31 Maret 2013

Kemuliaan ISA Almasih di QURAN

Kemuliaan ISA Almasih di QURAN


1. Lahir dari perawan (Sura 19:16-34; 3:47).

2. Diberi gelar “Kalimat Allah” (Sura 3:35, 39; 4:171).

3. Merupakan “Tiupan Roh dari Allah” (Sura 4:171; 19:17).

4. Diberi gelar Yang Mulia, Yang Lama dinubuatkan yaitu “Al-Masih” (Sura 4:17).

5. Disebut “seorang anak laki-laki yang suci” (Sura 19:19) dan dengan demikian tak perlu minta pengampunan.

6. Bergantian dengan Allah jadi Pengawas orang (Sura 5:117).

7. Dijadikan oleh Allah “suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami“ (Sura 19:21).

8. Sekarang ini berada di surga (Sura 3:55).

9. Akan kembali dari surga sebagai hakim pada Hari Kiamat (Sura 43:69).

10. Pengikutnya diberikan kedudukan istimewa di atas orang kafir sampai hari kiamat (Sura 3:55)

11. Az Zukrhruf (qs 43 :61 ) Wa innhu la'ilmun lilssaa'ati falaa tamtarunna bihaa waittabi'uuni haadzaa shiraathun mustaqimun : dan sesungguh nya ISA itu benar" memberikan pengetahuan ttg hr kiamat , krn itu jgn lah ragu" ttg hr kiamat itu & ikutilah AKU ,ini jalan yg lurus.

12. Nyawa nabi muhammad ada di tangan DIA ISA putra maryam (hadist mutiara III no 4251)

13. Yesus Adalah Hakim yg adil (hadist shohih muslim -127). YESUS dr ROH ALLAH (Qs :45 -91 & annisa 171).Semua anak manusia sdh tersentuh oleh setan kecuali ISA putra maryam (Hadist shohih buchori jilid III hal 208 ayat 1493)

14. Hanya Pengikut ISA lah di atas orang" kafir hingga hr kiamat (qs 3 : 55 ).Dan bangsa Israel menerima anugrah yg gk di terima umat lain (qs. almaidah : 20). Israel bangsa pilihan ALLAH (qs albaqaroh-47).Allah beserta Israel (qs almaidah :20).Isa almasih adalah yg terkemuka di dunia dan di akhirat (sura ali imran 3 : 45). Isa mengetahui hr kiamat (qs.43:61).

15. Beberapa Ayat Pertentangan Dlm Alquran : Isa bs menciptakan Burung (qs 3:49).Selain alloh tdk ada yg bs menciptakan lalat pun (qs 22:73). Bumi dan langit di ciptakan dlm 8 masa (qs 41:912) sedang ayat (qs 7 : 54,qs 25 :59 )bumi dan langit di ciptakan dlm 6 masa.

16. Isa putra maryam seorang Imam mahdi & hakim yg adil (hadist shohih muslim jilid 1)

20 Maret 2013

Diktat Misi Holistik



Ringkasan  materi ajar ini  digunakan dalam perkuliaan misi holistik di STT SAPPI
Dosen Pengampuh: Adrianus Pasasa, S.T, M.A
Pendahuluan
Misi holistis merupakan tema penting dalam misiologi. Mengapa? Karena selama ini dianggap praktik misi jemaat Kristen tidak bersifat holistis
Misi yang dilakukan gereja selama ini dianggap bersifat fragmentaris, bukan suatu keutuhan. Banyak yang memisahkan dengan tajam pemberitaan Injil dan perbuatan sosial.
Misi dipandang sebagai suatu tindakan utuh yang meliputi baik pemberitaan Injil maupun perbuatan sosial. Keduanya dianggap sama pentingnya
Kata “misi” berasal dari bahasa Latin mitto yang merupakan terjemahan dari kata Yunani apostello, artinya “mengutus”. Secara umum kata misi bisa merujuk pada pengutusan seseorang dengan tujuan khusus, misalnya misi kesenian, misi budaya, dan lain-lain. Dalam konteks kekristenan, misi dipahami dalam arti pengutusan gereja universal ke dalam dunia untuk menjangkau orang-orang kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, khususnya melalui sekelompok pekerja yang disebut misionaris (dimodifikasi dari Harold R. Cook, An Introduction to Christian Mission, 8).

