan pertentangan yang dpat mengakibatkan keraguan pendirian
dan sikap pada diri anak. Antara sekolah yang diwakili oleh guru dan
orang tua tidak saling berbeda atau berselisih paham, baik tentang
norma-norma etika maupun norma-norma sosial yang hendak ditanamkan
kepada anak didik mereka.
2. Hubungan kultural
Hubungan kultural adalah kerjasama antara sekolah dan masyarakat yang
memungkinkan adanya saling membina dan mengembangkan kebudayaan
masyarakat tempat sekolah itu berada. Kita mengetahui bahwa sekolah
merupakan suatu lembaga yang seharusnya dapat dijadikan

barometer bagi murid-muridnya. Kehidupan, cara berpikir, kepercayaan,
kesenian, adat istiadat dari masyarakat. Bahkan yang lebih diharapkan
adalah hendaknya sekolah itu dapat merupakan titik pusat dan sumber
tempat terpencarnya norma-norma kehidupan (norma agama, etika, sosial,
estetika, dan sebagainya) yang baik bagi kemajuan masyarakat yang
selalu berubah dan berkembang maju. Jadi, bukanlah sebaliknya sekolah
hanya mengintroduksikan apa yang hidup dan berkembang di masyarakat.
3. Hubungan institusional
Hubungan institusional yaitu hubungan kerjasama antara sekolah dengan
lembaga-lembaga atau instansi-instansi resmi lain, baik swasta maupun
pemerintah, seperti hubungan kerjasama antara sekolah dengan
sekolah-sekolah lain, dengan kepala pemerintahan setempat, jawatan
penerangan, jawatan pertanian, perikanan dan peternakan, dengan
perusahaan-perusahaan negara atau swasta yang berkaitan dengan
perbaikan dan perkembangan pendidikan pada umumnya.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang mendidik anak-anak yang
nantinya akan hidup sebagai anggota masyarakat yang terdiri atas
bermacam-macam golongan, jabatan, status sosial, dan bermacam-macam
pekerjaan, sangat memerlukan adanya hubungan kerjasama itu. Dengan
adanya hubungan ini sekolah dapat meminta bantuan dari lembaga-lembaga
lain, baik berupa tenaga pengajar, pemberi ceramah tentang hal-hal
yang berkaitan dengan pengadaan dan pengembangan materi kurikulum
maupun bantuan yang berupa fasilitas serta alat-alat yang diperlukan
bagi kelancaran program sekolah.
Sebagai kesimpulan dapat dikemukakan bahwa dengan dilaksanakannya
ketiga jenis hubungan sekolah dan masyarakat seperti telah diuraikan
di atas, diharapkan sekolah tidak lagi selalu ketiggalan dengan
perubahan dan tuntutan masyarakat yang senantiasa berkembang. Apalagi
menghadapi era globalisasi seperti sekarang ini,ketika masyarakat
berubah dan berkembang dengan sangat pesatnya akibat kemajuan
teknologi, sehingga seperti dikatakan oleh Tilaar, sekolah makin
tercecer dan terisolasi dari masyarakat, sekolah lebih berfungsi
sebagai penjara intelek. Maka untuk dapat memperoleh kembali fungsi
yang sebenarnya, sekolah harus merupakan salah satu pusat belajar dari
banyak pusatbelajar yang kini dikategorikan sebagai pendidikan
nonformal.



Adanya hubungan sekolah dan masyarakat ini dimaksudkan pula agar
proses belajar yang berlaku di sekolah mengalami perubahan,dari proses
belajar dengan cara "menyuapi", dengan bahan pelajaran yang telah
dicerna oleh guru, menjadi proses belajar yang inovatif, yaitu belajar
secara antisipatoris dan partisipatoris. Anak-anak dididik untuk
berpartisipasi dalam arti luas di dalam kehidupan masyarakat, dan
dapat mengantisipasi kehidupan masyarakat yang akan dating tempat
mereka akan hidup dan terlibat didalamnya setelah mereka dewasa.

P. Bentuk-bentuk Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Cara-cara dan alat-alat yang dipakai oleh sekolah untuk melakukan
hubungan dengan masyarakat ialah: (1) melalui aktivitas para siswa,
(2) aktivitas guru-guru, (3) ekstrakurikuler, (4) kunjungan masyarakat
atau orangtua siswa ke sekolah, dan (5) melalui media masa (Jones,
1969:395-400). Cara-cara ini perlu ditambah lagi dengan
pertemuan-pertemuan kelompok.
masyarakat yang menaruh perhatian kepada pendidikan di sekolah.

BAB III
PENUTUP


A. Kesimpulan
Bahwa hubungan dengan masyarakat bagi suatu sekolah adalah hubungan
dua arah antara sekolah dengan masyarakat untuk memusyawarahkan
ide-ide dan informasi-informasi tertentu yang berguna bagi peningkatan
pendidikan.
Manfaat hubungan sekolah dengan masyarakat dapat diuraikan sebagai
berikut: Bagi masyarakat: tahu hal-hal persekolahan dan
inovasi-inovasinya, kebutuhan-kebutuhan masyarakat tentang pendidikan
lebih mudah diwujudkan, menyalurkan kebutuhan berpartisipasi dalam
pendidikan, melakukan tekanan/tuntutan terhadap sekolah. Sedangkan
manfaaat bagi sekolah: memperbesar dorongan, mawas diri, memudahkan
memperbaiki pendidikan, memperbesar usaha


meningkatkan profesi staf, konsep masyarakat tentang guru menjadi
benar, mendapatkan koreksi dari kelompok penuntut, mendapat dukungan
moral dari masyarakat, memudahkan meminta bantuan dan material dari
masyarakat, memudahkan pemakaian media pendidikan di masyarakat,
memudahkan pemanfaatan narasumber.
Tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat yaitu: mengenalkan
pentingnya sekolah bagi masyarakat, mendapatkan dukungan dan bantuan
moril maupun financial yang diperlukan bagi pengembangan sekolah,
memberikan informasi kepada masyarakat tentang isi dan pelaksanaan
program sekolah, memperkaya atau memperluasprogram sekolah sesuai
dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat, mengembangkan kerjasama
yang lebih erat antara keluarga dan sekolah dalam mendidik anak.
Peranan Pihak-pihak yang Terkait Hubungan antara Sekolah dan
Masyarakat: Orang tua, guru, gembala.
Prinsip Hubungan Sekolah dan Masyarakat diantaranya: ketahuilah apa
yang Anda yakini, laksanakanlah program pendidikan dengan baik dan
bersahabat dengan masyarakat, ketahuilah masyarakat Anda, adakan
survey mengenai masyarakat di daerah tertentu, bahan-bahan dokumen,
keanggotaan dalam organisasi masyarakat, adakan kunjungan ke rumah,
layani masyarakat di daerah Anda, doronglah masyarakat untuk melayani
sekolah.
Teknik Hubungan Sekolah dan Masyarakat Laporan kepada orang tua murid
diantaranya: buletin Bulanan, penerbitan Surat Kabar, pameran Sekolah,
open House, kunjungan ke sekolah ("school visitation"), kunjungan ke
rumah murid ("home visitation"), melalui penjelasan oleh staf sekolah,
gambaran Keadaan Sekolah melalui Murid, melalui Radio dan Televisi,
laporan Tahunan.
Jenis Hubungan Sekolah dengan Masyarakat yaitu hubungan edukatif,
hubungan kultural, dan hubungan Institusional.
Bentuk-bentuk Hubungan Sekolah dengan Masyarakat yaitu aktivitas para
siswa/kelas atau tingkat kelas, aktivitas guru, beberapa guru, atau
guru-guru satu bidang studi, media masa, kunjungan warga masyarakat
atau orangtua siswa ke sekolah, pertemuan dengan kelompok masyarakat
yang menaruh perhatian kepada pendidikan di sekolah.



B. Saran
Hendaknya pihak-pihak yang terkait dalam hubungan sekolah dengan
masyarakat, dapat membantu meningkatkan kualitas hubungan tersebut
agar tercipta suasana belajar mengajar yang dapat meningkatkan
semangat belajar siswa. Dengan meningkatnya semangat belajar siswa,
diharapkan dapat mengembangkan kualitas pendidikan di Indonesia pada
umumnya dan di sekolah itu sendiri pada khususnya.

