25 September 2013

Petunjuk Menikmati Hidup dan Pekerjaan Anda | SYAMSER SIMANJUNTAK | Purwakarta

Ada satu buku yang di karang oleh Dale Carnegie dengan judul :
Petunjuk Menikmati Hidup dan Pekerjaan Anda. Banyak pokok - pokok
pikiran penulis yang dapat di bagikan kepada para pembaca. Beberapa
pokok pikiran yang menjadi perhatian saya dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari - hari. Dale Carnegie mengatakan bahwa : kita harus
memberi perhatian yang tulus kepada orang lain, karena orang yang
mengalami kesulitan terbesar dalam hidupnya dan paling menyulitkan
orang-orang lain adalah orang yang tidak mempunyai perhatian pada
orang lain, kegagalan manusia muncul dari orang-orang semacam ini.
Dunia ini memang penuh dengan orang, yang hanya memikirkan
kepentingannya sendiri, maka orang yang mencoba melayani orang lain
dengan melupakan dirinya sendiri dan dapat menempatkan posisinya
seperti orang lain adalah mempunyai kelebihan yang luar biasa. Dale
Carnegie mengatakan jangan mengaduk-aduk sarang lebah, kalau kita
tidak ingin mengambil madu. Sikap suka mengkritik itu berbahaya,
karena melukai kebanggaan orang yang amat berharga, melukai
perasaannya sebagai orang penting, dan menimbulkan sikap sentimen.
Perasaan sentimen yang di timbulkan kritik dapat melumpuhkan semangat
orang lain dan sangat sulit untuk mememperbaiki kembali keadaan yang
dikritik itu. Dale Carnegie menyampaikan kepada para anak muda, bahwa
secara psikologi kita perlu mendorong diri kita setiap hari. Kita
perlu berolah raga setiap pagi, tetapi yang lebih penting dan lebih
kita perlukan adalah olah jiwa setiap pagi agar kita giat bertindak.
Inilah hakekat dari psikologi yang sehat, bahwa hidup kita ditentukan
oleh apa yang kita pikirkan dan profil kehidupan kita persis sama
dengan apa yang kita pikirkan. Dengan berbicara pada diri kita sendiri
tentang hal-hal yang patut kita syukuri, maka kita mengisi benak
dengan pikiran- pikiran yang unggul dan ceria, sehingga kita
berbahagia atas pekerjaan kita, kemudian kita tertarik pada pekerjaan
kita, apapun tantangan yang menghalangi akan dilenyapkan dan dapat
teratasi, dalam jangka waktu yang tidak ditentukan akan mempromosikan
dan meningkatkan penghasilan kita.
Dale Carnegie menyampaikan bagaimana memperoleh kerja sama, memang
betul bahwa setiap orang yakin pada gagasan yang ditemukan sendiri
daripada gagasan orang lain. Kalau demikian, tidak bijaksana
memaksakan pendapat kita kepada orang lain, kemudian tidak bijaksana
pula, kalau kita yang mengajukan usulan, lalu orang lain yang
mengambil kesimpulan dan keputusan. Tidak ada seorang pun yang merasa
senang kalau diberi tahu untuk melakukan sesuatu atau disuruh membeli
sesuatu menurut kemauan orang lain. Kita jauh lebih suka melakukan
sesuatu atau membeli sesuatu atas kemauan sendiri atau bertindak atas
dasar pikiran kita sendiri. Kita suka ditanya apa keinginan, pendapat,
komentar dan harapan kita. Dalam kerja sama kita perlu membiarkan
orang lain menyampaikan apa gagasan mereka dan apa pendapat mereka
atas gagasan itu.
Tanggapan saya terhadap pokok-pokok pikiran Dale Carnegie :
Sangat bermanfaat dalam kehidupan sosiologi, apa yang disampaikan
melalui tulisannya karena menyentuh bagi kehidupan masyarakat dan
masuk untuk semua kalangan. Pertama, saya ambil pokok pikirannya
adalah bahwa kita ada dalam dunia yang majemuk, terdiri dari berbagai
macam agama, bangsa, suku, status ekonomi, pendidikan, kultur yang
berbeda-beda dan banyak lagi kalau disebut satu persatu, dan kita
tidak dapat menghindar dari kemajemukan ini, oleh sebab itu sosiologi
dapat memberikan pemahaman, agar dapat mengerti dan menerima antara
satu dengan yang lain dan saling membutuhkan. Dengan memberi perhatian
kepada orang lain dan tidak memandang status, maka terciptalah
kerukunan dan perdamaian. Orang yang hanya mementingkan dirinya
sendiri atau kelompoknya sendiri, akan menimbulkan perselisihan karena
keegoisan masing-masing dan tidak menerima masyarakat yang lain.
Kedua, saya ambil pokok pikirannya yang mengatakan, bahwa sikap
mengkritik dengan tujuan untuk menjatuhkan orang lain adalah hal yang
sangat berbahaya. Ada banyak orang tidak menyadari, dengan mengkritik
orang lain, sebenarnya sedang mendorong dan mengangkat yang dikritik
itu keatas, sehingga yang mengkritik itu tetap dibawah, karena
seyogianya bahwa orang yang posisinya sedang diatas tidak mungkin
mengkritik bawahannya, yang ada adalah menegur bawahan. Pemikiran Dale
Carnegie sangat bagus bagi saya, dan dapat diterapkan dalam kehidupan
berorganisasi. Ketiga, saya ambil pokok pikirannya yang mengatakan,
bahwa profil kehidupan kita ditentukan dari apa yang kita pikirkan,
agar dapat menumbuhkan semangat dan memotivasi kita, dalam melakukan
pekerjaan kita, karena tanpa kita memiliki semangat dan motivasi maka
bisa kehilangan arah atau tidak menemukan tujuan dari hidup kita.
Kalau kita memikirkan apa yang kita kerjakan, maka itu menunjukkan
kita tertarik dan serius pada pekerjaan kita. Saya sangat setuju bahwa
dalam bertindak harus dipikirkan terlebih dahulu dengan matang, agar
mendapatkan hasil yang maksimal. Keempat, saya mengambil pokok
pikirannya yang mengatakan, bagaimana memperoleh kerja sama. Kerja
sama adalah situasi yang sangat diinginkan semua orang, apalagi dalam
satu kelompok yang terdiri dari berbagai macam orang, karakter yang
berbeda-beda dan pemikiran yang berbeda-beda, perlu kerja sama agar
dapat mencapai tujuan, memang tidak mudah untuk menyatukan hati dan
pikiran, tetapi kalau sudah masuk dalam satu kumpulan, mau atau tidak
mau, suka atau tidak suka, harus bekerja sama dengan orang lain. Saya
menyimak pokok pikiran Dale Carnegie, bahwa jangan memaksa orang lain
agar menyetujui apa yang menjadi, usul dan gagasan kita, dan jangan
hanya dapat mengusulkan tetapi tidak bertanggungjawab atas gagasannya.
Pendapat saya dalam kumpulan atau kelompok, bahwa kerja sama adalah
harga mati dan yang harus dipahami oleh setiap anggota.

Penerapan dalam pelayanan :
Saya sebagai hamba Tuhan dan melayani sidang jemaat Tuhan, bahwa
apa yang dikatakan oleh Dale Carnegie, tentang memberi perhatian
kepada orang lain adalah sebuah kunci yang saya pegang, untuk melayani
jemaat. Tanpa saya memperhatikan jemaat yang Tuhan sudah percayakan,
maka mereka akan kabur, tatapi Puji Tuhan dengan perhatian yang tulus
saya lakukan, baik memberi makan Fiman Tuhan setiap minggu dan
mengajarkan pelajaran Alkitab setiap hari kamis, kemudian mengunjungi
jemaat ke rumah mereka, maka kami terjalin hubungan dan komunikasi
yang baik. Jemaat tetap setia beribadah dan semakin bertambah
jiwa-jiwa, semua oleh karena Anugerah Tuhan dan Kuasa Tuhan yang
berkarya. Perhatian dengan hati yang tulus melayani jemaat adalah
kunci keberhasilan dalam pekerjaan Tuhan. Saya mengalami dalam
merintis pelayanan, pada waktu memulai pelayanan yang hanya dimulai
dengan 2 keluarga dan pelayanan anak-anak belum ada waktu 11 tahun
yang lalu, Puji Tuhan sekarang sudah ada 12 keluarga dan 60 an
anak-anak.
Saya mengalami penerapan dalam pelayanan, jamaat Tuhan saya ajar
dengan Firman Tuhan, agar jangan mau mengkritik orang lain, kecuali
kritik yang membangun, dan Puji Tuhan sampai hari ini jemaat menurut
dan tidak ada pengkritik. Pernah saya sampaikan kepada jemaat bahwa
mengkritik orang adalah sama halnya dengan menghakimi orang lain.
Kalau saya mendengar jemaat lagi ngobrol, dan obrolan yang terlalu
memdalam ngomongin orang lain maka saya nasehati, agar jangan
mengurusi dan ngomongin orang.
Saya melakukan penerapan dalam pelayanan, tentang profil
kehidupan kita ditentukan dari apa yang kita pikirkan. Saya katakan
kepada jemaat : Hati-hatilah dengan pikiranmu, karena hal itu akan
menjadi perkataan. Hati-hatilah dengan perkataanmu, karena hal itu
akan menjadi tindakan. Hati-hatilah dengan tindakanmu, karena hal itu
akan menjadi kebiasaan. Hati-hatilah dengan kebiasaanmu, karena hal
itu akan menjadi karakter. Hati-hatilah dengan karaktermu, karena hal
itu akan menjadi masa depanmu. Ungkapan ini di katakan oleh Joice
Mayer. Sesuai dengan Firman Tuhan dalam filipi 4:8 dan kolose 3:1-4,
maka kita akan mengalami pembaharuan pikiran kalau kita mengisi
pikiran kita dengan kebenaran Firman Tuhan.
Saya melakukan penerapan dalam pelayanan, bagaimana memperoleh
kerja sama. Pengalaman bersama dengan jemaat, bahwa ada yang sudah
kami kerjakan bersama dengan kerja sama, misalnya : pada waktu
merayakan natal, merayakan paskah, merenovasi tempat ibadah, pada saat
ada jemaat yang berduka, dan banyak hal lainnya. Kerja sama sangat
penting dalam kehidupan berjemaat, karena saling membutuhkan satu
dengan yang lain. Oleh karena orang lain membutuhkan kita maka kitapun
membutuhkan orang lain, kebutuhan kita terpenuhi melalui orang lain.
Dalam kehidupan sosiologi, bahwa kita tidak tidak bisa hidup sendiri
tanpa orang lain, kita perlu membangun hubungan dengan banyak orang,
dalam segala segi kehidupan dan lapisan masyarakat. Tuhan Yesus datang
ke dunia ini untuk menyelamatkan semua orang, tidak memandang apa
bangsanya, sukunya, agamanya, negaranya dan apa benuanya, yang jelas
bahwa manusia memerlukan keselamatan dan memerlukan Juru Selamat yaitu
YESUS.
TUHAN YESUS KRISTUS MEMBERKATI