Kata ‘holsitik’ berasal dari kata “whole’ (Inggris) yang artinya : seluruhnya, sepenuhnya.
Kata ‘holistik’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai pengertian “ciri pandangan yang menyatakan bahwa keseluruhan sebagai suatu kesatuan lebih penting dari pada satu-satu bagian dari suatu organisme”. Istilah pelayanan yang holistik saat ini memang banyak digunakan oleh berbagai kalangan untuk menunjukkan bentuk pelayanannya, namun ada juga kelompok orang yang salah mengartikannya.  Sering terjadi salah pengertian mengenai pelayanan holistik adalah anggapan bahwa pelayanan  holistik adalah pelayanan yang berbentuk pelayanan sosial, sehingga akhirnya ada yang mengartikan bahwa pelayanan holistik adalah pelayanan sosial. Pemahaman akan pelayanan yang holistik diungkapkan Herlianto sebagai pelayanan yang mencakup pemberitaan Injil baik secara verbal maupun secara perbuatan dan ditujukan untuk menjangkau manusia seutuhnya pula, yaitu manusia yang terdiri dari tubuh, jiwa dan roh, dan manusia yang mempunyai kaitan–kaitan sosial, budaya, ekonomi, hukum dan politik dengan lingkungannya (Herlianto, Pelayanan Perkotaan. Bandung : Yabina, 1998, hlm 123).

Jika pelayanan holistik dianggap sebagai pelayanan gereja yang menyeluruh maka pelayanan tersebut harus mencakup semua aspek pelayanan yang dilakukan oleh gereja. J.C. Hoekendijk mengatakan bahwa pelayanan holistik yang meliputi unsur-unsur pelayanan : Koinonia (persekutuan), Martyria (kesaksian), dan Diakonia (pelayanan sosial), merupakan hal yang mutlak menggarisi penginjilan dan mendatangkan syalom (damai sejahtera, keselamatan) yang dijanjikan Tuhan (Arie de Kuiper, Misiolog., BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2003, hlm 74) Tomatala tentang hakikat misi yang holistik dimana dapat dijelaskan sebagai “satu yang menyeluruh” yang memiliki kesatuan integral dengan aspek-aspek lengkap yang utuh. Pemberitaan Injil menyentuh aspek pelayanan dasar pada empat dimensi pelayanan yang holistik yaitu : Persekutuan (koinoneo), Pelayanan (diakoneo), Kesaksian (martureo) dan Pemberitaan (kerigma/kerusso) –(Yakob Tomatala, Teologi Misi., YT Leadership Foundation, Jakarta, 2003, hlm 61)

Pelayanan holistik juga seringkali dijadikan alat untuk meredam suatu gejolak dimasyarakat ketika terjadi aksi karena ketidaksukaan masyarakat atas kehadiran orang Kristen, atau juga sebagai alat untuk menenangkan masyarakat ketika terjadi aksi protes terhadap pembangunan gereja. Kelihatannya memang efektif namun sebenarnya kondisinya tetap seperti api dalam sekam yang sewaktu-waktu api tersebut bisa membesar. Ini adalah suatu perbuatan yang kelihatannya baik tetapi bukan dilandasi oleh kasih yang murni, karena seolah-olah seperti ada “udang dibalik batu”. Jika kita melakukan hal tersebut bukankah dapat dikatakan kita melakukan “suap yang terselubung dengan kedok kasih”, apa yang membedakannya dengan tindakan orang-orang non Kristen.

Kebanyakan orang beranggapan dan mempraktekkan pelayanan holitik sebagai bagian dari penginjilan, atau dilakukan dengan tujuan penginjilan dimana akhirnya bisa menjadi “penginjilan terselubung”, padahal seharusnya penginjilan itulah yang justru merupakan bagian dari pelayanan holistik. Kalau kita melayani hanya sebagai “umpan” agar ikan-ikan mau mengigit kail kita, maka secara etis teologia tindakan ini tidak jujur, tidak murni. Yang paling fatal adalah ketika ternyata kita hanya menjadikan dan memperlakukan sesama sebagai “objek” untuk dijaring tanpa adanya rasa kasih. pelayanan holsitik bertujuan pada kesejahteraan manusia seutuhnya, artinya memberitakan Injil yang penuh kepada manusia yang utuh dalam berbagai dimensi, Kejadian 2 : 7 memberi kesaksian yang sangat jelas bahwa manusia adalah debu (adam). Allah menciptakan menjadi tubuh materi dan  Allah amat memperhatikan kebutuhan fisik manusia dengan memberi makanan kepada manusia. Manusia adalah jiwa (psyche) yang mempunyai kebutuhan-kebutuhan kejiwaan. Allah amat memperhatikan kebutuhan kejiwaan manusia, Allah tidak membiarkan manusia kesepian (Kej 2 : 18), manusia diberikan kebebasan (Kej 2 : 16) bahkan dikarunia kepercayaan dan tanggung jawab (Kej 2 : 15). Manusia adalah roh. Allah memberikan nafas hidup, bahkan menghebuskan itu dari nafas hidup Allah sendiri (Kej 2 : 7). Karena itu pelayanan holistik harus memperhatikan semua dimensi ini, yaitu spiritual, psikis dan fisik manusia.