DAFTAR PUSTAKA

Pidarta, Made. 1992. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Purwanto, M. Ngalim. 1990. Administrasi dan Supervisi Pendidikan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Soetopo, Hendyat dan Wasty Sumanto. 1982. Pengantar Operasional
Administrasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Wijono. 1989. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

http:// http://www.idp-europe.org/toolkit/Buku-2.pdf, diakses 26 Februari 2009.

Setiawan, Yasin. 2009. http://siaksoft.net/?p=560, diakses 26 Februari 2009.

Trimo. 2008. Peranan Komite Sekolah dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan, (online),( http://re-searchengines.com/trimo80708.html).

Akhir, Ibnu. 2008. Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat, (Online),
(http://khairuddinhsb.blogspot.com/2008/07/hubungan-sekolah-dengan-masyarakat.html).


PENDAPAT/ TANGGAPAN:
Penulis sepaham dengan uraian tersebut di atas, sekolah formal maupun
non formal (seperti halnya sekolah minggu) perlu di tangani dengan
baik, melalui program-program yang dibuat untuk kemajuan intelektual
maupunbidang kerohanian perlu berjalan dengan seimbang. Jadi pada
prinsipnya ketentuan-ketentuan yang diberlakukan di sekolah pada
umumnya perlu juga diterapkan di sekolah minggu di tempat pelayanan,
walaupun mungkin pengembangannya tidak seluas sekolah pada umumnya,
karena yang dilayani adalah mereka yang beragama Kristen.
Jadi tidak ada salahnya kalau kita mau meningkatkan mutu anak-anak
Sekolah minggu kita, kita perlu juga untuk menerapkan seperti hal-hal
tersebut di atas.

MASALAH-MASALAH SOSIAL | JOLLY MUNDUNG

Pelecehan Seksual

Salah satu bentuk pelecehan paling menghancurkan yang dilakukan pada
anak-anak adalah pelecehan seksual. Pelecehan seksual adalah: setiap
tindakan seksual (secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi) yang
dipaksakan atas seorang anak di bawah umur delapan belas tahun. Sudah
terlalu lama kebudayaan kita mendefinisikan pelecehan dalam arti
hubungan kelamin saja. Pelecehan seksual dapat meliputi setiap
tindakan kekerasan seksual—dari persetubuhan sampai penyimpangan seks
voyeurism (dilirik secara seksual). Anak-anak tidak pernah didisain
oleh Tuhan untuk memiliki energi seks dalam bentuk apapun dalam jiwa
(dan tubuh) mereka. Kekerasan seksual ini, entah datangnya dari
orang-orang dewasa atau anak-anak yang lebih tua (secara eksplisit
atau halus), dapat meninggalkan berbagai macam bentuk atau intensitas
kehancuran yang berbeda. Ini dapat dilihat dari bagaimana perasaan
seorang anak terhadap tubuhnya, rasa dilindungi, kemampuan untuk
percaya, dan keamanan dirinya.
Banyak orang dewasa yang mengalami pelecehan seks sebagai remaja
merasa bersalah dan bertanggung jawab secara pribadi, terutama jika
timbul perasaan nikmat dalam diri mereka. Yang lebih menghancurkan
adalah kebenaran yang menyedihkan bahwa keinginan yang wajar akan
kasih, kepedulian dan perhatian dipenuhi secara tidak wajar oleh
pelaku pelecehan itu. Setiap orang dewasa bertanggung jawab atas
energi seks mereka dan bertanggung jawab untuk tidak menyalahgunakan
kekuatan mereka dengan melampaui batasan-batasannya. Hal ini benar,
tidak peduli usia anak itu berapa, atau bagaimana mereka bersikap
terhadap orang dewasa, atau apa yang menjadi kebutuhan emosi anak itu.
Kekerasan seksual adalah kekerasan yang terjadi karena persoalan
seksualitas. Ibarat awan dan hujan, demikianlah hubungan antar seks
dan kekerasan. Di mana terdapat seks maka kekerasan hampir selalu
dilahirkan. Termasuk dalam kekerasan seksual adalah perkosaan,
pelecehan seksual (penghinaan dan perendahan terhadap lawan jenis),
penjualan anak perempuan untuk prostitusi, dan kekerasan oleh
pasangan.
Perkosaan. Perkosaan adalah jenis kekerasan yang paling mendapat
sorotan. Diperkirakan 22% perempuan dan 2% laki-laki pernah menjadi
korban perkosaan. Untuk di Amerika saja, setiap 2 menit terjadi satu
orang diperkosa. Hanya 1 dari 6 perkosaan yang dilaporkan ke polisi.
Sebagian besar perkosaan dilakukan oleh orang yang mengenal korban
alias orang dekat korban.
Kekerasan seksual terhadap anak-anak. Suatu tinjauan baru-baru ini
terhadap 17 studi dari seluruh dunia menunjukkan bahwa di manapun,
sekitar 11% sampai dengan 32% perempuan dilaporkan mendapat perlakuan
atau mengalami kekerasan seksual pada masa kanak-kanaknya. Umumnya
pelaku kekerasan adalah anggota keluarga, orang-orang yang memiliki
hubungan dekat, atau teman. Mereka yang menjadi pelaku kekerasan
seksual terhadap anak biasanya adalah korban kekerasan seksual pada
masa kanak-kanak.
Kekerasan seksual terhadap pasangan. Kekerasan ini mencakup segala
jenis kekerasan seksual yang dilakukan seseorang terhadap pasangan
seksualnya. Sebesar 95% korban kekerasan adalah perempuan. Temuan
penelitian yang dilakukan Rifka Annisa bersama UGM, UMEA University,
dan Women's Health Exchange USA di Purworejo, Jawa Tengah, Indonesia,
pada tahun 2000 menunjukkan bahwa 22% perempuan mengalami kekerasan
seksual. Sejumlah 1 dari 5 perempuan (19%) melaporkan bahwa biasanya
mereka dipaksa untuk melakukan hubungan seksual dengan pasangan mereka
selama dipukuli. Termasuk kekerasan seksual adalah kekerasan yang
dilakukan seorang laki-laki terhadap seorang perempuan, semata-mata
karena sang korban adalah perempuan. Istilah untuk ini adalah
kekerasan berbasis gender. Berikut adalah kekerasan berbasis gender:
• Kekerasan fisik : Menampar, memukul, menendang, mendorong, mencambuk, dll.
• Kekerasan emosional/ verbal: Mengkritik, membuat pasangan merasa
bersalah, membuat permainan pikiran, memaki, menghina, dll.
• Ketergantungan finansial: Mencegah pasangan untuk mendapat
pekerjaan, membuat pasangan dipecat, membuat pasangan meminta uang,
dll
• Isolasi sosial: Mengontrol pasangan dengan siapa boleh bertemu dan
di mana bisa bertemu, membatasi gerak pasangan dalam pergaulan, dll
• Kekerasan seksual: Memaksa seks, berselingkuh, sadomasokisme, dll.
• Pengabaian/penolakan: Mengatakan kekerasan tidak pernah terjadi,
menyalahkan pasangan bila kekerasan terjadi, dll.
• Koersi, ancaman, intimidasi: Membuat pasangan khawatir, memecahkan
benda-benda, mengancam akan meninggalkan, dll