Pelayanan Masyarakat | SYAMSER SIMANJUNTAK | Purwakarta

Pelayanan masyarakat sangat luas dan ada banyak bidang yang
berbeda-beda, sesuai dengan urusan masing-masing dan tempat yang
berbeda pula. Mulai dari lingkungan tempat kita berada sampai sejauh
perjalanan kemana kaki kita melangkah, pelayanan masyarakat tetap ada,
yang ditangani oleh perorangan, kelompok, baik pemerintah diberbagai
instansi, dan juga pihak swasta atau yayasan, yang tidak terhitung
banyaknya.
Saya melakukan salah satu pelayanan masyarakat, yang sangat kecil
atau tidak di pandang orang, tetapi berdampak dan sangat menolong
sebagian kecil masyarakat disekitar saya. Kurang lebih 5 tahun yang
lalu, saya melakukan pengurusan akte kelahiran dan akte perkawinan ke
kantor catatan sipil karawang. Awalnya ada keponakan saya, sudah yatim
piatu dan mau lulus sekolah menengah kejuruan di purwakarta, tetapi
tidak ada surat akte kelahirannya, maka saya mengaurus sendiri,
ternyata tidak sulit asal kita mau mengikuti prosedurnya. Setelah
beberapa bulan kemudian, saya mendengar keluhan para ibu-ibu yang mau
menyekolahkan anak-anaknya masuk sekolah dasar, ternyata ada banyak
keluarga yang sudah punya anak, tetapi belum memiliki akte kelahiran,
karena salah satu persyaratan untuk masuk sekolah dasar harus ada
surat akte kelahiran, ada juga jemaat bahwa anaknya belum ada akte
lahirnya. Dengan senang hati saya melakukan pengurusan secara kolektif
dan bertahap, para orang tua anak-anak sangat senang. Seiring
berjalannya waktu, maka ada orang-orang disekitar perumahan yang
mengetahui, bahwa saya pernah mengurus akte kelahiran, mereka pada
datang dan ternyata ada banyak yang tidak memiliki akte kelahiran,
bukan hanya kalangan orang Kristen saja, tetapi orang Islampun datang
minta tolong. Saya dengan senang hati mau menolong mereka.
Ada banyak masyarakat Indonesia yang tidak mengetahui prosedur
dalam pelayanan masyarakat, sehingga kesan dalam kehidupan masyarakat,
sebagian besar masih merasa takut dalam pengurusan pelayanan publik,
oleh sebab itu masyarakat tidak mau mengurus sendiri, ahirnya tidak
mengerti peraturan hukum dinegeri ini, maka ada orang-orang tertentu
yang nota bene pejabat dalam pelayanan masyarakat dan tahu prosedur,
menyalahgunakan situasi, sehingga menjadi lahan korupsi dan membuat
pembodohan bagi masyarakat. Saya memberitahukan kepada masyarakat,
bahwa prosedur untuk mengurus akte kelahiran dan akte perkawinan,
tidak sulit dan tidak mahal. Pada masyarakat umum, sudah menjadi
suatu budaya di negeri republik Indonesia ini, segala sesuatu apapun
urusannya, diatur oleh uang dan uang yang bicara, yang penting
selesai, tidak mau tahu seperti apa dan bagaimana caranya. Pekerjaan
yang tidak mudah untuk merubah paradigma masyarakat ini.
Sampai tugas makalah ini saya tulis bahwa masih banyak orang
datang minta tolong, untuk mengurus surat akte kelahiran dan akte
perkawinan, saya memberitahukan cara pengurusan dan persyaratan yang
harus di lengkapi, saya mendorong mereka bahwa lebih baik mengurus
sendiri agar mengerti caranya dan mengetahui dimana kantor desa,
kecamatan dan kantor catatan sipil, kemudian mengenal siapa kepala
desanya, ada banyak masyarakat mengetahui nama kepala desanya tetapi
tidak kenal orangnya, karena tidak pernah datang ke kantor desa dan
urusan apapun diserahkan kepada RT atau orang lain. Setelah masuk
tahun 2013, saya tidak pernah lagi mengurus akte kelahiran dan akte
perkawinan, karena mengikuti pekuliahan di sekolah tinggi teologia
cianjur, dan waktunya tidak sempat lagi. Pada waktu saya mengurus
ditahun-tahun yang lalu, saya mengorbankan waktu, tenaga, pikiran dan
bahkan uang, sebab mereka ada yang kurang mampu, memang ada juga yang
mampu, tetapi tidak mengerti dan sayapun tidak meminta bayaran, saya
anggap pelayanan ini sosial, dimana saya sebagai hamba Tuhan dengan
senang hati menolong mereka, dengan apa yang saya bisa dapat lakukan.
Dengan pengurusan akte kelahiran dan akte perkawinan ini, maka saya
dapat berinteraksi dengan banyak orang, dan mengenal lebih banyak
orang, kemudian mengerti sedikit tentang pelayanan publik.
Saya punya prinsip, untuk melakukan pelayanan masyarakat harus
dimulai dari yang terdekat lebih dulu, yaitu lingkungan kita sendiri,
sangatlah kurang tepat bahwa pelayanan masyarakat kita lakukan jauh
dari tempat tinggal kita, sementara keberadaan kita tidak berdampak di
lingkungan tetangga, bisa kita sebut RT/RW, padahal ada begitu banyak
pelayanan masyarakat yang perlu kita lakukan disekitar kita. Sejak
saya tinggal diperumahan, maka yang pertama sekali saya lakukan adalah
kebersihan lingkungan, sampai kedepan rumah tetangga, satu gang dengan
saya ada 26 rumah dan yang berisi hanya 8 rumah, warga hanya mau
mengurusi depan rumah mereka sendiri, bagi saya ini kesempatan yang
sangat baik untuk melakukan pelayanan masyarakat, walaupun lingkup
kecil tetapi berdampak kepada lingkungan sekitar saya, kemudian
kehadiran saya diperumahan dapat diterima oleh masyarakat setempat dan
kami dapat melakukan kegiatan kebaktian. Warga masyarakat sangat
senang karena saya peduli terhadap lingkungan sekitar, terutama
masalah kebersihan sehingga rumput tidak sempat melanda gang tempat
kami tinggal.
Dalam lingkungan RT, saya terlibat bagian pengurus yaitu sebagai
koordinator penagihan iuran warga setiap bulan dan seksi kerohanian
bagi umat Kristen, saya tidak pernah minta untuk ikut dalam pengurus
RT, tetapi dilibatkan oleh ketua RT karena saya mau bersosialisasi
dengan masyarakat, bagi saya hal inipun kesempatan untuk pelayanan
masyarakat, agar semakin dikenal dan diterima oleh masyarakat.
Kegiatan RT pun saya ikut, misalnya ronda pada malam minggu sesuai
dengan jadwal yang sudah ditentukan, rapat RT yang rutin dilakukan
setiap 6 bulan sekali, kemudian acara hari kemerdekaan Republik
Indonesia setiap bulan agustus. Pokok-pokok pikiranpun saya sampaikan
pada waktu rapat RT, karena diberikan kesempatan untuk bicara, sungguh
saya sangat bersyukur kepada Tuhan, semua oleh karena AnugerahNya dan
campur tangan Tuhan.
Saya memikirkan bagaimana agar lingkungan bersih dan indah, ada
pohon-pohon yang tumbuh digang tersebut, pernah saya tanami berbagai
macam pohon, disepanjang gang kurang lebih 75 meter, sebanyak 15 pohon
dan semua mati, ada yang dirusak oleh anak-anak, ada yang dimakan
kambing, tetapi saya tidak menyerah. Pada tahun yang lalu, saya tanami
lagi pohon pucuk merah 11 pohon dan 2 pohon ketapang, 1 pohon pucuk
merah sudah mati dirusak orang. Puji Tuhan kelihatan bagus dan indah,
maka setiap orang yang lewat dari gang itu, selalu bertanya ini pohon
apa? rupanya mereka belum pada tahu dan mereka senang melewati gang
tersebut kerena pohonnya sudah mulai besar dan enak kelihatannya. Saya
sedang mempersiapkan bibit pohon pucuk merah dipolibek
sebanyak-banyaknya, untuk kami bagikan kepada orang-orang yang lewat
dari gang tersebut, jadi siapa yang mau menanam, kami akan berikan
untuk mereka bawa dan tanam di dekat rumahnya, sehingga nantinya
terjadilah penghijaun diperumahan tempat kami tinggal. Kami suami
istri mau melakukan hal ini karena kami senang melayani masyarakat.
Melakukan pelayanan masyarakat adalah pekerjaan yang tidak
mudah, perlu kesediaan hati yang tulus, kesiapan mental yang kuat dan
bahkan membutuhkan dana. Saya dengan beberapa rekan-rekan hamba Tuhan
yang masih dalam perintisan, membentuk satu komunitas, yang bergerak
dalam pelayanan dipenjara dan sudah berjalan kurang lebih 8 tahun,
kami melakukan hanya berdasarkan kepedulian dengan hati yang tergerak
dan terbeban, padahal kami tidak punya sponsor untuk mendanai.
Pelayanan dipenjara bukan mencari uang, justru kami membawa sesuatu
yang menjadi kebutuhaan para napi itu, disamping kebutuhaan rohani
mereka, kami juga memikirkan kebutuhaan jasmani mereka, karena ada
banyak napi tidak pernah dikunjungi oleh keluarganya. Kadang saya
pribadi sedih, kerena sering juga kami tidak bawa apa-apa dan hanya
kebaktian saja, karena tidak cukup untuk membeli kebutuhaan mereka,
tetapi Puji Tuhan mereka juga senang bisa kami layani dalam ibadah.
Sangat menyedihkan bagi saya, ketika saya menyampaikan kepada orang
lain tentang pelayanan ini dan saya berharap mereka memberi sumbangan
dana, karena mereka punya uang, tetapi tidak ada respon sama sekali,
sungguh sangat miris hati saya, apa yang mau dikata memang inilah
tantangan. Kami terus maju, walaupun ada tantangan, yang menjadi
sukacita kami adalah bahwa para napi ada yang mengalami perubahan
hidup.
Pelayanan masyarakat yang sangat luas, dan kita dapat mengambil
bidang apa yang bisa kita kerjakan, menurut kemampuan kita, manusia
sebagai makluk sosial tidak bisa hidup sendiri, tanpa dukungan orang
lain. Dunia yang majemuk ini, diikat dengan berbagai macam perbedaan,
sehingga terjalin persatuan dan kesatuan untuk dapat melangsungkan
kelanjutan kehidupan. Kehadiran gereja Tuhan didalam dunia ini, bahwa
dengan tegas Tuhan Yesus menyatakan dalam matius 5 : 13-16, agar
menjadi garam dunia dan terang dunia. Kita sebagai orang percaya,
memiliki tugas dan tanggungjawab yang harus kita kerjakan, walaupun
ada tantangan dan rintangan, itu tidak menjadi soal atau tidak dapat
menghalangi kita untuk menjadi saksi Kristus. Dengan berbagai macam
cara dan strategi, kita pakai untuk memberitakan Injil sehingga
semakin banyak jiwa-jiwa diselamatkan, salah satu cara adalah kita
pakai ilmu sosiologi. Tuhan Yesus pasti menolong kita, melalui karya
Roh Kudus yang tetap sama dan tidak pernah berubah dahulu, sekarang
dan sampai selama-lamanya.