Pelayanan holistik berupaya untuk memulihkan keseimbangan dan kesarasian antara dimensi individualitas dan sosial manusia. Oleh karena itu dalam pelayanan holistik tidak dikenal dikotomi atau pemisahan antara kebutuhan individual dan sosial manusia. Tidak seharusnya ada pertentangan antara “individual gospel” (kaum vertikalis) dan “social gospel” (kaum horisontalis). Oleh karena itu pelayanan holistik seharusnya juga melayani manusia dalam bidang sosial, ekonomi, budaya, politik dan sebagainya. Pelayanan holistik berupaya untuk memulihkan keseimbangan dan kesarasian antara keduanya. Tujuan dari pelayanan holistik bukan hanya untuk kepentingan manusia tetapi kepentingan seluruh lama ciptaan. Manusia memang diberi mandat untuk berkuasa atas alam (Kej 1:26), tetapi manusia juga diberi tugas untuk memelihara alam (Kej 2:15) dan bukan memusnahkannya. Pelayanan holistik tidak boleh hanya “people oriented” tetapi “life oriented”, usaha menjadikan seluruh alam semesta “theatrum gloriae dei” (Calvin)

Pelayanan?
Karena itu kita dapat katakan bahwa pelayanan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk menolong orang lain dalam memenuhi kebutuhan orang tersebut.
Karena itu, “Pelayanan Holistik” artinya pelayanan yang dilakukan secara utuh, yakni pemberitaan Injil yang dapat menjawab kebutuhan manusia secara jasmani dan rohani.
Kalau kita memperhatikan dengan seksama bagian-bagian Alkitab maka kita dapat menemukan bahwa Firman Tuhan menghendaki agar umat Tuhan dapat membangun hubungan yang seimbang yakni antara Allah (hubungan vertikal) dan sesama (horizontal).  
Sehingga implikasi praktis dari kehidupan rohani yang baik adalah peduli terhadap sesamanya yang dapat ditunjukkan melalui tindakan kasih atau menjawab kebutuhan secara jasmaniah orang-orang yang berada di sekitar kita.
Hukum-hukum itu dibagi dalam dua bagian yaitu:
      hukum 1-4 mengatur hubungan antara manusia dengan Allah dan
      hukum 5-10 mengatur hubungan manusia dengan sesamanya.
Apa yang Yesus lakukan dalam pelayanan-Nya?
Hal yang pertama yang IA lakukan adalah selalu berhubungan dengan Bapa-Nya tetapi di sisi yang lain kehidupan Yesus sangat solider dengan orang-orang yang berada di sekitanya, salah satunya adalah dengan memenuhi kebutuhan mereka secara jasmani.
Pelayanan dewasa ini membutuhkan kreatif-inovatif dari seorang pelayan. Kreatif-inovatif yang dimaksudkan bukan mengubah esensi dari pelayanan itu tetapi menawarkan sesuatu yang dikemas dalam pola yang baru.
Seorang pelayan Tuhan yang kreatif-inovatif tidak saja menyampaikan khotbah tentang memberi atau khotbah tentang persembahan persepuluhan tetapi mencarikan solusi agar jemaat mendapat kehidupan yang layak dalam pengertian memiliki penghasilan.
Seorang Pelayan Tuhan tidak saja menyampaikan hal-hal yang vertikalistis (membangun hubungan dengan Allah) tetapi juga memberikan jawaban terhadap persoalan-persoalan jasmaniah yang dihadapi jemaat (horisontalistis).

Diskusikan:
Pemikiran strategis untuk ‘Pelayanan Holistik’ kepada Jemaat?

Pemikiran ini bervariasi, terletak pada masing-masing sumber daya yang tersedia. Artinya tidak semua tempat memiliki strategi yang sama.
Gereja menyediakan sumber daya untuk dapat dikelola oleh jemaat sendiri.
Gereja melatih tenaga untuk dapat mengelola sumber daya tersebut. Prioritas dari pelatihan adalah untuk penjangkauan jiwa-jiwa (menolong jiwa-jiwa dalam hubungan vertikal dengan Tuhan). Tenaga-tenaga tersebut juga trampil mengelola sumber daya yang dimiliki oleh gereja.
Profit dari setiap usaha dapat dikelola oleh departemen khusus yang juga memiliki paradigma penjangkauan secara holistik
Sulit memang pemikiran ini dapat diterapkan dalam pelayanan dan kemungkinan juga mengalami tantangan.
untuk memulai sesuatu yang baru apa lagi orang tidak terbiasa dengan sistem pelayanan seperti ini pastilah mengalami kendala.
Pemberitaan Injil membutuhkan dana dan terkadang orang tidak mau melakukannya karena kekurangan dana tersebut.