Kekerasan pada Anak

Menurut Sutanto (2006), kekerasan anak adalah perlakuan orang dewasa
atau anak yang lebih tua dengan menggunakan kekuasaan/otoritasnya
terhadap anak yang tak berdaya yang seharusnya menjadi tanggung
jawab/pengasuhnya, yang berakibat penderitaan, kesengsaraan, cacat
atau kematian. Kekerasan anak lebih bersifat sebagai bentuk
penganiayaan fisik dengan terdapatnya tanda atau luka pada tubuh sang
anak.
Jika kekerasan terhadap anak didalam rumah tangga dilakukan oleh orang
tua, maka hal tersebut dapat disebut kekerasan dalam rumah tangga.
Tindak kekerasan rumah tangga yang termasuk di dalam tindakan
kekerasan rumah tangga adalah memberikan penderitaan baik secara
fisik maupun mental di luar batas-batas tertentu terhadap orang lain
yang berada di dalam satu rumah; seperti terhadap pasangan hidup,
anak, atau orang tua dan tindak kekerasan tersebut dilakukan di dalam
rumah.
Banyak orangtua menganggap kekerasan pada anak adalah hal yang wajar.
Mereka beranggapan kekerasan adalah bagian dari mendisiplinkan anak.
Mereka lupa bahwa orangtua adalah orang yang paling bertanggung jawab
dalam mengupayakan kesejahteraan, perlindungan, peningkatan
kelangsungan hidup, dan mengoptimalkan tumbuh kembang anaknya.
Keluarga adalah tempat pertama kali anak belajar mengenal aturan yang
berlaku di lingkungan keluarga dan masyarakat.
Sudah barang tentu dalam proses belajar ini, anak cenderung melakukan
kesalahan. Bertolak dari kesalahan yang dilakukan, anak akan lebih
mengetahui tindakan-tindakan yang bermanfaat dan tidak bermanfaat,
patut atau tidak patut. Namun orang tua menyikapi proses belajar anak
yang salah ini dengan kekerasan. Bagi orangtua, tindakan anak yang
melanggar perlu dikontrol dan dihukum. bagi orangtua tindakan yang
dilakukan anak itu melanggar sehingga perlu dikontrol dan dihukum.
Wikipedia Indonesia (2006) memberikan pengertian bahwa kekerasan
merujuk pada tindakan agresi dan pelanggaran (penyiksaan, pemerkosaan,
pemukulan, dll.) yang menyebabkan atau dimaksudkan untuk menyebabkan
penderitaan atau menyakiti orang lain. Istilah kekerasan juga
berkonotasi kecenderungan agresif untuk melakukan perilaku yang
merusak.
Kekerasan terjadi ketika seseorang menggunakan kekuatan, kekuasaan,
dan posisi nya untuk menyakiti orang lain dengan sengaja, bukan karena
kebetulan (Andez, 2006). Kekerasan juga meliputi ancaman, dan tindakan
yang bisa mengakibatkan luka dan kerugian. Luka yang diakibatkan bisa
berupa luka fisik, perasaan, pikiran, yang merugikan kesehatan dan
mental.kekerasan anak Menurut Andez (2006) kekerasan pada anak adalah
segala bentuk tindakan yang melukai dan merugikan fisik, mental, dan
seksual termasuk hinaan meliputi: Penelantaran dan perlakuan buruk,
Eksploitasi termasuk eksploitasi seksual, serta trafficking/ jual-beli
anak. Sedangkan Child Abuse adalah semua bentuk kekerasan terhadap
anak yang dilakukan oleh mereka yang seharusnya bertanggung jawab atas
anak tersebut atau mereka yang memiliki kuasa atas anak tersebut, yang
seharusnya dapat di percaya, misalnya orang tua, keluarga dekat, dan
guru.
Sedangkan Nadia (2004) mengartikan kekerasan terhadap anak sebagai
bentuk penganiayaan baik fisik maupun psikis. Penganiayaan fisik
adalah tindakan-tindakan kasar yang mencelakakan anak, dan segala
bentuk kekerasan fisik pada anak yang lainnya. Sedangkan penganiayaan
psikis adalah semua tindakan merendahkan atau meremehkan anak. Alva
menambahkan bahwa penganiayaan pada anak-anak banyak dilakukan oleh
orangtua atau pengasuh yang seharusnya menjadi seorang pembimbing bagi
anaknya untuk tumbuh dan berkembang.
Lebih lanjut Hoesin (2006) melihat kekerasan terhadap anak sebagai
bentuk pelanggaran terhadap hak-hak anak. dan dibanyak negara
dikategorikan sebagai kejahatan sehingga mencegahnya dapat dilakukan
oleh para petugas penegak hukum. Sedangkan Patilima (2003) menganggap
kekerasan merupakan perlakuan yang salah orang tua. Patilima
mendefinisikan perlakuan salah pada anak adalah segala perlakuan
terhadap anak yang akibat-akibat kekerasan mengancam kesejahteraan dan
tumbuh kembang anak, baik secara fisik, psikologi sosial, maupun
mental

Kekerasan dalam Rumah Tangga
Kekerasan dalam rumah tangga (disingkat KDRT) adalh kekerasan yang
dilakukan di dalam rumah tangga baik oleh suami maupun oleh istri.
Menurut Pasal 1 UU Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan
dalam Rumah Tangga (UU PKDRT), KDRT adalah setiap perbuatan terhadap
seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan
atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau
penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan,
pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam
lingkup rumah tangga. Sebagian besar korban KDRT adalah kaum perempuan
(istri) dan pelakunya adalah suami, walaupun ada juga korban justru
sebaliknya, atau orang-orang yang tersubordinasi di dalam rumah tangga
itu. Pelaku atau korban KDRT adalah orang yang mempunyai hubungan
darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan, perwalian dengan suami, dan
anak bahkan pembatu rumah tangga, tinggal di rumah ini. Ironisnya
kasus KDRT sering ditutup-tutupi oleh si korban karena terpaut dengan
struktur budaya, agama dan sistem hukum yang belum dipahami. Padahal
perlindungan oleh negara dan masyarakat bertujuan untuk memberi rasa
aman terhadap korban serta menindak pelakunya.
• Kekerasan Fisik Berat, berupa penganiayaan berat seperti menendang;
memukul, menyundut; melakukan percobaan pembunuhan atau pembunuhan dan
semua perbuatan lain yang dapat mengakibatkan:
1. Cedera berat
2. Tidak mampu menjalankan tugas sehari-hari
3. Pingsan
4. Luka berat pada tubuh korban dan atau luka yang sulit disembuhkan
atau yang menimbulkan bahaya mati
5. Kehilangan salah satu panca indera.
6. Mendapat cacat.
7. Menderita sakit lumpuh.
8. Terganggunya daya pikir selama 4 minggu lebih
9. Gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan
10. Kematian korban.
• Kekerasan Fisik Ringan, berupa menampar, menjambak, mendorong, dan
perbuatan lainnya yang mengakibatkan:
1. Cedera ringan
2. Rasa sakit dan luka fisik yang tidak masuk dalam kategori berat
3. Melakukan repitisi kekerasan fisik ringan dapat dimasukkan ke dalam
jenis kekerasan berat.
Kekerasan Psikis
• Kekerasan Psikis Berat, berupa tindakan pengendalian, manipulasi,
eksploitasi, kesewenangan, perendahan dan penghinaan, dalam bentuk
pelarangan, pemaksaan dan isolasi sosial; tindakan dan atau ucapan
yang merendahkan atau menghina; penguntitan; kekerasan dan atau
ancaman kekerasan fisik, seksual dan ekonomis; yang masing-masingnya
bisa mengakibatkan penderitaan psikis berat berupa salah satu atau
beberapa hal berikut:
1. Gangguan tidur atau gangguan makan atau ketergantungan obat atau
disfungsi seksual yang salah satu atau kesemuanya berat dan atau
menahun.
2. Gangguan stres pasca trauma.
3. Gangguan fungsi tubuh berat (seperti tiba-tiba lumpuh atau buta
tanpa indikasi medis)
4. Depresi berat atau destruksi diri
5. Gangguan jiwa dalam bentuk hilangnya kontak dengan realitas seperti
skizofrenia dan atau bentuk psikotik lainnya
6. Bunuh diri
• Kekerasan Psikis Ringan, berupa tindakan pengendalian, manipulasi,
eksploitasi, kesewenangan, perendahan dan penghinaan, dalam bentuk
pelarangan, pemaksaan, dan isolasi sosial; tindakan dan atau ucapan
yang merendahkan atau menghina; penguntitan; ancaman kekerasan fisik,
seksual dan ekonomis;yang masing-masingnya bisa mengakibatkan
penderitaan psikis ringan, berupa salah satu atau beberapa hal di
bawah ini:
1. Ketakutan dan perasaan terteror
2. Rasa tidak berdaya, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya
kemampuan untuk bertindak
3. Gangguan tidur atau gangguan makan atau disfungsi seksual
4. Gangguan fungsi tubuh ringan (misalnya, sakit kepala, gangguan
pencernaan tanpa indikasi medis)
5. Fobia atau depresi temporer
Kekerasan Seksual
• Kekerasan seksual berat, berupa:
1. Pelecehan seksual dengan kontak fisik, seperti meraba, menyentuh
organ seksual, mencium secara paksa, merangkul serta perbuatan lain
yang menimbulkan rasa muak/jijik, terteror, terhina dan merasa
dikendalikan.
2. Pemaksaan hubungan seksual tanpa persetujuan korban atau pada saat
korban tidak menghendaki.
3. Pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak disukai, merendahkan
dan atau menyakitkan.
4. Pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain untuk tujuan pelacuran
dan atau tujuan tertentu.
5. Terjadinya hubungan seksual dimana pelaku memanfaatkan posisi
ketergantungan korban yang seharusnya dilindungi.
6. Tindakan seksual dengan kekerasan fisik dengan atau tanpa bantuan
alat yang menimbulkan sakit, luka,atau cedera.
• Kekerasan Seksual Ringan, berupa pelecehan seksual secara verbal
seperti komentar verbal, gurauan porno, siulan, ejekan dan julukan dan
atau secara non verbal, seperti ekspresi wajah, gerakan tubuh atau pun
perbuatan lainnya yang meminta perhatian seksual yang tidak
dikehendaki korban bersifat melecehkan dan atau menghina korban.
• Melakukan repitisi kekerasan seksual ringan dapat dimasukkan ke
dalam jenis kekerasan seksual berat.
Kekerasan Ekonomi
• Kekerasan Ekonomi Berat, yakni tindakan eksploitasi, manipulasi dan
pengendalian lewat sarana ekonomi berupa:
1. Memaksa korban bekerja dengan cara eksploitatif termasuk pelacuran.
2. Melarang korban bekerja tetapi menelantarkannya.
3. Mengambil tanpa sepengetahuan dan tanpa persetujuan korban,
merampas dan atau memanipulasi harta benda korban.
• Kekerasan Ekonomi Ringan, berupa melakukan upaya-upaya sengaja yang
menjadikan korban tergantung atau tidak berdaya secara ekonomi atau
tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya.