23 September 2013

PENGINJILAN KONTEKSTUAL TERHADAP SUKU SUNDA | BERNATH HUTAGAOL | BANDUNG

BAB. I

PENDAHULUAN.

Banyak orang beranggapan bahwa mengkomunikasikan injil berarti
mendekati orang yang tidak mereka kenal,lalu mengajaknya
bercakap-cakap dan menyodorkan atau memaksakan Injil kepadanya.

Bersaksi tentang iman kita dan mengkomunikasikan injil kepada sesama
sangatlah penting,karena Allah,menginginkan kita menjadi mitra
kerja-Nya dalam penginjilan dan kita juga sebagai pengikut Kristus
yang disebut orang Kristen perlu bersaksi ,yaitu mengutarakan imannya
melalui kata-kata dan kehidupan kita. Memang sedikit sekali anggota
gereja yang benar-benar mau bersaksi memberitakan injil atau menjadi
penjala jiwa.

Hal ini dikarenakan gambaran yang sumbang tentang penginjilan.Banyak
orang beranggapan bahwa mengkomunikasikan injil berarti mendekati
orang yang tidak mereka kenal,lalu mengajaknya bercakap-cakap dan
menyodorkan atau memaksakan Injil kepadanya.

Kesaksian kita tidak tergantung pada pesona kepribadian kita atau pada
kekuatan kita sendiri.Adanya perasaan takut bersaksi dan adanya
kelemahan-kelemahan pada diri kita justru mendorong kita untuk
dipenuhi Roh Kudus dan bergantung kepada Tuhan Yesus.Ketika kita
menyerah kepada Kristus,kita dilingkupi olehNya.Ia berjanji,"Aku
menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman…Aku sekali-kali
tidak akan meninggalkan engkau ."(Mat.28:20;Ibrani 13:5)

Memberi kesaksian melalui kehidupan kita penting,tetapi kita juga
harus memberi kesaksian melalui kata-kata juga.Perlu ada
keseimbangan.Kesaksian melalui kehidupan atau melalui kata-kata perlu
nyata kedua-duanya.


LATAR BELAKANG
Suku Sunda adalah kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau
Jawa, Indonesia. Dengan istilah Tatar Pasundan yang mencakup wilayah
administrasi provinsi Jawa Barat, Banten, Jakarta, Lampung dan wilayah
barat Jawa Tengah (Banyumasan). Suku Sunda merupakan etnis kedua
terbesar di Indonesia. Sekurang-kurangnya 15,2% penduduk Indonesia
merupakan orang Sunda. Jika Suku Banten dikategorikan sebagai sub suku
Sunda maka 17,8% penduduk Indonesia merupakan orang Sunda. Mayoritas
orang Sunda beragama Islam, akan tetapi ada juga sebagian kecil yang
beragama kristen, Hindu, dan Sunda Wiwitan/Jati Sunda. Agama Sunda
Wiwitan masih bertahan di beberapa komunitas pedesaan suku Sunda,
seperti di Kuningan dan masyarakat suku Baduy di Lebak Banten yang
berkerabat dekat dan dapat dikategorikan sebagai suku Sunda.

Menurut Rouffaer (1905: 16) menyatakan bahwa kata Sunda berasal dari
akar kata sund atau kata suddha dalam bahasa Sansekerta yang mempunyai
pengertian bersinar, terang, berkilau, putih (Williams, 1872: 1128,
Eringa, 1949: 289). Dalam bahasa Jawa Kuno (Kawi) dan bahasa Bali pun
terdapat kata sunda, dengan pengertian: bersih, suci, murni, tak
tercela/bernoda, air, tumpukan, pangkat, waspada (Anandakusuma, 1986:
185-186; Mardiwarsito, 1990: 569-570; Winter, 1928: 219).

Orang Sunda meyakini bahwa memiliki etos atau karakter Kasundaan,
sebagai jalan menuju keutamaan hidup. Karakter Sunda yang dimaksud
adalah cageur (sehat), bageur (baik), bener (benar), singer (mawas
diri), dan pinter (cerdas). Karakter ini telah dijalankan oleh
masyarakat yang bermukim di Jawa bagian barat sejak zaman kerajaan
Kerajaan Salakanagara, Kerajaan Tarumanagara, Kerajaan Sunda-Galuh,
Kerajaan Pajajaran hingga sekarang .

Suku Sunda merupakan suku kedua terbesar di Pulau Jawa. Menurut sensus
tahun 1994 orang Sunda ada sekitar 31 juta jiwa yang tersebar di 20
Kabupaten dan 4 kotamadya di Jawa Barat dan DKI Jakarta..Suku Sunda
adalah kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau
Jawa,Indonesia,dengan istilah Tatar Pasundan .

Sosial Budaya Suku Sunda.

Orang Sunda dikenal memiliki sifat optimistis, ramah, sopan, dan
riang. Orang-orang sunda umumnya hidup bercocok tanam. Kebanyakan
tidak suka merantau atau hidup berpisah dengan orang-orang
sekerabatnya. Hubungan antara manusia dengan sesama manusia dalam
masyarakat Sunda pada dasarnya harus dilandasi oleh sikap "silih asih,
silih asah, dan silih asuh", artinya harus saling mengasihi, saling
mengasah atau mengajari, dan saling mengasuh sehingga tercipta suasana
kehidupan masyarakat yang diwarnai keakraban, kerukunan, kedamaian,
ketentraman, dan kekeluargaan.Adat istiadat mewarnai seluruh sendi
kehidupan orang Sunda. Bahasa.Dalam percakapan sehari-hari, etnis
Sunda banyak menggunakan bahasa Sunda atau bahasa daerah lokal.

Agama Kepercayaan Suku Sunda.

Apa bila diperahatikan dan diselidiki dengan seksama, hampir semua
orang Sunda beragama Islam. Hanya sebagian kecil yang tidak beragama
Islam, Praktek-praktek sinkretisme dan mistik masih dilakukan, seperti
memberi tumbal kepala kerbau atau kambing sebelum mengolah tanah atau
mendirikan bangunan, kebiasaan para nelayan memberi sesajen pada Nyai
Roro Kidul pada hari Kliwon dibulan Maulid, dan lain-lain. Pada
dasarnya seluruh kehidupan orang Sunda ditujukan untuk memelihara
keseimbangan alam semesta.

Keseimbangan magis dipertahankan dengan upacara-upacara adat,
sedangkan keseimbangan sosial dipertahankan dengan kegiatan saling
memberi (gotong royong).Konsekuensinya, meninggalkan agama berarti
melepaskan diri dari/memutuskan diri dari suku bangsa dan adatnya,
dengan demikian juga diputuskan dari hubungan keluarga.

Kesenian Tradisional Suku Sunda.

Dalam kehidupan bermasyarakat sehari hari, Seni tari utama dalam Suku
Sunda adalah tari jaipongan, tari merak, dan tari topeng. Tanah Sunda
(Priangan) dikenal memiliki aneka budaya yang unik dan menarik. Tari
Jaipong ini dibawakan dengan iringan musik yang khas pula, yaitu
degung. Tanah Sunda terkenal dengan kesenian Wayang Golek-nya.

lagu lagu Sunda : Bubuy Bulan Es Lilin Manuk Dadali Tokecang Warung
Pojok Calung adalah alat musik Sunda yang merupakan prototipe dari
angklung yang terbuat dari bambu. Angklung adalah sebuah alat atau
waditra kesenian yang terbuat dari bambu khusus yang ditemukan oleh
Bapak Daeng Sutigna sekitar tahun 1938. Ketika awal penggunaannya
angklung masih sebatas kepentingan kesenian lokal.

Profesi Suku Sunda

Bila diperhatikan sampai kepada masyarakat yang paling dalam mayoritas
masyarakat Sunda berprofesi sebagai petani, dan berladang, ini
disebabkan tanah Sunda yang subur.Selain bertani, masyarakat Sunda
seringkali memilih untuk menjadi pengusaha dan pedagang sebagai mata
pencariannya.


BAB II. ISI

CARA MENGKOMUNIKASIKAN INJIL ( BERITA KESELAMATAN ) KEPADA SUKU SUNDA

Mengerti dan memahami bahasa suku Sunda.

Untuk dapat berkomunikasi dengan masyarakat, maka kita terlebih dahulu
harus mengerti bahasa yang mereka pakai untuk berkomunikasi. Bagaimana
komunikasi kita akan berlangsung dengan lancar,kalau kita tidak
mengerti dan memahami bahasa sunda,karena bahasa sunda sendiri ada
tingkatannya.Berbicara kepada orang yang lebih tua usianya ,maka
bahasa yang akan digunakan bahsa sunda yang lembut,beda dengan ketika
kita bercakap-cakap dengan yang sebaya dengan kita.

Oleh sebab itu kita harus mengkomunikasikan injil kepada mereka harus
menggunakan Alkitab berbahasa sunda,dengan jalan membagikan Alkitab
yang berbahasa sunda kepada mereka.Sehingga mereka mudah untuk
mengerti dan memahami Injil.Menceritakan Injil dengan sabar serta
santun,tentang Tuhan Yesus. Serta dapat juga menceritakan Injil
melalui cerita rakyat yang mungkin ada hubungannya dengan tokoh-tokoh
penyelamat mereka. Tetapi hanya sebagai kontekstualisasi.

Mengadakan pendekatan (bermasyarakat ) terhadapa suku Sunda

Ada beberapa media dan fasilitas yang bisa digunakan dalam
mengkomunikasikan Injil kepada suku sunda,diantaranya: Membangun
hubungan dalam pergaulan,kita harus berbaur dengan mereka,sehingga
kita dapat memberi teladan melalui prilaku kita yang sopan,tutur kata
ramah, dan sikap kita sehingga menjadi kesaksian yang hidup .Dalam
komunikasi dengan mereka kita harus memiliki:

Keterampilan Mendengar Bukan sekedar mendengar dengan telinga tapi
dengan mata juga,kontak mata memang penting,juga mendengar dengan
hati.Bukan hanya mendengarkan kata-kata ,melainkan juga
perasaan,emosi,dan nada dibalik kata-kata tersebut.

Empati Kita harus menyelami keadaan mereka.Bukan berarti kita setuju
dengan mereka,melainkan memahami latar belakang atau sejarah
kehidupannya.Jika mereka memiliki keberatan yang kuat tentang Kristus
atau mempunyai konsep yang keliru,kita harus mengerti apa yang mereka
katakan.

Keterampilan berkata-kata, Kita harus tahu dalam berkata – kata bukan
hanya apa yang kita katakan ,melainkan kapan kita mengatakannya dan
bagaimana kita mengatakannya. Contoh,Rasul Paulus memakai kesaksian
pribadinya.Paulus memiliki tekad yang bulat untuk bersaksi(KIS
17:16),Paulus bersaksi setiap waktu(KIS 17:2)dan kapan saja(KIS
17:16-34)Paulus menciptakan untuk bersaksi melalui kata-kata(KIS 17)

Bahasa Tubuh Bahasa Tubuh sangat penting dan merupakan sarana
komunikasi yang sangat kuat.Ketika kita bersaksi tentang
Injil,hendaknya kita tidak menyalurkan gelagat
kemarahan,ketidaksabaran,cemoohan,ataupun kesan sombong,merasa lebih
baik dari orang lain.