Pelayanan holistik dalam Perjanjian Lama
Jika dicermati maka pelayanan holistik sebetulnya mempunyai maksud untuk menghadirkan Shalom kedalam dunia ini.

Shalom?
Arti dasar shalom adalah kesejahteraan Rohani dan jasmani, namun juga diekspresikan dalam lingkup politik dan militer. Shalom adalah sebuah konsep sosial yang lebih melihat kemakmuran untuk kelompok daripada untuk individu atau yang melihat kesejahteraan sebuah komunitas atau sebuah bangsa lebih utama dari seseorang
Kepekaan Yesus adalah terhadap apa yang dibutuhkan oleh manusia (real need) dan bukan apa yang diinginkan manusia (feel need).
Yesus amat peka terhadap kebutuhan holistik manusia. Kesejahteraan yang tercipta adalah kesejahteraan dalam arti yang luas. Kesejahteraan bisa berarti kecukupan dalam kelebihan, bisa berarti dalam keadaan aman atau bisa dalam arti kesehatan. Shalom menggambarkan
kesejahteraan secara umum, kondisi yang memuaskan, kesejahteraan baik jasmani maupun rohani Jadi shalom adalah hal yang holistik, ia mencakup baik kesejahteraan jasmani maupun rohani. Shalom juga berbicara mengenai keadaan yang harmonis yaitu keutuhandalam hubungan. Hubungan yang harmonis tersebut dapat terjadi antara Allah dengan individu “Cintailah Tuhan Allahmu dengan sepenuh hatimu” (Ulangan 6:5) merupakan kunci adanya hubungan yang harmonis dengan Allah yang mendatangkan shalom.

Hubungan yang harmonis dalam hubungannya dengan shalom adalah juga kehidupan yang harmonis dengan diri sendiri, artinya bahwa manusia harus hidup berdamai dengan dirinya sendiri. Segala kepahitan hati dan dendam akan menyebabkan kehidupan yang tidak harmonis,
yang pada akhirnya juga akan mengganggu hubungan yang harmonis dengan Tuhan dan sesama masyarakat Jadi dapat disimpulkan bahwa shalom adalah tema sentral dalam Perjanjian Lama yang mencakup tiga hal yaitu: keutuhan, kesejahteraan dan harmonis. Shalom merupakan konsep holistik bagi Israel. Tidak ada dikotomi antar yang sakral maupun profan (diluar agama). Dalam kesejahteraan, shalom meliputi rohani dan jasmani dan juga hubungan yang harmonis antara Allah, manusia dan alam Dalam Perjanjian Lama ada banyak tokoh yang memperlihatkan pelayanan yang holistik dalam rangka menghadirkan shalom ditengah-tengah masyarakat dan secara khusus pada bangsa Israel. Allah memilih mereka untuk dipakai dalam memelihara umat-Nya secara menyeluruh.

Diskusikan: Tokoh-tokoh PL yang melakukan pelayanan Holistik
Yusuf memperlihatkan pelayanan seutuhnya dengan memenuhi kebutuhan pangan seluruh rakyat negeri itu, negeri lainnya dan seluruh keluarganya. Yusuf mendatangkan shalom, rasa aman darikelaparan. Tidak ada yang kelaparan dan semua orang mengalami rasa damai sejahtera. Kebutuhan jasmani terpenuhi sampai masa kelaparan berlalu. Yusuf bukan saja memelihara jasmani baik orang Mesir maupun keluarganya, dia pun mengajarkan dan menyampaikan bahwa tanpa mereka berserah kepada Allah pada masa kelaparan dan tanpa campur tangan Allah maka kebutuhan jasmani mereka tidak
Terpenuhi

Diskusikan:
Bagaimana dengan Musa, para Nabi?

Pelayanan holistik dalam Perjanjian Baru
Yohanes 6:1-15, setelah Yesus memberi makan secara rohani kepada orang-orang yang haus akan Firman Tuhan maka Yesus memberikan makanan jasmani berupa roti dan ikan kepada lebih dari lima ribu orang. Kisah ini membuktikan bahwa Yesus melakukan pelayanan yang holistik dan kalau kita benar-benar mau mengikuti teladan kepelayanan Yesus, maka tidaklah cukup kita hanya memperhatikan orang yang lapar rohani saja.
Tidak cukup kita hanya memberitakan bahwa Yesus adalah air yang hidup (Yohanes 4:10), namun bagaimana kita mewujudkan adanya air yang menjadi salah satu kebutuhan utama fisik manusia, ditengah-tengah masyarakat yang hidup dalam kekeringan dan berbagai penyakit akibat kekurangan air bersih. Bukan hanya melayani roh manusia, Yesus juga memperhatikan jiwa manusia. Yesus membebaskan dan memulihkan jiwa dari orang gila di Gerasa yang dipengaruhi oleh kuasa setan (Matius 8:28-34; Markus
5:1-18; Lukas 8:26-37). Yesus membebaskan orang tersebut dari kuasa setan sehingga ia menjadi waras dan dapat memberitakan peristiwa tersebut kepada banyak orang (Lukas 8:39).