Perselingkuhan
Lafal selingkuh berasal dari Bahasa Jawa yang artinya perbuatan tidak jujur,
sembunyi-sembunyi, atau menyembunyikan sesuatu yang bukan haknya.
Dalam makna itu ada pula kandungan makna perbuatan serong. Meskipun
demikian lafal selingkuh di Indonesia muncul secara nasional dalam
bahasa Indonesia dengan makna khusus "hubungan gelap"atau tingkah
serong orang yang sudah bersuami atau beristri dengan pasangan lain.
Ada 3 kategori selingkuh, Selingkuh Fisik, Hati, serta selingkuh fisik
dan hati, (Anda selingkuh yang mana nih..).
♥ Selingkuh fisik mungkin dilakukan hanya secara iseng,di lakukan
tanpa komitmen, misalnya jajan, melakuan kontak fisik suka sama suka.
♥ Selingkuh Hati, selingkuh ini yang indah, hanya merasakan tanpa
bertemu fisik tapi masing-masing merasakan getaran cinta.Ada komitmen
tapi tidak di ungkapkan, misal: sms, chat, phone.
♥ Selingkuh fisik dah hati,...ini selingkuh yang paling fatal.
Selingkuh fisik dah hati biasanya ada komitmen di antara pelaku
selingkuh.
Selingkuh tidak hanya dikarenakan Hubungan dengan pasangan resmi tidak
harmonis, atau tidak terpuaskan, dari pasangan yang harmonis pun
selingkuh bisa terjadi. Dan atau memang Rasa Cinta yang tak
tertahankan.
Selingkuh hati bisa menjadikan kita bertambah mesra dengan pasangan
resmi walau hanya secara fisik, mungkin karena menebus rasa bersalah.

MACAM - MACAM MASALAH SOSIAL YANG ADA di INDONESIA :
1. Masalah Sosial Kemiskinan :

Tulisan ini mencoba untuk memberikan penjelasan tentang latar belakang
terjadinya kemisikinan di Indonesia secara umum dan kota Jakarta
secara khususnya, dan upaya untuk mengatasi kemiskinan di perkotaan
sekaligus pula untuk meningkatkan kualitas lingkungan permukiman
masyarakat miskin.
Pendekatan konvensional yang paling popular dilakukan oleh Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah adalah menggusur pemukiman kumuh dan
kemudian diganti oleh kegiatan perkotaan lainnya yang dianggap lebih
bermartabat. Cara seperti ini yang sering disebut pula sebagai
peremajaan kota bukanlah cara yang berkelanjutan untuk menghilangkan
kemiskinan dari perkotaan.
Kemiskinan dan kualitas lingkungan yang rendah adalah hal yang mesti
dihilangkan tetapi tidak dengan menggusur masyarakat yang telah
bermukim lama di lokasi tersebut. Menggusur secara paksa adalah hanya
sekedar memindahkan kemiskinan dari lokasi lama ke lokasi baru dan
kemiskinan tidak akan pernah berkurang. Bagi orang yang tergusur
malahan penggusuran ini akan semakin menyulitkan kehidupan mereka
karena mereka mesti beradaptasi dengan lokasi pemukimannya yang baru
dan penggusuran secara paksa bahkan sampai dengan adanya unsure
anarkisme itu adalah melanggar hak asasi manusia yang paling hakiki
dan harus dihormati bersama.
Di Amerika Serikat, pendekatan peremajaan kota sering digunakan pada
tahun 1950 dan 1960-an.2Pada saat itu pemukiman-pemukiman masyarakat
miskin di pusat kota digusur dan diganti dengan kegiatan perkotaan
lainnya yang dianggap lebih baik. Peremajaan kota ini menciptakan
kondisi fisik perkotaan yang lebih baik tetapi sarat dengan masalah
sosial. Kemiskinan hanya berpindah saja dan masyarakat miskin yang
tergusur semakin sulit untuk keluar dari kemiskinan karena akses
mereka terhadap pekerjaan semakin sulit.
Peremajaan kota yang dilakukan pada saat itu sering kali disesali oleh
para ahli perkotaan saat ini karena menyebabkan timbulnya masalah
sosial seperti kemiskinan perkotaan yang semakin akut, gelandangan dan
kriminalitas. Menyadari kesalahan yang dilakukan masa lalu, pada awal
tahun 1990-an kota-kota di Amerika Serikat lebih banyak melibatkan
masyarakat miskin dalam pembangunan perkotaannya dan tidak lagi
menggusur mereka untuk menghilangkan kemiskinan di perkotaan.
Kalau diIndonesia, paling sedikit kami menemukan dua masyarakat miskin
di Jakarta yang melakukan aktivitas hijau untuk meningkatkan kualitas
lingkungan sembari menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat
miskin. Seperti dapat ditemui di Indonesia's Urban Studies, masyarakat
di Penjaringan, Jakarta Utara dan masyarakat kampung Toplang di
Jakarta Barat mereka mengelola sampah untuk dijadikan kompos dan
memilah sampah nonorganik untuk dijual.
Aktivitas hijau di Penjaringan, Jakarta Utara dilakukan melalui
program Lingkungan Sehat Masyarakat Mandiri yang diprakarsai oleh
Mercy Corps Indonesia. Masyarakat miskin di Penjaringan terlibat aktif
tanpa terlalu banyak intervensi dari Mercy Corps Indonesia. Program
berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan kualitas lingkungan kumuh
di Penjaringan. Masyarakat di Penjaringan sangat antusias untuk
melakukan kegiatan ini dan mereka yakin untu mampu mendaurlang sampah
di lingkungannya dan menjadikannya sebagai lapangan pekerjaan yang
juga akan berkontribusi untuk mengentaskan kemiskinan di
lingkungannya.
Cara untuk mengatasi kemiskinan dan rendahnya kualitas lingkungan
permukiman masyarakat miskin adalah tidak dengan menggusurnya.
Penggusuran hanyalah menciptakan masalah sosial perkotaan yang semakin
akut dan pelik. Penggusuran atau sering diistilahkan sebagai
peremajaan kota adalah cara yang tidak berkelanjutan dalam mengatasi
kemiskinan.
Aktivitas hijau3seperti yang dilakukan oleh masyarakat Penjaringan dan
Kampung Toplang merupakan bukti kuat bahwa masyarakat miskin mampu
meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan juga mengentaskan
kemiskinan. Masyarakat miskin adalah salah satu komponen dalam
komunitas perkotaan yang mesti diberdayakan dan bukannya untuk
digusur. Solusi yang berkelanjutan untuk mengatasi kemiskinan dan
pemukiman kumuh di perkotaan adalah pemberdayaan masyarakat miskin dan
bukanlah penggusuran.
Lain lagi kemiskinan yang terjadi di masyarakat Flores, bagi
masyarakat Flores kemiskinan merupakan sebuah fakta. Ini muncul dalam
berbagai aspek dan bentuk kehidupan masyarakat sehingga menjadi sebuah
persoalan yang pelik dan serius. Menyoal kemiskinan, lantas
membedahnya dan menemukan solusi pengentasannya bagai mengurai benang
kusut yang sangat rumit untuk diselesaikan.
Secara alamiah daerah Flores termasuk daerah yang gersang dan tandus.
Hal ini tidak dapat dipungkiri karena fakta membuktikan curah hujan
yang rendah dan musim panas yang panjang. Problem alamiah ini
diperparah dengan keadaan geografis Flores yang tergolong rentan akan
bencana alam. Berangkat dari latar belakang ini, sebetulnya keadaan
sosial-ekonomi masyarakat Flores sudah bisa diukur. Hampir sebagian
besar masyarakat Flores bertani secara musiman, dan amat tergantung
pada hasil pertanian jangka panjang. Sementara yang menetap di pesisir
pantai menggantungkan hidupnya pada hasil tangkapan laut. Dari sini
dapat diukur kemampuan ekonomi rata-ratanya, bahwa pendapatan
perkapita sangat rendah dan masih terbilang berada di bawah garis
kemiskinan.
Mempersoalkan kemiskinan Flores dari latar belakang geografis dan juga
topografis masih terbilang wajar, dan itu tidak terelakkan. Lantas,
untuk mengelak dari keadaan yang demikian, separuh kaum muda baik
laki-laki maupun perempuan.