Memberikan pelayanan

Untuk menjangkau masyarakat yang tidak ada biaya untuk pergi
berobat,maka diadakan,penyuluhan kesehatan,lewat hal ini kita dapat
menceritakan Injil keselamatan.

Pendidikan Dengan mendirikan sekolah-sekolah dengan biaya yang sangat
ringan bagi masyarakat yang tidak mampu,melalui hal ini juga dapat
dikomunikasikan tentang Injil kepada mereka(melalui buku cerita
rohani,lagu-lagu rohani anak-anak,dll)

Kesenian Berbagai macam jenis kesenian yang ada di suku sunda,ini
dapat dipakai untuk penginjilan juga,contohnya melalui kesenian
calung,angklung yang memainkan musik rohani serta pementasan wayang
golek dengan mengambil cerita yang berhubungan dengan sikap hidup yang
memuliakan Tuhan.Tarian- tarian yang berbagai jenisnya juga,dapat
dipakai untuk sarana penginjilan.

BAB III .

KESIMPULAN
Dengan demikian ,dapatlah dikatakan bahwa manusia diselamatkan untuk
menjalankan mandat budaya bagi pembebasan segala makhluk,menaklukan
konteks bagi Kristus. Setiap orang diselamatkan untuk melaksanakan
mandat penginjilan dan mandat budaya secara baru dan untuh dalam
konteks hidupnya.

Jadi mengkomunikasikan Injil kepada orang – orang yang ada dalam
budaya Sunda bukan hanya sekedar penyampaian berita saja tetapi, dalam
menyampaikan kesaksian kita , kita bersaksi berarti Allah bekerja
dalam diri kita sementara kita menginjil bersama Allah. Kebenaran yang
paling memerdekakan dalam bersaksi ialah: ketika kita melakukannnya
dengan pimpinan dan penyertaan Roh Allah.

Dalam halini kita harus menyadari bahwa Kita yang ada di sekitar suku
sunda yang masih banyak belum mengenal Yesus, maka lewat paper ini
dapat memotivasi kita untuk dapat mengkomunikasikan Injil kepada
mereka, Sehingga banyak orang yangdiselamatkan dan dimenangkan dan
percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat dalam hidupnya,
terlebih lagi mereka mampu membawa anggota keluarga mereka juga
menjadi percaya.

DAFTAR PUSTAKA :

1. Buku Teologi Kontekstualisasi,Dr.Y.Tomatala,D.Mis.

2. Buku Penginjilan Bersama Allah,Danny Daniels

3. Alkitab. LAI. Jakarta 2005

“PERAN GURU DALAM BIMBINGAN KONSELING” | SLAMET | PURWAKARTA

P R A K A T A

Saya mengucapkan terimakasih kepada narasumber materi sosiologi bapak
Adrianus Pasasa, keluarga, Gembala Sidang GPdI "Yesus Kristus", dan
teman-teman hamba Tuhan yang menginspirasi saya untuk dapat
menyelesaikan tugas ini.

Makalah ini saya tulis dilatar belakangi oleh belum adanya bimbingan
dan konseling anak-anak sekolah tingkat SD, SMP, dan SMA yang
beragama Kristen di Purwakarta ini.

Kiranya tulisan ini saya bermanfaat bagi pembaca, khususnya
teman-teman guru agama Kristen yang mengajar di sekolah di Kapupaten
Purwakarta ini.

Tuhan Yesus memberkati kita sekalian. Amin



BAB I

PENDAHULUAN

Menurut Sertzer dan Stone, bimbingan merupakan proses membantu orang
perorangan untuk memahami dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya.
Sedangkan konseling sendiri berasal dari kata latin "Consilum" yang
berarti "dengan" atau "bersama" dan "mengambil atau "memegang". Maka
dapat dirumuskan sebagai memegang atau mengambil bersama.'

Pada dasarnya guru adalah jabatan profesional yang harus
dipertanggungjawabkan secara profesional pula dan tak kalah penting
kepada Tuhan. Guru adalah jabatan yang memerlukan keahlian khusus.
Sikap, perilaku dan pemikiran seorang guru harus tercermin dalam
idealismenya.



Definisi Bimbingan dan Konseling

A. Definisi Bimbingan menurut Para Ahli sebagai berikut:

Menurut Prayitno dan Erman Amti (2004: 99), bimbingan adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang
atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, atau orang
dewasa; agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan
dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan
sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang
berlaku.

Menurut Arthur J. Jones (1970) mengartikan bimbingan sebagai "The help
given by one person to another in making choices and adjustment and in
solving problems". Pengertian bimbingan yang dikemukakan Arthur ini
amat sederhana yaitu bahwa dalam proses bimbingan ada dua orang yakni
pembimbing dan yang dibimbing, dimana pembimbing membantu si
terbimbing sehingga si terbimbing mampu membuat pilihan-pilihan,
menyesuaikan diri, dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya
(Sofyan S. Willis 2009:11).

B. Definisi Konseling Menurut Para Ahli sebagai berikut :

Menurut Berdnard & Fullmer ,1969, Konseling meliputi pemahaman dan
hubungan individu untuk mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan,motivasi,dan
potensi-potensi yang yang unik dari individu dan membantu individu
yang bersangkutan untuk mengapresiasikan ketige hal tersebut.

Menurut Bimo Walgito (1982:11) menyatakan bahwa konseling adalah
bantuan yang diberikan kepada individhu dalam memecahkan masalah
kehidupanya dengan wawancara, dengan cara yang sesuai dengan keadaan
individhu yang dihadapinya unuk mencapai hidupnya.) dan menyetir (to
steer). Beberapa ahli menyatakan bahwa konseling merupakan inti atau
jantung hati dari kegiatan bimbingan. Ada pula yang menyatakan bahwa
konseling merupakan salah atu jenis layanan bimbingan.

Jadi disini saya simpulkan bahwa pengertian bimbingan dan konseling
yaitu suatu bantuan yang diberikan oleh konselor kepada konseli agar
konseli mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya dan juga mampu
mengembangkan potensi yang dimilikinya se_optimal mungkin secara
mandiri.



BAB II

TUJUAN, ASAS, JENIS, TUGAS, DAN PERAN GURU

A. Tujuan Bimbingan dan Konseling

Dalam hubungan ini pelayanan bimbingan dan konseling diberikan kepada
siswa "dalam rangka upaya agar siswa dapat menemukan pribadi, mengenal
lingkungan, dan merencanakan masa depan". (Prayitno. 1997:23).
Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi, ditujukan agar peserta didik
mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri serta menerimanya
secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih
lanjut. Sebagai manusia yang normal di dalam setiap diri individu
selain memiliki hal-hal yang positif tentu ada yang negatif. Pribadi
yang sehat ialah apabila ia mampu menerima dirinya sebagaimana adanya
dan mampu mewujudkan hal-hal positif sehubungan dengan penerimaan
dirinya itu. Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan ditujukan agar
peserta mengenal lingkungannya secara objektif, baik lingkungan sosial
dan ekonomi, lingkungan budaya yang sangat sarat dengan nliai-nilai
dan norma-norma, maupun lingkungan fisik dan menerima berbagai kondisi
lingkungan itu secara positif dan dinamis pula.

Sedangkan bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan ditujukan
agar peserta didik mampu mempertimbangkan dan mengabil keputusan
tentang masa depan dirinya, baik yang menyangkkut bidang pendidikan,
bidnag karir, maupun bidnag budaya, keluarga dan masyarakat (Prayitno,
1998: 24). Melalui perencanaan masa depan ini individu diharapkan
mampu mawujudkan dirinya sendiri dengan bakat, minat, intelegensi dan
kemungkinan-kemungkinan yang dimilikinya. Dan perlu pula diingat bahwa
diri haruslah sejalan dengan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku
dalam masyarakat. Apabila kemampuan mewujudkan diri ini benar-benar
telah ada pada diri seseorang, maka akan mampu berdiri sendiri sebagai
pribadi yang mandiri, bebas dan mantap.

B. Asas Bimbingan Konseling

Betapa pentingnya asas-asas bimbingan konseling ini sehingga dikatakan
sebagai jiwa dan nafas dari seluruh kehidupan layanan bimbingan dan
konseling. Apabila asas-asas ini tidak dijalankan dengan baik, maka
penyelenggaraan bimbingan dan konseling akan berjalan tersendat-sendat
atau bahkan terhenti sama sekali.

Asas- asas bimbingan dan konseling tersebut adalah :

1. Asas Kerahasiaan (confidential); yaitu asas yang menuntut
dirahasiakannya segenap data dan keterangan peserta didik (klien)
yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangan yang tidak
boleh dan tidak layak diketahui orang lain. Dalam hal ini, guru
pembimbing (konselor) berkewajiban memelihara dan menjaga semua data
dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin,

2. Asas Kesukarelaan; yaitu asas yang menghendaki adanya kesukaan
dan kerelaan peserta didik (klien) mengikuti/ menjalani
layanan/kegiatan yang diperuntukkan baginya. Guru Pembimbing
(konselor) berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan seperti
itu.

3. Asas Keterbukaan; yaitu asas yang menghendaki agar peserta
didik (klien) yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap terbuka
dan tidak berpura-pura, baik dalam memberikan keterangan tentang
dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi
dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Guru pembimbing
(konselor) berkewajiban mengembangkan keterbukaan peserta didik
(klien). Agar peserta didik (klien) mau terbuka, guru pembimbing
(konselor) terlebih dahulu bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.
Asas keterbukaan ini bertalian erat dengan asas kerahasiaan dan dan
kekarelaan.

4. Asas Kegiatan; yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik
(klien) yang menjadi sasaran layanan dapat berpartisipasi aktif di
dalam penyelenggaraan/kegiatan bimbingan. Guru Pembimbing (konselor)
perlu mendorong dan memotivasi peserta didik untuk dapat aktif dalam
setiap layanan/kegiatan yang diberikan kepadanya.

5. Asas Kemandirian; yaitu asas yang menunjukkan pada tujuan umum
bimbingan dan konseling; yaitu peserta didik (klien) sebagai sasaran
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi
individu-individu yang mandiri, dengan ciri-ciri mengenal diri sendiri
dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan, serta
mewujudkan diri sendiri. Guru Pembimbing (konselor) hendaknya mampu
mengarahkan segenap layanan bimbingan dan konseling bagi berkembangnya
kemandirian peserta didik.

6. Asas Kekinian; yaitu asas yang menghendaki agar obyek sasaran
layanan bimbingan dan konseling yakni permasalahan yang dihadapi
peserta didik/klien dalam kondisi sekarang. Kondisi masa lampau dan
masa depan dilihat sebagai dampak dan memiliki keterkaitan dengan apa
yang ada dan diperbuat peserta didik (klien) pada saat sekarang.