Yesus membebaskan orang tersebut dari kuasa setan sehingga ia menjadi waras dan dapat memberitakan peristiwa tersebut kepada banyak orang (Lukas 8:39).
“salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini” seperti yang terdapat dalam Matius 25:31-46. Rasul-rasul Dalam pekerjaan pelayanannya, rasul-rasul memperlihatkan pelayanan yang holistik. Mereka melakukan pemberitaan Injil (marturia) dengan berani karena mereka dipenuhi oleh Roh Kudus (Kisah 4:31) dan mereka menyembuhkan orang-orang yang sakit danorang-orang yang diganggu roh jahat dan mereka disembuhkan( kisah 5:15-16) .
Mereka juga bertekun dalam pengajaran rasul-rasul, dalam persekutan (koinonia) dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa (Kisah 2:41-42). Bentuk nyata dan tertinggi dari persekutuan mereka adalah ketika mereka yang menjadi percaya menganggap bahwa segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama. Juga ada dari mereka yang selalu menjual harta miliknya lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing (Kisah 2:44-45; 4:32-37). Secara khusus para rasul menunjuk tujuh orang yang terkenal baik dan yang penuh roh dan hikmat untuk melayani orang miskin (Kisah 6:3). Para rasul menganggap penting untuk memperhatikan dan
melayani orang miskin (diakonia) karena ternyata pelayanan terhadap orang miskin adalah suatu hal penting. Mereka merasa tidak puas karena mereka telah melalaikan Firman Allah untuk melayani meja (Kisah 6:2).

Pelayanan Kristen tidak dapat lain harus merupakan pelayanan yang holitik karena hal ini bertolak dari teladan Sang Pelayan Agung, Yesus Kristus, Allah yang telah menjadi manusia yang penuh (100 persen Allah, 100 persen manusia). Yesus adalah teladan dari manusia yang holistik
Yesus Kristus yang adalah Tuhan kita telah melakukan pelayanan yang holistik, maka mau tidak mau kita yang menyebut diri anak-anak Allah dan pelayan Tuhan, harus juga berbuat yang sama yaitu melakukan pelayanan yang holistic

Diskusikan:
Bagaimana dengan tokoh2 lainnya dalam PB?


Gereja dan Misi Holistik
Gairah ibadah dalam gereja harus dibawa keluar gereja. Kesalehan personal harus kita lanjutkan dengan kesalehan sosial. Beringas di dalam ruang ibadah, tekun di dalam bilik doa, namun loyo dan pasif di kancah dunia keseharian merupakan hal yang memalukan.
Apalagi jika anak-anak Tuhan justru egois, menciptakan dan menikmati dunianya sendiri, acuh terhadap sesamanya yang menderita, acuh terhadap bumi kita yang sekarat, itu pemberontakan! Sikap pasif, malas campur tangan terhadap pergumulan dunia adalah tanda tidak peka, tanda egois, tanda Kristen fiktif!  Mengapa?
Karena mandat budaya dan mandat injil adalah titah ilahi, keduanya wajib.
Bersikap pasif, acuh terhadap berbagai permasalahan sosial dunia ini, maka ritual ibadah hanyalah sebuah malpraktek.

Memper-tentangkan dunia roh dengan dunia materi adalah sebuah kesalahan.
Iman yang alkitabiah itu di mana pun dan kapan pun selalu mencegah orang untuk melarikan  DIRI dari keterlibatan dunia sehari-hari. C.S Lewis dalam bukunya The Screwtape Letters menulis: “Tak ada kehidupan rohani yang sejati yang boleh membiarkan seseorang melalaikan tugasnya membuang sampah atau membayar tagihan-tagihannya.”
Kesalehan vertikal dan horisontal adalah buah iman yang bertumbuh secara seimbang dan utuh. Tanda-tanda zaman yang di sajikan media hari ini jelas mengundang misi holistik umat Tuhan.

Diskusikan:
Bumi akan terus sibuk, makin gundul, terus memanas, goncang, longsor, tenggelam, dlsb. Bagaimana respon saudara terhadap keadaan bumi saat ini?