2. Masalah Sosial Pengangguran :



Pengangguran dan Pengertiannya
Dalam indikator ekonomi makro ada tiga hal terutama yang menjadi pokok
permasalahan ekonomi makro. Pertama adalah masalah pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi dapat dikategorikan baik jika angka pertumbuhan positif
dan bukannya negatif. Kedua adalah masalah inflasi. Inflasi adalah indikator
pergerakan harga-harga barang dan jasa secara umum, yang secara bersamaan
juga berkaitan dengan kemampuan daya beli. Inflasi mencerminkan stabilitas
harga, semakin rendah nilai suatu inflasi berarti semakin besar adanya
kecenderungan ke arah stabilitas harga. Namun masalah inflasi tidak
hanya berkaitan dengan melonjaknya harga suatu barang dan jasa.
Inflasi juga sangat berkaitan dengan purchasing power atau daya beli
dari masyarakat. Sedangkan daya beli masyarakat sangat bergantung
kepada upah riil. Inflasi sebenarnya tidak terlalu bermasalah jika
kenaikan harga dibarengi dengan kenaikan upah riil. Masalah ketiga
adalah pengangguran. Memang masalah pengangguran telah menjadi momok
yang begitu menakutkan khususnya di negara-negara berkembang seperti
di Indonesia. Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya
angka pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya
jumlah penduduk. Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena
faktor kelangkaan modal untuk berinvestasi. Masalah pengangguran itu
sendiri tidak hanya terjadi di negara-negara berkembang namun juga
dialami oleh negara-negara maju. Namun masalah pengangguran di
negara-negara maju jauh lebih mudah terselesaikan daripada di
negara-negara berkembang karena hanya berkaitan dengan pasang surutnya
business cycle dan bukannya karena faktor kelangkaan investasi,
masalah ledakan penduduk, ataupun masalah sosial politik di negara
tersebut. Melalui artikel inilah
saya mencoba untuk mengangkat masalah pengangguran dengan segala
dampaknya di Indonesia yang menurut pengamatan saya sudah semakin
memprihatinkan terutama ketika negara kita terkena imbas dari krisis
ekonomi sejak tahun 1997 . Apa itu pengangguran? Pengangguran adalah
suatu kondisi di mana orang tidak dapat bekerja, karena tidak
tersedianya lapangan pekerjaan. Ada berbagai macam tipe pengangguran,
misalnya pengangguran teknologis, pengangguran friksional dan
pengangguran struktural. Tingginya angka pengangguran, masalah ledakan
penduduk, distribusi pendapatan yang tidak merata, dan berbagai
permasalahan lainnya di negara kita menjadi salah satu faktor utama
rendahnya taraf hidup para penduduk di negara kita. Namun yang menjadi
manifestasi utama sekaligus faktor penyebab rendahnya taraf hidup di
negara-negara berkembang adalah terbatasnya penyerapan sumber daya,
termasuk sumber daya manusia. Jika dibandingkan dengan negara-negara
maju, pemanfaatan sumber daya yang dilakukan oleh negara-negara
berkembang relatif lebih rendah daripada yang dilakukan di
negara-negara maju karena buruknya efisiensi dan efektivitas dari
penggunaan sumber daya baik sumber daya alam maupun sumber daya
manusia. Dua penyebab utama dari rendahnya pemanfaatan sumber daya
manusia adalah karena tingkat pengangguran penuh dan tingkat
pengangguran terselubung yang terlalu tinggi dan terus melonjak.
Pengangguran penuh atau terbuka yakni terdiri dari orang-orang yang
sebenarnya mampu dan ingin bekerja, akan tetapi tidak mendapatkan
lapangan pekerjaan sama sekali. Berdasarkan data dari Depnaker pada
tahun 1997 jumlah pengangguran terbuka saja sudah mencapai sekitar 10%
dari sekitar 90 juta angkatan kerja yang ada di Indonesia, dan jumlah
inipun belum mencakup
pengangguran terselubung. Jika persentase pengangguran total dengan
melibatkan jumlah pengangguran terselubung dan terbuka hendak dilihat
angkanya, maka angkanya sudah mencapai 40% dari 90 juta angkatan kerja
yang berarti jumlah penganggur mencapai sekitar 36 juta orang. Adapun
pengangguran terselubung adalah orang-orang yang menganggur karena
bekerja di bawah kapasitas optimalnya. Para penganggur terselubung ini
adalah orang-orang yang bekerja di bawah 35 jam dalam satu minggunya.
Jika kita berasumsi bahwa krisis ekonomi hingga saat ini belum juga
bisa terselesaikan maka angka-angka tadi dipastikan akan lebih
melonjak. Ledakan Pengangguran Akibat krisis finansial yang
memporak-porandakan perkonomian nasional, banyak para pengusaha yang
bangkrut karena dililit hutang bank atau hutang ke rekan bisnis.
Begitu banyak pekerja atau buruh pabrik yang terpaksa di-PHK oleh
perusahaan di mana tempat ia bekerja dalam rangka pengurangan besarnya
cost yang dipakai untuk membayar gaji para pekerjanya. Hal inilah yang
menjadi salah satu pemicu terjadinya ledakan pengangguran yakni
pelonjakan angka pengangguran dalam waktu yang relatif singkat. Awal
ledakan pengangguran sebenarnya bisa diketahui sejak sekitar tahun
1997 akhir atau 1998 awal. Ketika terjadi krisis moneter yang hebat
melanda Asia khususnya Asia Tenggara mendorong terciptanya likuiditas
ketat sebagai reaksi terhadap gejolak moneter. Di Indonesia, kebijakan
likuidasi atas 16 bank akhir November 1997 saja sudah bisa membuat
sekitar 8000 karyawannya menganggur. Dan dalam selang waktu yang tidak
relatif lama, 7.196 pekerja dari 10 perusahaan sudah di PHK dari
pabrik-pabrik mereka di Jawa Barat, Jakarta, Yogyakarta, dan Sumatera
Selatan berdasarkan data pada akhir Desember 1997. Ledakan
pengangguranpun berlanjut di tahun 1998, di mana sekitar 1,4 juta
pengangguran terbuka baru akan terjadi. Dengan perekonomian yang hanya
tumbuh sekitar 3,5 sampai 4%, maka tenaga kerja yang bisa diserap
sekitar 1,3 juta orang dari tambahan angkatan kerja sekitar 2,7 juta
orang. Sisanya menjadi tambahan pengangguran terbuka tadi. Total
pengangguran jadinya akan melampaui 10 juta orang. Berdasarkan
pengalaman, jika kita mengacu pada data-data pada tahun 1996 maka
pertumbuhan ekonomi sebesar 3,5 sampai 4% belumlah memadai, seharusnya
pertumbuhan ekonomi yang ideal bagi negara berkembang macam Indonesia
adalah di atas 6%. Berdasarkan data sepanjang di tahun 1996,
perekonomian hanya mampu menyerap 85,7 juta orang dari jumlah angkatan
kerja 90,1 juta orang. Tahun 1996 perekonomian mampu menyerap jumlah
tenaga kerja dalam jumlah relatif besar karena ekonomi nasional tumbuh
hingga 7,98 persen. Tahun 1997 dan 1998, pertumbuhan ekonomi dapat
dipastikan tidak secerah tahun 1996. Pada tahun 1998 krisis ekonomi
bertambah parah karena banyak wilayah Indonesia yang diterpa musim
kering, inflasi yang terjadi di banyak daerah, krisis moneter di dalam
negeri maupun di negara-negara mitra dagang seperti sesama ASEAN,
Korsel dan Jepang akan sangat berpengaruh. Jika kita masih berpatokan
dengan asumsi keadaan di atas, maka ledakan pengangguran diperkirakan
akan berlangsung terus sepanjang tahun-tahun ke depan. Memang ketika
kita menginjak tahun 2000, jumlah pengangguran di tahun 2000 ini sudah
menurun dibanding tahun 1999. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi tahun
2000 yang meningkat menjadi 4,8 persen. Pengangguran tahun 1999 yang