7. Asas Kedinamisan; yaitu asas yang menghendaki agar isi layanan
terhadap sasaran layanan (peserta didik/klien) hendaknya selalu
bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan
sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.

8. Asas Keterpaduan; yaitu asas yang menghendaki agar berbagai
layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh
guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis dan
terpadukan. Dalam hal ini, kerja sama dan koordinasi dengan berbagai
pihak yang terkait dengan bimbingan dan konseling menjadi amat penting
dan harus dilaksanakan sebaik-baiknya.

9. Asas Kenormatifan; yaitu asas yang menghendaki agar segenap
layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada
norma-norma, baik norma agama, hukum, peraturan, adat istiadat, ilmu
pengetahuan, dan kebiasaan – kebiasaan yang berlaku. Bahkan lebih
jauh lagi, melalui segenap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling
ini harus dapat meningkatkan kemampuan peserta didik (klien) dalam
memahami, menghayati dan mengamalkan norma-norma tersebut.

10. Asas Keahlian; yaitu asas yang menghendaki agar layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling diselnggarakan atas dasar
kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling lainnya hendaknya tenaga yang
benar-benar ahli dalam bimbingan dan konseling. Profesionalitas guru
pembimbing (konselor) harus terwujud baik dalam penyelenggaraaan
jenis-jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling dan dalam
penegakan kode etik bimbingan dan konseling.

11. Asas Alih Tangan Kasus; yaitu asas yang menghendaki agar
pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan
konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta
didik (klien) kiranya dapat mengalih-tangankan kepada pihak yang lebih
ahli. Guru pembimbing (konselor)dapat menerima alih tangan kasus dari
orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain. Demikian pula, sebaliknya
guru pembimbing (konselor), dapat mengalih-tangankan kasus kepada
pihak yang lebih kompeten, baik yang berada di dalam lembaga sekolah
maupun di luar sekolah.

12. Asas Tut Wuri Handayani; yaitu asas yang menghendaki agar
pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan
suasana mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan,
dan memberikan rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang
seluas-luasnya kepada peserta didik (klien) untuk maju.


C. Jenis Bimbingan dan Konseling

Jenis – jenis bimbingan di bedakan menjadi tiga, yaitu :

1. Bimbingan Pendidikan (Educational Guidance)

Dalam hal ini bantuan yang dapat diberikan kepada anak dalam
bimbingan pendidikan berupa informasi pendidikan, cara belajar yang
efektif, pemilihan jurusan, lanjutan sekolah, mengatasi masalah
belajar, mengambangkan kemampuan dan kesanggupan secara optimal dalam
pendidikan atau membantu agar para siswa dapat sukses dalm belajar dan
mampu menyesuaikan diri terhadap semua tuntutan sekolah.

2. Bimbingan Pribadi

Bimbingan pribadi merupakan batuan yang diberikan kepada siswa
untuk embangun hidup pribadinya, seperti motivasi, persepsi tentang
diri, gaya hidup, perkembangan nilai-nilai moral / agama dan sosial
dalam diri, kemampuan mengerti dan menerima diri orang lain, serta
membantunya untuk memecahkan masalah pribadi yang ditemuinya.
Ketepatan bimbingan ini lebih terfokus pada pengembangan pribadi,
yaitu membantu para siswa sebagai diri untuk belajar mengenal dirinya,
belajar menerima dirinya, dan belajar menerapkan dirinya dalam proses
penyesuaian yang produktif terhadap lingkunganya.

Dalam bimbingan pribadi ini dapat dirinci menjadi pokok-pokok berikut :

a. Pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan
dalam beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME

Pemantapan pemahaman tentang kekuatan diri dan pengembangan untuk
kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif, baik dalam kehidupan
sehari-hari maupun untuk peranya masa depan
Pemantapan pemahaman tentang kelamahan diri dan usaha penanggulanganya.
Pemantapan kemampuan mengambil keputusan.
Pemantapan kemampuan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang
diambilnya.
Pemantapan kemampuan berkomunikasi, baik melalui lisan maupun
tulisan secara efektif
Pemantapan kemampuan menerima dan menyampaikan pendapat serta
berargumentasi secara dinamis, kreatif dan produktif.


D. Tugas Guru Bimbingan dan Konseling

Guru bimbingan dan konseling/konselor memiliki tugas, tanggungjawab,
wewenang dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap
peserta didik. Tugas guru bimbingan dan konseling/konselor berkaitan
dengan pengembangan diri peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan,
potensi, bakat, minat, dan kepribadian peserta didik di sekolah.


Tugas guru bimbingan dan konseling/konselor yaitu membantu peserta didik dalam:

1. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang
membantu peserta didik dalam memahami, menilai bakat dan minat.

2. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang
membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan
kemampuan hubungan sosial dan industrial yang harmonis, dinamis,
berkeadilan dan bermartabat.

3. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang
membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar untuk mengikuti
pendidikan sekolah secara mandiri.

4. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu
peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan
mengambil keputusan karir.


Dalam melakukan proses pembelajaran dikelas maupun membimbing
anak-anak dan siswa guru harus memperhatikan segala aspek psikologi
,perkembangan, ingatan, memori dan pola berpikir anak. Hal ini penting
untuk menumbuhkan kepercayaan dan mengembangkan potensi yang ada pada
siswa atau anak agar anak dan siswa mampu tumbuh dan perkembang sesuai
dengan harapan orang tua, guru dan masyarakat.

Permasalahan yang ada pada anak hendaknya penyelesaiannya melibatkan
komponen orang tua, guru , masyarakat dan konsuler.

Dalam melakukan proses pembelajaran dikelas maupun membimbing
anak-anak dan siswa guru harus memperhatikan segala aspek psikologi
,perkembangan ,ingatan, memori dan pola berpikir anak. Hal ini penting
untuk menumbuhkan kepercayaan dan mengembangkan potensi yang ada pada
siswa atau anak agar anak dan siswa mampu tumbuh dan perkembang sesuai
dengan harapan orang tua,guru dan masyarakat Permasalahan yang ada
pada anak hendaknya penyelesaiannya melibatkan komponen orang tua,
guru , masyarakat dan konsuler.

Orang tua, guru dan masyarakat harusnya memahami bahwa kesuksesan anak
itu bukan hanya mampu mendapatkan nilai yang tinggi tetapi juga mampu
mengembangan nilai spritual (kecerdasan spritual) dan kecerdasan
emosional yang terkadang yang mampu membawa kesuksesan terhadap anak
dalam kehidupan di masyarakat.



E. Peran Guru Kelas dalam Kegiatan Bimbingan Konseling di Sekolah

Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru dalam
kegiatan bimbingan dan konseling (BK), yaitu:
1. Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar
informatif, laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi
kegiatan akademik maupun umum.
2. Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik,
silabus, jadwal pelajaran dan lain-lain.
3. Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan
dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa,
menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga
akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar.
4. Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan
kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
5. Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.
6. Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan
dalam pendidikan dan pengetahuan.
7. Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau
kemudahan dalam proses belajar-mengajar.
8. Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
9. Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi
anak didik dalam bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya,
sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau
tidak.



BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan
konseling ditujukan untuk membimbing dan mengarahkan individu melalui
usahanya sendiri untuk menentukan dan mengembangkan kemampuannya agar
memperoleh kegahagiaan pribadi serta bertujuan agar individu dapat
mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan potensi yang
dimilikinya.

Bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan ditujukan agar peserta
didik mampu mempertimbangkan dan mengambil keputusan tentang masa
depan dirinya, baik yang menyangkkut bidang pendidikan, bidang karir,
bidang budaya, bidang agama, bidang keluarga, dan bidang
kemasyarakatan.

Keberhasilan setiap individu (peserta didik) dalam menemukan
pribadinya, mengenal lingkungan, memperoleh kebahagiaan pribadi dan
kemanfaatan sosial, maka diperlukan seinergitas dari peserta didik
itu sendiri, guru/konselor, dan orang tua peserta didik.



DAFTAR PUSTAKA


Depdiknas. 2009. Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru dan Pengawas: Jakarta,

buku: DASAR – DASAR KONSELING tinjauan teori dan praktek

Penulis: Drs. Abu Bakar M Luddin, M.Pd., Ph.D



Purwakarta, 12 September 2013

“HIDUP DI ATAS GELOMBANG” | SLAMET | PURWAKARTA

P R A K A T A

Laporan buku tentang "HIDUP DI ATAS GELOMBANG" ini ditulis dalam
rangka memenuhi tugas penelitian literature dalam mata kuliah
'Sosiologi'.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Adrianus Pasasa selaku
narasumber materi Sosiologi, keluarga, gembala, serta rekan-rekan
seangkatan yang menginspirasi saya untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah ini.

Judul buku "HIDUP DI ATAS GELOMBANG" adalah buku yang di tulis oleh
Romo Markus Tukiman SCJ yang bertugas di daerah Pasang Surut,
Keuskupang Agung Palembang.

Penulis menuangkan pengalamannya dalam melayani di daerah terpencil
dengan prasarana angkutan sungai dan hanya dengan menggunakan speed
boat sebagai sarana transportasi yang bisa digunakan.

Dalam pelayanan tersebut tergambar dengan jelas suatu pelayanan yang
penuh dengan suka duka dengan kondisi geografis dan prasarana yang
tidak dapat diprediksi apakah pelayanan tersebut dapat berjalan sesuai
rencana atau tidak.


BAB I

PENDAHULUAN

Pengalaman beliau saya rangkum dalam bab-bab berikut ini:

Pertengahan bulan Juni tahun 2004, untuk pertama kali Romo Markus
Tukiman SCJ – selanjutnya saya sebut saja dengan inisial Roma MT –
menginjakkan kakinya di daerah Pasang Surut. Tepatnya di Paroki Allah
Mahamurah, desar Purwodadi, Jalur 20, Jembatan dua, Air Sugihan,
Sumatera selatan. Perjalanan ini tidak bisa ditempuh dengan kendaraan
darat, tetapi harus ditempuh melalui jalan air, dengan menggunakan
kendaraan "speed boat".

Dari bawah jembatan Ampera, kota Palembang speed boat menyusuri sungai
Musi menuju daerah sebagaimana tersebut di atas. Dalam perjalanan yang
memacu adrenalin karena baru pertama kali naik speed boat dan akhinya
setelah dua jam maka sampailah ia ke daerah yang dituju.

Dengan perasaan lega dan mengucap syukur kepada Tuhan Romo MT sampai
disambut oleh konfraternya dan beberapa suster Charitas yang sudah
menunggu di dermaga.



BAB II

PENGALAMAN PERJALAN DAN PELAYANAN

Dalam pengalaman pelayanan tersebut Romo MT dapat belajar dari sopir
speed boat, dari alam – sungai dengan segala karaternya – dari
pelayanan, dari kahidupan bermasyarakat.

Berikut pengalaman tersebut:

1. Belajar dari sopir speed boat; dalam perjalanan Romo MT
dengan speed boat dan mengarungi sungai maka dapat ditarik pelajaran
bahwa seorang sopir speed boat harus tahu jenis-jenis gelombang, arus
sungai – ada saatnya sungai surut atau pasang – di mana speed boat
harus melawan atau mengikuti arus maupun gelombang.