Hambatan Pelayanan Holistik
1.      Pemahaman gereja yang keliru tentang konsep pelayanan yang holistik
Adanya pemahaman gereja-gereja yang melakukan dikotomi dalam pelayanan. Seperti pelayanan sosial dianggap pelayanan yang bersifat duniawi dan pelayanan pemberitaan Injil barulah dikatakan pelayanan rohani.
Atau  pelayanan sosial dalam gereja (diakonia) hanya dianggap sebagai pelengkap saja dan tidak menjadi bagian yang penting dari pelayanan itu sendiri.
Ketidaktahuan ini sebagian disebabkan karena perngaruh dari aliran pietisme yang berkembang di Indonesia pada masa penjajahan Belanda.
Salah satu ciri aliran pietis ini adalah:
      Sikap menjauhkan diri dari dunia
Orang-orang pietisme tidak mau melibatkan diri dengan masalah-masalah dunia, sebab dunia ini dianggap sebagai tempat yang kotor, berlumuran dosa dan tidak bermoral. Tempat-tempat hiburan dan rekreasi selalu dijauhi, perhatian mereka hanya tertuju kepada surga atau dunia di seberang kematian. Orang-orang pietisme cenderung memisahkan diri dari dunia ini karena melihat bahwa dunia ini adalah lembah air mata yang penuh dengan penderitaan. Keadaan ini digambarkan melalui syair lagu-lagu pietisme yang mengatakan bahwa dunia ini lembah air mata dan lebih baik kalau manusia itu pulang ke negeri asalnya.
2.      Gereja lupa memikirkan pelayanan keluar, “gereja tidak mau meninggalkan daerah kenyamanannya”
3.      Gereja tidak berani berkorban “bayar harga”

Diskusikan:
Hambatan-hambatan apa saja yang menjadi penghalang bagi gereja/hamba Tuhan dalam melakukan pelayanan holistik? Solusi apa yang sekiranya dapat dijadikan jawaban bagi hambatan-hambatan tersebut.
Bagaimana menerapkan misi holistik di tengah-tengah kondisi bangsa kita saat ini?
      Bahasa, tidak PD
      Malas mengembangkan diri
      Masih membedakan rohani dan jasmani
      Takut melakukan perubahan
      Ada sikap saling mencurigai
      Tidak berani mengambil resiko
      Tidak ada kerjasama antar gembala dan jemaat, lingkungan, dan masyarakat.
      Tidak peka dengan keadaan
      Sokusi: punya rasa peka, mau melakukan pelayanan holistik, berani mengambil resiko, berani mengubah pola pikir bahwa pelayanan itu adalah bersifat holistik.
      Gereja tidak terbuka dengan program yang baru
      Gereja tidak terbuka terhadap hamba Tuhan
      Solusi: hamba Tuhan peka dengan situasi dan kondisi, dan memulai perubahan dari diri sendiri.
      Tidak ada kemampuan di bidang holistik: solusinya, harus ada pembekalan.
      Kemalasan hamba Tuhan (tidak peduli dengan keadaan jemaat), solusi:  di beri pemahaman akan arti pelayanan
      Egois
      Tidak kreatif
      Malas, tidur terus
      Gengsi
      Tidak mengerti pelayanan holistik
      Solusi: mempelajari pelayanan holistik dan melakukannya.
      Keterbatasan pribadi (pendidikan, pengalaman, egois,  kurang menyatu dengan jemaat)
      Solusi: pembinaan bagi hamba Tuhan tentang pelayanan holistik
      Peraturan gereja yang permanen. Solusi: berani memberi inovasi baru
      Kurangnya pemahaman jemaat terhadap pentingnya pelayanan holistik
      Solusi: pembinaan warga gereja.
      Dana kurang
      Pengalaman kurang
      Malas bergerak/bekerja
      Hamba Tuhan kurang berinteraksi dengan jemaat