semula 6,01 juga turun menjadi 5,87 juta orang. Sedang setengah
pengangguran atau pengangguran terselubung juga menurun dari 31,7 juta
menjadi 30,1 juta orang pada tahun 2000. Jumlah pengangguran saat ini
mencapat sekitar 35,97 juta orang, namun pemerintah masih memfokuskan
penanggulangan pengangguran ini pada 16,48 juta orang. Jumlah
pengangguran saat ini yaitu pada tahu 2001 mencapai 35,97 juta orang
yang diperkirakan bisa bertambah bila pemulihan ekonomi tidak segera
berjalan dengan baik. Karena hal inilah maka pemerintah perlu berusaha
semaksimal mungkin untuk mencari investor asing guna menanamkan
modalnya di sini sehingga lapangan pekerjaan baru dapat tercipta untuk
dapat menyerap sebanyak mungkin tenaga kerja. Berdasarkan perhitungan
maka pada saat ini perekonomian negara kita memerlukan pertumbuhan
ekonomi minimal 6 persen, meski idealnya diatas 6 persen, sehingga
bisa menampung paling tidak 2,4 juta angkatan kerja baru. Sebab dari
satu persen pertumbuhan ekonomi bisa menyerap sektiar 400 ribu
angkatan kerja. Ini juga ditambah dengan peluang kerja di luar negeri
yang rata-rata bisa menampung 500 ribu angkatan kerja setiap tahunnya.
Untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang pesat maka mau tidak mau negara
kita terpaksa harus menarik investasi asing karena sangatlah sulit
untuk mengharapkan banyak dari investasi dalam negeri mengingat justru
di dalam negeri para pengusaha besar banyak yang berhutang ke luar
negeri. Hal ini bertambah parah karena hutang para pengusaha (sektor
swasta) dan pemerintah dalam bentuk dolar. Sementara pada saat ini
nilai tukar rupiah begitu rendah (undervalue) terhadap dolar. Namun
menarik para investor asingpun bukan merupakan pekerjaan yang mudah
jika kita berkaca pada situasi dan kondisi sekarang ini. Suhu politik
yang semakin memanas, kerawanan sosial, teror bom, faktor desintegrasi
bangsa, dan berbagai masalah lainnya akan membuat para investor asing
enggan untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Karena itulah maka
situasi dan kondisi yang kondusif haruslah diupayakan dan
dipertahankan guna menarik investor asing masuk kemari dan menjaga
agar para investor asing yang sudah menanamkan modalnya asing tidak
lagi menarik modalnya ke luar yang nantinya akan berakibat capital
outflow. Masalah Pengangguran dan Krisis Sosial Jika masalah
pengangguran yang demikian pelik dibiarkan berlarut-larut maka sangat
besar kemungkinannya untuk mendorong suatu krisis sosial. Suatu krisis
sosial ditandai dengan meningkatnya angka kriminalitas, tingginya
angka kenakalan remaja, melonjaknya jumlah anak jalanan atau preman,
dan besarnya kemungkinan untuk terjadi berbagai kekerasan sosial yang
senantiasa menghantui masyarakat kita. Bagi banyak orang, mendapatkan
sebuah pekerjaan seperti mendapatkan harga diri.Kehilangan pekerjaan
bisa dianggap kehilangan harga diri. Walaupun bukan pilihan semua
orang, di zaman serba susah begini pengangguran dapat dianggap sebagai
nasib. Seseorang bisa saja diputus hubungan kerja karena perusahaannya
bangkrut. Padahal di masyarakat, jutaan penganggur juga antri menanti
tenaganya dimanfaatkan. Besarnya jumlah pengangguran di Indonesia
lambat-laun akan menimbulkan banyak masalah sosial yang nantinya akan
menjadi suatu krisis sosial, karena banyak orang yang frustasi
menghadapi nasibnya. Pengangguran yang terjadi tidak saja menimpa para
pencari kerja yang baru lulus sekolah, melainkan juga menimpa orangtua
yang kehilangan pekerjaan karena kantor dan pabriknya tutup. Indikator
masalah sosial bisa dilihat dari begitu banyaknya anak-anak yang mulai
turun ke jalan. Mereka menjadi pengamen, pedagang asongan maupun
pelaku tindak kriminalitas. Mereka adalah generasi yang kehilangan
kesempatan memperoleh pendidikan maupun pembinaan yang baik. Salah
satu faktor yang mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara
kita adalah terlampau banyak tenaga kerja yang diarahkan ke sektor
formal sehingga ketika mereka kehilangan pekerjaan di sektor formal,
mereka kelabakan dan tidak bisa berusaha untuk menciptakan pekerjaan
sendiri di sektor informal. Justru orang-orang yang kurang
berpendidikan bisa melakukan inovasi menciptakan kerja, entah sebagai
joki yang menumpang di mobil atau joki payung kalau hujan. Juga para
pedagang kaki lima dan tukang becak, bahkan orang demo saja dibayar.
Yang menjadi kekhawatiran adalah jika banyak para penganggur yang
mencari jalan keluar dengan mencari nafkah yang tidak halal. Banyak
dari mereka yang menjadi pencopet, penjaja seks, pencuri, preman,
penjual narkoba, dan sebagainya. Bahkan tidak sedikit mereka yang
dibayar untuk berbuat rusuh atau anarkis demi kepentingan politik
salah satu kelompok tertentu yang masih erat hubungannya dengan para
pentolan Orba. Ada juga yang menyertakan diri menjadi anggota laskar
jihad yang dikirim ke
Ambon dengan dalih membela agama. Padahal di sana mereka cuma jadi
perusuh yang doyan menjarah, memperkosa, dan membunuh orang-orang
Maluku yang tidak berdosa. Hal inilah yang harus diperhatikan oleh
pemerintah jika krisis sosial tidak ingin berlanjut terus. Masalah
Pengangguran dan Pendidikan
Pengangguran intelektual di Indonesia cenderung terus meningkat dan
semakin mendekati titik yang mengkhawatirkan. Diperkirakan angka
pengangguran intelektual yang pada tahun 1995 mencapai 12,36 persen,
pada tahun 1995 diperkirakan akan meningkat menjadi 18,55 persen, dan
pada tahun 2003 meningkat lagi menjadi 24,5 persen. Pengangguran
intelektual ini tidak terlepas dari persoalan dunia pendidikan yang
tidak mampu menghasilkan tenaga kerja berkualitas sesuai tuntutan
pasar kerja sehingga seringkali tenaga kerja terdidik kita kalah
bersaing dengan tenaga kerja asing. Fenomena inilah yang sedang
dihadapi oleh bangsa kita dimana para tenaga kerja yang terdidik
banyak yang menganggur walaupun mereka sebenarnya menyandang gelar.
Meski ada kecenderungan pengangguran terdidik semakin meningkat namun
upaya
tinggi tidak boleh berhenti. Akan tetapi pemerataan pendidikan itu
harus dilakukan tanpa mengabaikan mutu pendidikan itu sendiri. Karena
itu maka salah satu kelemahan dari sistem pendidikan kita adalah
sulitnya memberikan pendidikan yang benar-benar dapat memupuk
profesionalisme seseorang dalam berkarier atau bekerja. Saat ini
pendidikan kita terlalu menekankan pada segi teori dan bukannya
praktek. Pendidikan seringkali disampaikan dalam bentuk yang monoton
sehingga membuat para siswa menjadi bosan. Di negara-negara maju,
pendidikkan dalam wujud praktek lebih diberikan dalam porsi yang lebih
besar. Di sanapun, cara pembelajaran dan pemberian pendidikkan
diberikan dalam wujud yang lebih menarik dan kreatif. Di negara kita,
saat ini ada kecenderungan bahwa para siswa hanya mempunyai kebiasaan
menghafal saja untuk pelajaran-pelajaran yang menyangkut ilmu sosial,
bahasa, dan sejarah atau menerima saja berbagai teori namun sayangnya
para siswa tidak memiliki kemampuan untuk menggali wawasan pandangan
yang lebih luas serta cerdas dalam memahamidan mengkaji suatu masalah.