Jadi Sopir harus tahu dan mengerti karakter arus maupun gelombang
sehingga mampu mengambil arah untuk speed boatnya agar tidak terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan, semisal speed boat terbalik, rusak
maupun kandas karena pasang surut, juga adanya kotoran atau kayu yang
terbawa hanyut oleh arus air.

2. Belajar dari alam; dalam perjalanan menyusuri sungai Romo
MT dapat mengenal beberapa gelombang sungai, yaitu: gelombang pasang
yang disebabkan atau ditimbulkan oleh air pasang naik.

Ada gelombang surut, gelombang ini ditimbulkan oleh air pasang surut.
Pasang naik jika air mengalir dari muara ke hulu sungai, sedangkan
pasang surut jika air mengalir dari hulu menuju ke muara sungai dan
akhirnya ke laut.

Selain gelombang pasang naik dan gelombang pasang surut juga ada
gelombang yang disebabkan oleh kapal atau speed boat yang lewat – yang
searah yang mendahului atau pun berlawanan arah. Cirri gelombang ini
berirama, kadang besar dan tingginya bisa mencapai 2 meter. Gelombang
ini tidak berbahaya bahkan mengasikan jika sopir sudah berpengalaman
dengan gelombang ini.

Ada jenis gelombang yang berbahaya yang disebabkan oleh angin.
Gelombang yang disebabkan angin ini bisa datang dari depan, dari
belakang, dari samping searah datangnya angin tersebut.

3. Belajar dari pelayanan; dalam pelayanan Romo MT menyusun
rencana dengan hari, waktu, dan desa yang akan dilayani. Namun
ternyata untuk daerah Pasang Surut, bukan rencana yang menentukan,
tetapi bergantung pasang surutnya air sungai; sehingga betapa baiknya
rencana yang dibuat dalam pelaksanaannya bisa gagal total.

Dan begita juga tentang keberadaan umat Katolik/Kristen yang sering
dikucilkan, padahal sebagai manusia tidak bisa hidup sendiri dan harus
bermasyarakat. Ketika ada jemaat yang sakit yang disebabkan kalainan
pada levernya yang memerlukan pengobatan dengan waktu yang lama dan
harus berobat jalan. Karena sudah berbulan-bulan penyakit tidak sembuh
maka jemaat yang sakit ini diobati oleh "orang pintar". Menurut orang
pintar ini, sakit yang dialaminya dikarenakan guna-guna, dan orang
pintar ini sanggup menyembuhkan penyakitnya bila ia dan keluarganya
pindah agama separti agama yang dianut orang pintar ini. Dan Jemaat
yang sakit ini pun pada akhirnya pindah keyakinan atau agama.

Kejadian ini membuat prihatin, dan membuat Romo MT merasa gagal dalam
mendampingi umat dalam menemukan iman sejati dalam diri Yesus
Kristus.Namun keprihatinan dan merasa gagal tersebut tidak membuat
Romo MT, patah semangat, karena Ia telah berbuat semaksimal mungkin
dari apa yang bisa diperbuat – keterbatasan prasarana medis, dokter,
rumah sakit, dan kondisi medan.

4. Dari kehidupan bermasyarakat; Indahnya kebersamaan dalam
hidup bermasyarakat juga dialami oleh Romo MT. Salah satu tradisi
masyarakat Pasang Surut yakni memperingati tanggal satu suro
bersama-sama. Satu suro adalah tahun baru yang didasarkan pada
penanggalan Jawa.

Dalam perkembangannya tradisi ini dimasuki beberapa nilai keagamaan,
sehingga terjadi inkulturasi kebudayaan dalam sebuah agama. Hal yang
menarik dalam pelaksanaannya adalah mengundang semua orang dengan
latar belakang beragama Islam, Katolik, dan Kristen. Masing-masing
orang membawa makanan kemudian dikumpulkan untuk dimakan bersama-sama
pada waktunya.

Pada acara suronan ini yang paling berkesan adalah diadakannya doa
bersama yang melibatkan keberagaman agama, yaitu Islam, Katolik, dan
Kristen. Doa diadakan dakam dua agama secara bergantian, biasanya
dibawakan secara Muslim dan Katolik. Ketika doa dibawakan secara
Katolik, saudara yang beragama lain ikut dalam keheningan dan
ketenangan. Demikian juga ketika doa dibawakan secara Muslim, orang
yang beragama Katolik dan Kristen mengikuti secara khusuk.

Keberterimaan orang Muslim terhadap orang Kristen dan orang Katolik
tidak terlepas dari usaha para Pastur dan Pendeta dalam kegiatan
bermasayakat dengan apa yang dinamakan "gotong royong" dalam membangun
sarana dan prasarana yang ada di daerah di mana masyarakat tinggal.



BAB III

TANGGAPAN

Dari apa yang menjadi pengalaman Romo MT tersebut dapat disimpulkan
bahwa dalam pelayanan kepada jemaat kita tidak boleh menolak di
manapun kita ditempatkan – kondisi tempat dalam segala kondisi,
sarana, dan prasarana – sehingga kita tidak merasa kecewa.

Dalam pelayanan kita juga tidak bisa sepenuhnya mencegah umat yang
kita layani berpindah keyakinan, karena pengaruh situasi dan kondisi
yang ada, namun kita hanya bisa berusaha secara optimal dari yang
dapat kita lakukan, dan menyerahkan semua apa yang telah kita lakukan
kepada Tuhan.

Agar kita diakui dan dianggap sebagai suatu intentitas dari suatu
masyarakat maka kita harus dapat menyesuaikan diri dengan budaya
setempat yang tidak melarutkan keyakinan kita sendiri.



BAB IV

PENERAPAN DALAM PELAYANAN

Kita sebagai Gereja – organnya, gembala, pelayan mimbar, dan
jawatan-jawatan lain – perlu meneladani apa yang telah dilakukan oleh
Romo MT, sehingga kita tahu persis startegi dalam membawa hati
masyarakat bersimpati kepada kita yang pada akhirnya kita bisa
menyampaikan – langsung atau tidak langsung – Injil kepada orang yang
belum mengenal Injil melalui suatu kegiatan yang bersifat
kemasyarakatan, kedaerahan, nasional maupun yang bersifat keagamaan.

Adapun cara atau strategi yang kita lakukan seperti halnya sopir speed
boat yang harus belajar mengetahui sifat arus dan gelombang air sungai
pasang naik dan pasang surut, sehingga dapat menempuh
gelombang-gelombang tersebut dengan berhasil. Demikian pula dalam
pelayanan kita harus tahu karakteristik, budaya atau adat istiadat
daerah di mana kita melayani, sehingga kita dapat beradaptasi, namun
tidak larut dalam budaya itu.

Namum adakalanya juga kita hrus relaistis bila terjadi kegagalan yang
tidak bisa kita capai dikarenakan situasi dan kondisi di luar pikiran
dan kasanggupan kita.


Purwakarta, 12 September 2013



PUSTAKA:

"HIDUP DI ATAS GELOMBANG" Oleh: MARKUS TUKIMAN SCJ

PENERBIT: CHARISSA PUBLISER

22 September 2013

Anak-anak dan Remaja dengan ‘Gadget’nya : Tanamkan Iman Sejak Dini | YOSUA | BANDUNG

By Christie Damayanti ... KOMPASIANA.COM

POKOK PIKIRAN

Hampir semua orang hanya melihat satu sisi saja dari kemajuan
teknologi. Jika orang itu berjaya dengan kehidupannya, dan dia
termasuk mau dan ingin tahu dengan gadget dan dunia maya, dia akan
menganggap gadget dan dunia maya merupakan 'sahabat'nya. Tetapi jika
seseorang pernah tersakiti di dunia maya, atau dia tidak mau ambil
bagian dengan kemajuan teknologi, dia akan menganggap bahwa gadget dan
dunia maya hanya membawa masalah dan bencana.

Anak-anak adalah miniatur orang dewasa dan pemikirannya masih sangat
antusias terhadap semua masalah. Dia tidak berpikir tentang bahaya.
Dia tidak berpikir tentang keinginan yang aneh-aneh dan dia tidak
pernah berpikir tentang hukum. Dia akan terus bertanya, bertanya dan
bertanya lagi. Dunia sangat membuat antusias untuk terus bertanya dan
kadang-kadang mencari jawabannya sendiri ketika dia tidak puas dengan
jawaban yang tidak dipahami.

Ketika anak-anak bertanya tentang gadget dan dunia maya, tidak semua
orang tua mampu menjawabnya. Perkembangan dunia anak terhadap gadget
ternyata luar biasa. Dengan sedikit belajar dan melihat dari orang
lain , serta mengutak atik perangkat gadget secara cepat mereka mampu
mempergunakan . Dengan kemajuan ini banyak anak –anak yang menginjak
remaja menyisihkan uang jajan yang biasa di gunakan untuk jajan
makanan di alihkan guna membeli pulsa untuk membeli paket internet.
Ketakutan terhadap pengaruh dunia maya harus di hadapi dengan arif
melalui keterbukaan sesama anggota keluarga termasuk hubungan
teknologi bersama.

Kesenangan terhadap hobi tertentu dapat di padukan dengan teknologi,
misalnya seorang anak yang senang terhadap alat musik , mereka dapat
menggunakan media tekhnologi untukk menolong mencari cord apabila di
butuhkan bahkan untuk informasi yang baru. Orang tua harus terbuka dan
mau untuk masuk kedalam dunia remaja untuk membimbing.

Orang tua harus mampu menanamkan iman dan budi pekerti kepada anak
sejak awal , dengan demikian ada keyakinan apabila diberikan dengan
porsi yang benar maka ketakutan akan pengaruh buruk gadget terhadap
masa depan tidak akan terjadiSebagai remaja, dia pasti tetap berada
pada keingin-tahuan yang besar terhadap segala sesuatu yang
berhubungan dengan hobinya. Itu wajar dan manusiawi. Tetapi, jika kita
tidak peduli dengan keingin-tahuannya yang besar dan kita 'melepaskan'
anak kita di 'hutan belantara' dunia maya yang penuh onak duri, itu
sama saja bunuh diri dan tidak peduli akan masa depannya.

TANGGAPAN

Pada usia anak-anak merupakan masa seseorang membutuhkan
ketergantungan kepada orang tua , kebutuhan sosial yang paling dasar
yaitu untuk memenuhi kebutUhan hidupnya yang bergantung kepada orang
lain. Usia ini pula sangat rentan terhadap pengaruh dunia luar yang
ada disekitarnya. Proses sosial yang timbul adalah proses sosial
karena faktor IMITASI; dimana seorang anak akan meniru gaya orang lain
baik dalam bersikap, berperilaku dan berpenampilan. Pada tahap usia
ini di butuhkan sunguh-sungguh perhatian dari yang bersangkutan untuk
menjaga kontak sosial supaya apa yang dialami oleh anak – anak tidak
berdampak buruk di kemudian hari.