STRATEGI PELAYANAN HOLISTIK
Pola pelayanan kita adalah pola pelayanan Kristus. Sebab itu, pertanyaan yang amat penting adalah: bagaimana pola pelayanan Kristus itu? Ini harus jelas, oleh karena inilah pola yang harus kita teladani dalam seluruh pelayanan kita.
(a) Pelayanan Kristus ditentukan oleh titik - acu yang amat fundamental: ketaatan yang sepenuh-penuhnya kepada Allah dan kasih yang sepenuh-penuhnya kepada sesama manusia. Ini adalah batu uji yang amat penting bagi keabsahan pelayanan Kristiani kita, untuk menghindarkan kita dari kecenderungan melayani diri sendiri ('self-service' sudah semakin populer, bukan?) Orientasi pelayanan Kristiani adalah kehendak Allah dan kebutuhan mereka yang kita layani. Bukan kepentingan kita!
(b) Pelayanan Kristus diwujudkan dalam bentuk identifikasi dan solidaritas. (Yoh 1:12; Flp 2:7). Tidak berdiri lebih tinggi (=filantropis) tetapi juga tidak duduk lebih rendah dari yang dilayani, melainkan menempatkan diri sepenuhnya pada tempat mereka yang dilayani. Ikut merasakan apa yang dirasakan oleh mereka yang kita layani. Oleh karena itu pelayanan Kristiani harus disertai dengan respek, simpati, dan empati yang dalam.
(c) Pelayanan Kristus adalah pelayanan yang holistik, artinya pelayanan yang utuh dan menyeluruh. Oleh karena itu pelayanan Kristiani adalah mewujudnyatakan Injil yang utuh bagi manusia yang utuh. Holistik artinya melihat kebutuhan manusia baik kebutuhan-kebutuhan individualnya maupun sosialnya, kebutuhan-kebutuhan fisik, psikis maupun kebutuhan spiritualnya, kebutuhan-kebutuhan sekarang di bumi ini maupun nanti setelah mati, dan sebagainya. Tidak ada yang lain yang lebih merugikan pelaksanaan misi Kristiani kita, daripada dualisme yang memisahkan tubuh dari roh, ilmu dari agama, dan yang natural dari yang supernatural. Dualisme seperti ini, tanpa kita sadari, sebenarnya kita warisi dari modernisme Barat, yang bukan saja tidak alkitabiah tetapi juga tidak cocok dengan 'Weltanschauung' (wawasan atau konsep pandang dunia) kita sebagai orang Timur (baca: Indonesia) yang lebih inklusif dan integralistik. Pada satu pihak, dualisme itu telah membuat kita secara sempit mengidentikkan misi Kristiani dengan penginjilan (dalam arti sempit pula yang hanya mencari jiwa-jiwa yang terhilang dan berusaha menyelamatkan dari kebinasaan kekal), dan dengan demikian menyerahkan pelayanan sepenuhnya kepada badan-badan sekuler dan duniawi. Tentu saja pandangan seperti ini ada benarnya. Injil memang adalah mengenai sorga. Namun ini saja, hanya akan mengajak orang untuk mengikuti Yesus yang jauh, Yesus yang teologis dan abstrak, Yesus yang tidak berjalan di jalan-jalan kehidupan manusia yang nyata, Yesus yang tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan dan kebutuhan-kebutuhan hidup manusia yang nyata. Yesus yang terasing dan tidak mempunyai makna bagi manusia di tengah konteks kehidupan mereka yang nyata. Pada pihak lain, dualisme yang sama membuat sebagian orang Kristen yang lain hanya memusatkan perhatian kepada kebutuhan manusiawi, memberitakan Injil yang menjanjikan makanan, kesehatan, keadilan, pendek kata hidup yang lebih baik di bumi ini. Ini pun tidak salah seluruhnya. Sebab Kristus tidak hanya mati untuk dosa-dosa kita, tetapi juga untuk memperkenalkan datangnya Kerajaan Allah di bumi ini. Yesus adalah Yesus yang berjalan bersama-sama dengan orang-orang biasa, menyembuhkan penyakit mereka, memberi mereka makan, memberitakan keadilan dan kabar baik bagi orang miskin. Benar! Namun bagi saya, ini pun hanya separuh Injil. Misi kita tidak mempunyai artinya bila hanya memperbaiki kehidupan mereka yang sehari-hari, namun tidak menunjukkan kepada mereka jalan kepada kehidupan yang sejati dan pribadi.
Bagaimana sebenarnya hubungan antara keduanya? Ada dua pandangan yang harus tolak:
(a) pandangan yang sama sekali memisahkan antara keduanya. Misalnya: kesaksian diartikan sebagai penginjilan yang bersifat verbal semata-mata, yang tidak perlu diwujudkan dalam tindakan pelayanan yang nyata. Atau sebaliknya, pelayanan yang diartikan sebagai altruisme semata-mata, yang tidak mempunyai hubungan apapun dengan tugas kesaksian kita.
(b) pandangan yang mencampuradukkan keduanya. Misalnya: pelayanan hanya dilihat dan dilaksanakan sebagai 'alat' kesaksian, atau konkretnya sebagai 'pancingan' untuk mengkristenkan orang. Bagi saya bukan 'pelayanan'. Ia tidak tulus, tidak jujur, tidak etis, dan tidak Kristiani. Bukan saja pelayanan yang buruk, tetapi juga kesaksian yang buruk tentang kekristenan kita. Pandangan saya: kita harus membedakan keduanya, tapi tidak boleh memisahkannya. Pelayanan Kristiani bukan 'alat' kesaksian. Pelayanan, adalah wujud dari kesaksian Kristiani kita! Kita melayani, dan dengan itu kita bersaksi. Kita bersaksi, dan oleh karena itu kita melayani.