Sedangkan untuk ilmu pengetahuan alam para siswa cenderung hanya
diberikan latihan soal-soal yang cenderung hanya melatih kecepatan
dalam berpikir untuk menemukan jawaban dan bukannya mempertajam
penalaran atau melatih kreativitas dalam berpikir. Contohnya seperti
seseorang yang pandai dalam mengerjakan soal-soal matematika bukan
karena kecerdikan dalam melakukan analisis terhadap soal atau
kepandaian dalam membuat jalan perhitungan tetapi karena dia memang
sudah hafal tipe soalnya. Seringkali seseorangpun hanya sekedar bisa
mengerjakan soalnya dengan menggunakan rumus tetapi tidak tahu asal
muasal rumus tersebut. Kenyataan inilah yang menyebabkan sumber daya
manusia kita ketinggalan jauh dengan sumber daya manusia yang ada di
negara-negara maju. Kita hanya pandai dalam teori tetapi gagal dalam
praktek dan dalam profesionalisme pekerjaan tersebut. Rendahnya
kualitas tenaga kerja terdidik kita juga adalah karena kita terlampau
melihat pada gelar tanpa secara serius membenahi kualitas dari
kemampuan di bidang yang kita tekuni. Sehingga karena hal inilah maka
para tenaga kerja terdidik sulit bersaing dengan tenaga kerja asing
dalam usaha untuk mencari pekerjaan. Jika kita melihat dari sudut
pandang ekonomi, pengangguran tenaga kerja terdidik cenderung
meningkat pada saat masyarakat mengalami proses modernisasi dan
industrialisasi. Dalam proses perubahan itu terjadi pergeseran tenaga
kerja antarsektor, yaitu dari sektor ekonomi subsistem ke sektor
ekonomi renumeratif. Setelah kembali mapan, pengangguran akan
cenderung rendah kembali. Proses industrialisasi tidak hanya terjadi
pada suatu titik waktu akan tetapi merupakan suatu proses yang
berkelanjutan. Pergeseran ekonomi dalam proses industrialisasi tidak
hanya berlangsung dari pertanian ke industri tetapi juga terus terjadi
dari industri berteknologi rendah ke teknologi, dan selanjutnya menuju
industri yang berbasis informasi dan intelektualitas. Pada tahap ini,
lanjutnya, perubahan itu terus berlangsung dari waktu ke waktu yang
mengakibatkan tenaga kerja harus terus-menerus menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan teknologi. Akibatnya pengangguran merupakan
suatu kondisi normal di negara-negara maju yang teknologinya terus
berubah. Masalah pengangguran terdidik di Indonesia, tuturnya, sudah
mulai mencuat sejak sekitar tahun 1980-an saat Indonesia mulai
memasuki era industri. Pada tahun 1970-an pemerintah melakukan
investasi besar-besaran pada sektor-sektor yang berkaitan dengan
kebutuhan dasar, seperti pertanian dan pendidikan dasar. Memasuki
dasawarsa 1980-an, output pendidikan SD dalam jumlah besar telah
mendorong pertumbuhan besar-besaran pada jenjang pendidikan menengah
dan tinggi. Namun masalah pendidikan menjadi dilematis, di satu sisi
pendidikan dianggap sangat lambat mengubah struktur angkatan kerja
terdidik karena angkatan kerja lulusan pendidikan tinggi baru 3,05
persen dari angkatan kerja nasional. Namun di sisi lain, pendidikan
juga dipersalahkan karena mengeluarkan lulusan pendidikan tinggi yang
terlalu banyak sehingga menjadi penganggur. Salah satu penyebab
pengangguran di kalangan lulusan perguruan tinggi adalah karena
kualitas pendidikan tinggi di Indonesia yang masih rendah. Akibatnya
lulusan yang dihasilkanpun kualitasnya rendah sehingga tidak sesuai
dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Pengangguran terdidik dapat
saja dipandang sebagai rendahnya efisiensi eksternal sistem
pendidikan. Namun bila dilihat lebih jauh, dari sisi permintaan tenaga
kerja, pengangguran terdidik dapat dipandang sebagai ketidakmampuan
ekonomi dan pasar kerja dalam menyerap tenaga terdidik yang
munculsecara bersamaan dalam jumlah yang terus berakumulasi. Masalah
Pengangguran dan Inflasi Setelah dalam sepuluh tahun terakhir laju
inflasi nasional mampu dipertahankan di bawah angka sepuluh persen,
namun pada tahun 1997 laju inflasi akhirnya menembus angka dua digit,
yaitu 11,05 persen. Laju inflasi tahun 1997 itu jauh lebih tinggi jika
dibandingkan inflasi 1996 yang 6,47 persen. Hal itu terjadi, di
samping karena kemarau panjang, antara lain juga akibat krisis moneter
yang akhirnya melebar jadi krisis ekonomi. Inflasi bulan Desember 1997
saja tercatat 2,04 persen. Dengan angka inflasi 11,05 persen,
sekaligus menempatkan Indonesia sebagai negara yang memiliki angka
inflasi tertinggi di ASEAN, setidaknya dalam tiga tahun terakhir ini.
Tingginya angka inflasi karena tidak seimbangnya antara permintaan dan
penawaran barang dan jasa. Ini membuktikan tingginya laju inflasi di
negara kita lebih banyak dipengaruhi sektor riil, bukan sektor
moneter. Jika kita mengambil kesimpulan mengenai masalah inflasi di
Indonesia bahwa ternyata laju inflasi tidak semata ditentukan faktor
moneter, tapi juga faktor fisik. Ada empat faktor yang menentukan
tingkat inflasi. Pertama, uang yang beredar baik uang tunai maupun
giro. Kedua, perbandingan antara sektor moneter dan fisik barang yang
tersedia. Ketiga, tingkat suku bunga bank juga ikut mempengaruhi laju
inflasi. Suku bunga di Indonesia termasuk lebih tinggi dibandingkan
negara di kawasan Asia. Keempat, tingkat inflasi ditentukan faktor
fisik prasarana. Melonjaknya inflasipun karena dipicu oleh kebijakan
pemerintah yang menarik subisidi sehingga harga listrik dan BBM
meningkat. Kenaikan BBM ini telah menggenjot tingkat inflasi bulan
Juni 2001 menjadi 1,67 persen.
Dampak ini masih terasa sampai bulan Juli 2001 yang akan memberikan
sumbangan inflasi antara 0,3-1 persen. Efek domino yang ditimbulkan
pun masih menjadi pemicu kenaikan harga lainnya. Diperkirakan inflasi
tahun ini
tembus dua digit. Kebijakan kenaikan harga BBM per 15 Juni 2001,
menjadi pemicu kenaikan harga-harga kebutuhan pokok lainnya. Kenaikan
BBM tersebut cukup memberatkan masyarakat lapisan bawah karena dapat
menimbulkan multiplier effect, mendorong kenaikan harga jenis barang
lainnya yang dalam proses produksi maupun distribusinya menggunakan
BBM. Tingginya angka inflasi selanjutnya akan menurunkan daya beli
masyarakat. Untuk bisa bertahan pada tingkat daya beli seperti
sebelumnya, para pekerja harus mendapatkan gaji paling tidak sebesar
tingkat inflasi. Kalau tidak, rakyat tidak lagi mampu membeli
barang-barang yang diproduksi. Jika barang-barang yang diproduksi
tidak ada yang membeli maka akan banyak perusahaan yang berkurang
keuntungannya. Jika keuntungan perusahaan berkurang maka perusahaan
akan berusaha untuk mereduksi cost sebagai konsekuensi atas
berkurangnya keuntungan perusahaan. Hal inilah yang akan mendorong
perusahaan untuk mengurangi jumlah pekerja/buruhnya dengan mem-PHK
para buruh. Salah satu dari jalan keluar dari krisis ini adalah
menstabilkan rupiah. Membaiknya nilai tukar rupiah tidak hanya
tergantung kepada money suplly dari IMF, tetapi juga investor asing
(global investment society) mengalirkan modalnya masuk ke Indonesia
(capital inflow). Karena hal inilah maka pengendalian laju inflasi
adalah penting dalam rangka mengendalikan pengangguran.