Dalam tingkat usia remaja banyak persoalan yang timbul baik dari dalam
karena pertumbuhan tubuh yang di barengai dengan perubahan –perubahan
hormonal akan berdampak kepada masalh sosial remaja. Pada usia remaja
, mereka akan mencari jati diri , mencari hubungan sosial yang
menurutnya paling tepat, mereka akan terus mencari sampai mendapat
yang paling tepat menurut pandangannya.

Mereka akan mengalami banyak praoses sosial melalui kontak sosial baik
kontak secara langsung maupun menggunakan media. Media gadgetlah yang
saat ini paling disukai oleh para remaja, melaui gadget mereka dapat
berkomunikasi dengan lancar tanpa harus terbatas oleh tempat , waktu
dan jarak , kapanpun mereka bisa bersosialisasi melalui KOMUNIKASI.

Remaja akan mencari IDENTIFIKASI hal ini dapat terjadi secara sadar
dan membutuhkan tipe ideal sehingga akan membentuk pandangan sebagai
prinsip dasar yang di jiwai. Proses SIMPATI mulai ketertarikan keada
orang lain terutama yang berbeda jenis kelamin. Membentuk kelompok
khusus diantara mereka karena mereka merasa saling membutuhkan dan
bahkan ketergantungan.

Dalam pergaulannya mereka membentuk interaksi sosial AKOMODASI dimana
berusaha untuk menyesuaikan diri dengan kelompoknya guna memperkecil
perbedaan pandangan guna berkoordinasi dalam kelompok. Namun dalam
praktek sosial remaja sering muncul PROSES DISOSIATIF yang mengarah
kepad bentuk pertentangan terhadap kelompok atau pandangan yang mereka
tidak sukai, bahkan dari kalangan keluarganya sendiri.

Demikian pula kehidupan remaja akan banyak diwarnai dengan KONTRAVERSI
secara khusus tipe KONTRAVERRSI UMUM dimana terjadi perbedaan
pandangan antar generasi . Kelompok generasi dibawah mereka anggap
tidak bisa dan generasi di atasnya mereka anggap sudah kuno. Bahkan
tidak sedikit menimbulkan pertentangan karena perbedaan individu, ras
, kebudayaan , golongan dan lain-lain.

Pembinaan budi pekerti dan menanamkan iman yang benar adalah suatu
sarana yang tepat untuk mengarahkan anak-anak dan remaja menuju kepada
kehidupan sosial yang benar dan berguna bagi masa depan diri sendiri ,
keluarga dan orang lain. Kewajiban dari orang tua untuk mendidik dalam
interaksi sosial untuk menjadikan anak –anak yang berkenan kepada
Tuhan dan sesama seperti tertulis dalam Amsal 29:7 : Didiklah anakmu
maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu dan mendatangkan
sukacita kepadamu.

Tuhan Yesus Membeerkati

Ayat-Ayat MISI | YOSI DARMAWAN | STT SAPPI | PART 2

*1. **Kejadian 22:9-12*

*Refleksi* : mengikut Tuhan tidak hanya di tuntut kepintaraan dan segala
kemampuan diri, tetapi bagaiman kita dengan rendah hati mengikuti
perintahnya. Sekalipun hal tersebut tidak masuk diakal kita.
Mempersembahkan ishak adalah hal yang di luar rasio, begitu pula di dalam
hidup ini banyak hal-hal yang diluar rasio untuk mengikuti Allah.



*2. **Kejadian 24:1-9*

*Refleksi :* di dalam menentukan pilihan serta tujuan, harus dilihat apakah
sesuai dengan Firman Allah. Jika hal tersebut sesuai dan tidak ada motivasi
kepentingan diri sendiri, melainkan menghormati Allah, maka jalani dengan
iman.

*3. **Kejadian 33:1-20*

*Refleksi* : melakukan penginjilan untuk mendatangi seseorang kita harus
mempunyai hal-hal yang jitu sehingga bisa untuk diterima terlebih dahulu,
sekalipun hal tersebut dengan orang yang pernah membenci kita. Pelajaran
yang Yakub berikan dimana dia mau untuk mengampuni dan dengan rendah hati
dengan segala trik-trik jitu agar diterima terlebih dahulu oleh kakaknya.



*4. **Kejadian 40:6-7*

*Refleksi :* kita harus bisa bergaul dimana saja, sekalipun di dalam
kesusahan. Kesusahan bukan berarti kita harus berjuang untuk keluar dari
sana untuk menyelamatkan diri sendiri, tetapi memanfaatkan setiap keadaan
untuk bergaul dan menjadi penolong bagi setiap orang yang kesusahan.



*5. **Keluaran 1:17*

*Refleksi* : menjalankan misi ataupun tugas-tugas, kita harus melihat
hal-hal yang baik dan tetap bertahan sekalipun ada orang-orang yang
menghendaki keuntungan dari kita dan dengan demikian mau menghancurkan
pekerjaan bahkan mengancam akan keselamatan kita.



*6. **Keluaran 3:13-14*

*Refleksi* : sebagai orang yang percaya kepada Yesus, kita tidak boleh
untuk menutup-nutupi siapa diri kita, biarkan orang lain mengetahuinya.
Maka segala pelaksanaan pekerjaan dan berbagai kegiatan akan mereka lihat
bahwa penyertaan Yesus ada bersama dengan kita. Membiarkan nama Yesus
dipermuliakan oleh orang lain melalui perilaku kehidupan kita, untuk
menjadi berkat bagi mereka.



*7. **Keluaran 4:25*

*Refleksi* : menjalankan segala kegiatan kita harus diresmikan terdahulu,
sehingga pekerjaan tersebut resmi. Begitu pula dengan pengabaran injil
perlu untuk lahir baru terlebih dahulu sehingga kita bukanlah pengabar yang
tidak resemi, dan mendapat dukungan dari Roh Kudus yang akan menyertai
setiap pelyanan tersebut.



*8. **Keluaran 5:22*

*Refleksi :* di dalam pelayanan akan banyak sekali hal-hal yang tidak
sesuai dan akan menindas kita, ketika hal tersebut datang maka yang kita
harus lakukan adalah menghadap kepada Tuhan dengan membawa segala
permaslahan tersbut. Hal tersebut menunjukkan kerandahan hari serta
ketundukan kita kepada Allah di dalam berbgai pelayanan kita.



*9. **Keluaran 18:1-23*

*Refleksi :* perencanaan dan kerjasama di dalam menjalankan penginjilan
memerlukan bantuan Allah yang terutama dan orang lain untuk meringankan
beban yang akan kita pikul, baik pada saat penginjilan dan terutama ketika
telah berhasil, dimana untuk tindak lanjut dari pelayanan mereka yang telah
percaya memerlukan kelanjutan dan bantuan dari mereka-mereka yang
berkompeten di dalamnya. Sehingga mereka tidak terlantar, dan terus
berkembang.



*10. **Keluaran 33:15*

*Refleksi :* sebelum menjalankan misi yang paling terpenting adalah apakah
Allah menghendakinya. Misi tersebut bukanlah misi kita, melainkan Allah
yang merancangnya dan kita hanyalah alat yang akan dipakai oleh-Nya.

Ayat-Ayat MISI | YOSI DARMAWAN | STT SAPPI

1. Kejadian 1:28
Relfeksi : berkat yang di dapatkan dari Allah harus dipergunakan
keluar dan berhubungan dengan semua yang ada dengan segala
kemampuan tersebut untuk kemuliaan-Nya.

2. Kejadian 1:29
Refleksi : makanan yang telah disediakan oleh Allah untuk dijaga dan
di usahakan, sehingga makanan tersebut berkesinambungan untuk
kehidupan bagi semua mahluk hidup dan terutama manusia. Dalam hal
makanan ini juga firman dapat di beritakan, sebab stiap manusia
memiliki peruntungannya yang berbeda-beda. Sehingga mealui makanan
dapat memberitakan firman.

3. Kejadian 2:18
Refleksi : dalam kehidupan manusia tidak bisa untuk berdiri sendiri,
sehingga manusia yang hidup dalam kesenrian akan memiliki masalah.
Perhatian Allah harus menjadi perhatian kita juga di dalam menghadpi
kehidupan ini bersama-sama. Melihat orang-orang yang tersendiri bisa
dalam artian yang luas, sudah menjdai tugas kita untuk hadir mengisi
kesndirian mereka yang bisa menghancurkan kehidupannya tersebut.

4. Kejadian 3:15
Refleksi : setiap orang yang percaya kepada Allah akan meremukkan
segala hal-hal yang tidak berkenan kepada Allah, terutama menghadapi
Iblis. Juga untuk menghadpi berbagai pergumulan yang harus dihadapi.

5. Kejadain 3:17-19
Refleksi : tugas ini harus dilakukan oleh setiap manusia, terlebih
mereka yang percaya kepada Yesus Kristus. Setiap usaha harus dilakukan
dengan serius dan berpeluh. Hal tersebut dapat diartikan bahwa kita
harus memikirkan berbagai tantangan yang telah di ijinkan tersebut
untuk di hadapi.

6. Kejadian 6:13-14
Refleksi : segala hal-hal yang jahat harus kita jauhkan dari diri
sendiri dan di sekitar kita. Dan tidak lupa kita harus membangun
benteng untuk mempertahankan diri, sehingga hal-hal tersebut yang
jahat tidak memasuki dan mengacaukan kehidupan ini.

7. Kejadian 7:1
Refleksi : usahakan untuk mengajak orang-orang yang ada beserta kita
untuk hidup dalam keluarga kerajaan Allah. Untuk bisa menikmati
kehadiratnya.

8. Kejadian 9:1
Orang-orang yang telah mendapatkan karunia Allah, harus melihat ke
depan. Bahwa banyak sekali tantangan dan yang harus diisi, oleh mereka
yang telah di berkati. Hal-hal tersebut tidak hanya melalui keturunan
jasmani, melainkan melahirkan keturunan-keturunan rohani.

9. Kejadian 9:2-3
Refleksi : dengan kuasa yang sudah diberikan oleh Tuhan kepada kita,
tertama orang-orang yang sudah percaya kepadanya untuk di ketahui
bahwa kegentaran meliputi bumi jika kita memberitakan firman-Nya.
Kegentaran tersebut dapat dilihat saat ini dimana firman selalu di
halang-halangi oleg orang-orang yang tidak mau mengenal akan Tuhan.
Penderitaan dan sengsara sdah pasti akan ada, tetapi Allah sudah
memberikan janji akan menyertai dan memelihara kita semua.

10. Kejadian 9:9
Refleksi : perjanjian dengan manusia pasti ada batasnya, perjanjian
dengan manusia bisa mendapatkan permaslahan jik a ada hal-hal yang
mengganggunya. Lain halnya dengan Allah yang berjanji. Janji Allah
pasti digenapi sekalipun manusia berbuat yang tidak sesuai dengan
kehendak-Nya. Janji tersebut untuk memberi kepastian kepada manusia
untuk berkarya dengan leluasa. Berkarya tersebut melingkupi banyak
hal.