Bagaimana juka dikaitkan dengan kondisi bangsa kita saat ini?
Di situlah kita berada sekarang ini. Tidak ada yang dapat memastikan ke mana perubahan-perubahan itu pada akhirnya akan membawa kita. Pertanyaan kita: bagaimana dalam rangka ketaatan kita kepada Allah, kita dapat menyatakan kasih Kristus seefektif-efektifnya sebagai wujud pelayanan dan kesaksian kita? Tentukan lebih dahulu apa sasaran kita yang utama. Apakah cukup asal sekuritas kepentingan kita sebagai kelompok terjamin? tentu, tidak! Ini adalah egoisme kelompok yang bertentangan dengan semangat dan roh pelayanan Kristiani. Sasaran kita, menurut keyakinan saya adalah bagaimana melalui peran-peran kita yang semaksimal-maksimalnya, kita ikut serta menentukan arah kehidupan bangsa ini. Peran serta itu kita perjuangkan melalui upaya yang sekeras-kerasnya untuk menjadi berkat yang sebesar-besarnya bagi sebanyak mungkin orang, bagi kesejahteraan seluruh bangsa.
·         Perteguh komitmen iman Kristiani kita. Ini akan merupakan kunci paling utama! Komitmen, sekali lagi komitmen!
·         Upayakan agar umat kita menyadari sepenuhnya di dalam situasi apa kita berada sekarang ini, dan apa kemungkinan-kemungkinan akibatnya!
·         Perteguh persekutuan oikoumenis dan konsolidasikan kekuatan kita! Hanya dengan ini kita mampu bersaing !
·         Perkokoh kesadaran dan wawasan kebangsaan kita! Hanya dengan ini kita mampu berperan!
·         Tingkatkan 'daya saing' dengan memanfaatkan semaksimal-maksimalnya 'nilai lebih' kita! Persiapkan kader-kader Kristen yang tangguh!
·         Nyatakan keberpihakan kita kepada rakyat kecil dan komitmen kita mengatasi kesenjangan sosial ekonomi!
·         Bangun jembatan-jembatan, jangan tembok-tembok! Usahakan ini mulai dari setiap warga kita di lingkungan masing-masing. Seberapa mungkin bina kerjasama dengan semua pihak yang seperjuangan dengan kita.
9. Bagaimana aplikasinya?
·         Pembinaan SDM yang mempunyai komitmen iman, patriotisme, dan solidaritas sosial yang tinggi.
·         Bangun daerah-daerah 'Kristen' yang terbelakang melalui kerjasama oikoumenis.
·         Kembangkan proyek-proyek kerjasama untuk rakyat kecil.
10. Catatan: setiap lembaga hendaknya jangan berambisi untuk, melakukan segala sesuatu sendiri. Bangun "net-working system" yang efektif. Dalam kerangka sistem jejaring itu, masing-masing menentukan satu dua wilayah konsentrasi. Yang kedua yang penting juga adalah melaksanakan fungsi kita sebagai 'enabler': memampukan semakin banyak orang untuk melanjutkan dan mengembangkan apa yang kita lakukan. Apakah itu berarti kita tidak perlu memberitakan Injil? Sama sekali tidak! Pemberitaan Injil harus tetap dan terus kita laksanakan, di dalam konteks situasi yang bagaimana pun! Bila saya tidak terlalu menyentuhnya di sini, itu semata-mata adalah karena yang kita bicarakan di sini adalah strategi pelayanan, dan bukan tentang strategi Pi. Mengenai PI ini, yang ingin saya katakan adalah: beritakanlah Injil yang utuh bagi manusia yang utuh! Lakukanlah itu dengan tulus hati, dengan empati, dengan respek, dengan penuh kerendahan hati. Tanpa kepalsuan, tanpa paksaan, tanpa tipu daya! Ikutlah teladan Kristus: tidak dengan 'love to power' tetapi dengan 'power to love.


Seseorang di segani dan di hormati bukan karena apa yang di perolehnya, Melainkan apa yang telah di berikannya. Tak berhasil bukan karena gagal tapi hanya menunggu waktu yang tepat untuk mencoba lagi menjadi suatu keberhasilan hanya orang gagal yang merasa dirinya selalu berhasil dan tak mau belajar dari kegagalan

BERITA TERKINI

« »
« »
« »
Get this widget

My Blog List

Komentar