3. Masalah Sosial Pendidikan :

Dari satu siaran press Institut Pertanian Bogor (IPB) , Profesor Maman
Djauhari (dosen Mathematika, Intitut Teknologi Bandung) mengatakan
dalam salah satu konferensi internasional di IPB bahwa dari sekitar
2500 perguruan tinggi di Indonesia hanya ada 8 perguruan tinggi yang
memiliki Jurusan atau Departemen Statistika, kurang dari satu persen.
Mungkinkah ini salah satu penyebab lemahnya penelitian di Indonesia?
Sebenarnya apa sih yang terjadi, dan mengapa sampai jurusan statistika
kurang diminati? Bagaimana dampak kekurangan minat pada bidang
statistik ini dalam kehidupan masyarakat?
Sudah bukan rahasia lagi bahwa pelajaran Statistik adalah momok bagi
mahasiswa. Tidak hanya di Indonesia di Amerika pun sama saja, sehingga
banyak yang menghindar untuk mengambil matakuliah Statistik kalau
memungkinkan.
Ilmu Statistik itu muncul sebenarnya karena kita semua punya
keterbatasan. Keterbatasan dalam arti waktu, biaya, sumber daya
manusia dll. Selain itu kalaupun kita tidak mempunyai keterbatasan dan
bisa melakukan sensus, ada populasi tertentu yang hampir tidak mungkin
kita hitung rata-ratanya. Contohnya, bagaimana kita menghitung
rata-rata usia orang Indonesia secara tepat. Setiap menit ada yang
lahir dan ada yang meninggal, setiap hari ada yang keluar dan ada yang
masuk ke Indonesia, ada pula yang tidak mau dirinya dihitung dst. Jadi
hampir tidak mungkin kita bisa menghitung rata-rata usia orang
Indonesia secara tepat. Disinilah perlunya statistik. Istilah-istilah
seperti sample, survey, standard error misalnya, semuanya
memperlihatkan bagaimana dengan keterbatasan yang ada kita bisa
melakukan inferenceinference yang tepat pula. Bagaimana memilih alat
ini adalah suatu seni. yang mendekati kebenaran. Jadi kalau dilihat
statistik adalah suatu alat yang kalau digunakan untuk situasi yang
tepat akan menghasilkan
Mungkin ada contoh menarik yang sangat popular di sini, sewaktu ada
mahasisiwa yang mau meneliti mengenai kebiasaan minum minuman keras
dari kalangan mahasiswa secara umum. Mahasiswa tersebut lalu
mengambil samplenya di pintu library kampus Community College di malam
hari. Dia mengambil sample setiap orang yang keluar dari library pada
malam itu. Hasilnya bisa di duga akan sangat bias karena sample yang
diambil hanya dari pengunjung Community College Library, tidak
memasukkan mahasiswa dari regular 4 years College. Karena penelitian
dilakukan di malam hari, kemungkinan besar mahasiswanya berusia lebih
tua dari rata-rata mahasiswa regular dan biasanya sudah mempunyai
pekerjaan tetap. Dan yang paling penting secara umum mahasiswa yang ke
library pada malam hari kecil kemungkinannya adalah juga peminum yang
kuat. Jadi bisa diduga kesimpulan dari survey ini sangat bias karena
sample yang diambil tidak representatif.
Kelemahan di bidang penelitian di Indonesia terlihat pada saat
pemerintah ribut masalah penemuan padi yang sekali tanam bisa panen
tiga kali. Biasanya setelah panen sawah dibersihkan, diolah lagi dan
untuk musim tanam berikutnya ditanam bibit yang baru. Dalam hal padi
yang di temukan ini setelah panen, sawah dibiarkan sehingga bibit baru
tumbuh dari bekas panen sebelumnya. Tujuannya agar petani tidak perlu
membeli bibit lagi. Sebelum di lempar ke masyarakat harusnya
pemerintah tahu kalau sifat penelitian seperti itu adalah repeatable,
dalam arti kalau diulang dalam kondisi yang sama akan mengeluarkan
hasil yang sama. Ternyata setelah dipasarkan, ditanam oleh petani
didaerah lain gagal menghasilkan hasil yang sama dengan yang
dijanjikan. Terlihat bahwa pemerintah tidak terlalu perduli dengan
statistik. Jika perduli tentunya sebelum benih dari padi ini dilempar
ke masyarakat, mereka akan melakukan penelitian kembali dengan kondisi
yang berbeda, lokasi yang berbeda dst. Dan apakah akan memberikan
hasil yang sama? Untuk hal ini alangkah baiknya melibatkan orang yang
mengetahui lebih dalam tentang experimental design sehingga design
penelitiannya lebih baik dan hasilnya lebih meyakinkan.










KOMENTAR TERHADAP BUKU MASALAH - MASALAH SOSIAL DI ATAS TADI



Hal-hal yang Tidak di jelaskan adalah :

Kenapa terjadi pelecehan seksual ?

Kalau kepada anak-anak , karena anak –anak tidak di awasi oleh orang tua

Kalau kepada orang dewasa karena pergaulan bebas , pakaian terlalu
minim sehingga
Membuat orang tergoda untuk melakukan pelecehan seksual.

Kekerasan kepada anak :

Seperti apa tindakan orang tua yang sifatnya kekerasan dan seperti
apa tindakan
Orang tua yang sifatnya tidak kekerasan kepada anak.
;

Perselingkuhan terjadi karena rumah tangga tidak harmonis ataupun
terlalu lama
Berjauhan karena tugas pekerjaan.


Masalah kemiskinan karena 2 faktor :
1 kemalasan
2 tidak ada lapangan pekerjaan.
3 apa tindakan pemerinta tehadap orang miskin
Seseorang di segani dan di hormati bukan karena apa yang di perolehnya, Melainkan apa yang telah di berikannya. Tak berhasil bukan karena gagal tapi hanya menunggu waktu yang tepat untuk mencoba lagi menjadi suatu keberhasilan hanya orang gagal yang merasa dirinya selalu berhasil dan tak mau belajar dari kegagalan

BERITA TERKINI

« »
« »
« »
Get this widget

My Blog List

Komentar