11. Kejadian 9:16-17
Refleksi : perjanjian Allah mengikat diri-Nya sendiri untuk tidak
menghukum manusia dengan air bah lagi. Perjanjian ini menunjukkan
kepada kita untuk tetap berjuang di dalam segala kesesakan, di dalam
pergumulan mengikut dia. Bahwa Allah saja tetap berpegang dengan janji
tersebut dan melaksanakan perinth-Nya. Maka dengan demikian kita juga
harus mengambil gambar tersebut untuk menjadi bagian diri di dalam
melayani Tuhan, berpegang kepada janji-janji-Nya untuk tetap
bersemangat di dalam keputus asaan memberitakan firmannya.

12. Kijadian 12:1-3
Refleksi : sebagai pemberita firman harus siap dengan segala perintah
Tuhan. Dalam hal tersebut adalah siap untuk meninggalkan hal-hal yang
membuat kita nyaman. Allah mengajar kepada kita untuk tetap bergantung
dan bersandar kepada-Nya di dalam berbagai perkara untuk menjadi
berkat bagi orang lain.

13. Kejadian 13:9
Refleksi : di dalam mengikuti perintah Allah jangan kita sandarkan
diri ini kepada pengertian sendiri, hal-hal yang buruk bisa terjadi
setiap saat. Dimana hal-hal tersebut sangat merugikan di dalam
pandangan mata kita oleh karena orang lain yang mendesak kita. Allah
disini melihatkan bahwa segala sesuatu yang kelihatan tersebut dapat
di rubah oleh-Nya untuk menjadi berkat bagi diri sendiri dan juga
orang lain.

14. Kejadian 14:20
Refleksi : kejadian ini menunjukkan kepada kita untuk selalu ingat
kepada Allah di dalam segala perjuangan untuk tidak melupakan Dia.
Keberhasilan-keberhasilan tersebut bisa dipakai untuk menunjukkan
kepada manusia bahwa orang-orang yang percaya seperti demikian.
Memberi kepada Allah dan tidak serakah dengan berkat-berkat tersebut.

15. Kejadian 14:22-23
Refleksi : di dalam memberitakan injil, jangan pernah sekali-kali kita
berfikiran untuk menjadi kaya dan memiliki hal-hal yang baik-baik dari
banyak hal. Hal tersebut berguna untuk melindungi kita dari setiap
permasalahan yang akan disebabkan olehnya. Hal tersebut juga memberi
contoh kepada para penginjil lainnya dan kepada masyarakat yang
melihat bahwa, kita benar-benar tulus dan tanpa motivasi yang salah di
dalam memberitakan firman Tuhan.

16. Kejadian 15:5
Refleksi : banyak tantangan dan permasalahan yang akan dihadapi di
dalam menjalani kehidupan, terutama hidup di dalam menjalani perintah
Yesus. Seakan-akan tiada pengharapan, tetapi marilah kita melihat
kepada Abraham yang menaruh pengharapan kepada Allah di dalam segala
ketidak mungkinannya dia tetap bertahan.

17. Kejadian 16:9
Refleksi : kejadian-kejadian di dalam kehidupan ini terus datang silih
berganti, ada hal-hal yang tidak menyenangkan sering menimpa kita.
Ternyata hal tersebut dapat dirubah oleh Tuhan menjadi rencana-Nya.
Oleh karena itu bukan berarti kita harus bertahan di dalam segala
kemelaratan ataupun penindasan. Ketika kita berusaha untuk keluar dari
semua itu harus melibatkan Tuhan, dan dengan cara-cara yang di
kehendaki-Nya.

18. Kejadian 17:10-12
Refleksi : perintah ini dikhususkan kepada semua orang yang percaya
kepada Allah, bahwa mereka semua harus disunatkan kulit khatannya.
Maksud dari hal tersebut adalah kita yang sudah mengadakan janji
percaya kepada Allah harus mulai untuk menyunat hati. Menyunat hati
berarti mulai menyingkurkan hal-hal yang tidak sesuai dengan
kehenadak-Nya. Apa yang kita lakukan juga harus dicerminkan di dalam
kehidupan terhadap sesama orang percaya, dan terutama mereka yang
belum percaya. Maka mereka melihat hal-hla yang baik dari Allah ada
pada kita, sehingga mereka juga bisa ikut untuk di sunat hatinya.

19. Kejadian 18:16-33
Refleksi : Allah tidak senang dengan dosa manusia, oleh karenanya kita
yang sudah diterangi oleh firman Allah berkewajiban untuk memberitakan
kebenaran. Berusaha dan tersus berusaha sehingga mereka mendengar dan
mau untuk berubah, sebelum Allah menghukum mereka di dalam dunia ini
dengan berbagai bencana.

20. Kejadian 20:16
Refleksi : berhubungan dengan Allah sangat perlu untuk dijaga, bukan
saja dengan kegiatan-kegiatan rutin kita yang menunjukkan ketundukan
tersebut. Di dalam kehidupan sehari-hari kita juga harus tunduk,
sekalipun hal tersebut di dalam fikiran kita sangat membahayakan
kehidupan ini. Perintah Allah membawa kita kemana Dia kehendaki,
perjalanan kita berhdapan dengan manusia dan memerlukan ketaatan.
Kelakuan kita haruslah jujur di dalam dan diluar.

Tata cara ibadah pemberkatan nikah

Langsung dipimpin oleh Gembala Sidang Jemaat/Hamba Tuhan yang ditugaskan.
1. Kedua mempelai memasuki pintu Gereja
2. Gembala Sidang Jemaat mengundang hadirin berdiri untuk menyambut
kedatangan mempelai.
3. Gembala Sidang Jemaat memaklumkan bahwa upacara peneguhan dan
pemberkatan nikah antara Sdr..... dengan Sdri... segera dimulaikan,
kemudian langsung berdoa.
4. Kedua mempelai dan hadirin di persilahkan duduk
5. Khotbah
6. Pertanyaan kepada mempelai
7. Janji mempelai ( dapat diikuti dengan pemasangan cincin )
8. Peneguhan/pemberkatan nikah (dapat diakhiri dengan pembukaan
kerudung oleh mempelai pria)
9. Ucapan selamat oleh Gembala Sidang Jemaat (dapat diikuti dengan
pemberian Alkitab)
10. Doa penutup.
Contoh-contoh pertanyaan ucapan janji, ucapan pemasangan cincin,
ucapan peneguhan nikah, ucapan pemberkatan nikah
1. Contoh pertanyaan:
A. Kepada mempelai pria:
Sdr. ......., maukah saudara menerima wanita ini sebagai istri yang
dijodohkan oleh Tuhan di dalam pernikahan yang kudus? Maukah saudara
mengasihi dia, menghibur dia, Menghormati dia dan memelihara dia baik
pada waktu dia sakit maupun pada waktu dia sehat, serta melupakan
orang-orang lain tetapi hanya mengasihi dia saja, selama saudara
berdua hidup di dunia ini?
Mempelai pria menjawab : " Ya, saya mau!"
b. kepada mempelai wanita :
sdri. ..., maukah saudari menerima pria ini sebagai suami yang
dijodohkan Tuhan bagi saudari, untuk hidup bersama menurut Firman
Tuhan di dalam pernikahan yang kudus? Maukah saudari mengasihi dia,
menghormati dia dan memelihara dia baik pada waktu dia sakit maupun
pada waktu dia sehat, serta melupakan orang-orang lain tetapi hanya
mengasihi dia saja selama saudara berdua hidup di dunia ini?
mempelai wanita menjawab: "Ya saya mau!"

2. Contoh ucapan janji:
a. Ucapan janji mempelai pria:
" saya....(nama pria) mengambil engkau......(nama wanita) menjadi
isteri saya, dengan mengasihi dan menghormati engkau sampai maut
memisahkan kita, menurut Firman Tuhan, ini janjiku padamu!"
b. b. Ucapan janji mempelai wanita:
" saya....(nama wanita) mengambil engkau......(nama pria) sebagai
suami saya, dengan mengasihi dan menghormati engkau sampai maut
memisahkan kita, menurut Firman Tuhan, ini janjiku padamu!"

3. contoh ucapan pemasangan cincin
a. Ucapan mempelai pria:
" dengan cincin ini saya mengambil engkau sebagai isteri saya, di
dalam Nama Bapa, Anak Laki-laki dan Roh Kudus, yaitu Tuhan Yesus
Kristus, Amin".
b. Ucapan mempelai wanita:
" dengan cincin ini saya menerima engkau sebagai suami saya, di dalam
Nama Bapa, Anak Laki-laki dan Roh Kudus, yaitu Tuhan Yesus Kristus,
Amin".

4. Contoh ucapan peneguhan nikah oleh Gembala Sidang Jemaat:
Dihadapan Tuhan dan keluarga serta jemaat Tuhan, hari ini, saya
meneguhkan pernikahan Saudara berdua menjadi suami-isteri yang sah,
dalam Nama Bapa, Anak Laki-laki dan Roh Kudus, yaitu, Tuhan Yesus
Kristus dan apa yang dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan
manusia, Amin!"

5. Contoh ucapan pemberkatan nikah oleh Gembala Sidang Jemaat:
" kiranya berkat anugrah Allah Bapa, Kasih Yesus Kristus dan bimbingan
serta pertolongan Roh Kudus melimpah dan menyertai pernikahanmu dari
sekarang ini sampai Maranatha. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus, Amin!".

PENJELASAN

Pernikahan berasal dari kata "nikah" yang berarti perjanjian antara
laki-laki dan perempuan untuk menjadi suami isteri dalam suatu upacara
resmi.
Pernikahan yang berkenan kepada Allah adalah pernikahan antar sesama
orang percaya yang di dasarkan pada cinta kasih dalam melaksanakan
kewajibanya masing-masing. 2 Korintus 6:14-15; efesus 5:22-29
bandingkan dengan UU perkawinan No.1 th 1974 Pasal 1.
Sebelum pernikahan kedua calon mempelai harus mengikuti pra-nikah
karena didalamnya akan di jelaskan apa makna dari pernikahan tersebut.

Persyaratan pra-nikah
1. Bimbingan Pastoral
a. Pernikahan kristen adalah kudus dan monogami. 1 Kor 7:2, 10-11, 39;
efesus 5:32; Ibr 13:4; 1Tes 4:3-5; Kej 1: 26-28.
b. Pernikahan kristen tidak mengenal perceraian. Mat 19:3-6; Mark
10:1-2; Roma 7:2-3.
c. Pernikahan Kristen adalah wahana untuk melahirkan keturunan sebagai
penerus generasi( secara jasmani dan Rohani). Kej 1:26-28; Yes 54:13;
Mal 2:15; Efesus 2:19.
d. Pernikahan juga mengatur hak-hak dan kewajiban suami isteri dan
anak-anak. Efesus 5:22-33; 6:1-9; 1 Petrus 3:1-7; kol 3:18-21.
e. Pengarahan-pengarahan praktis yang berhubungan dengan keuangan,
kehidupan sexual, hubungan dengan orangtua, dan keluarga, ibadah,
hidup bermasyarakat dan sebagainya.
2. Pengisian Formulir.

PERANAN ILMU SOSIOLOGI DALAM BERADAPTASI DENGAN LINGKUNGAN | Franky Loing | BANDUNG

"PERANAN ILMU SOSIOLOGI DALAM BERADAPTASI DENGAN LINGKUNGAN
Di Tengah Pelayanan Gereja lokal sendiri."

Nama Mahasiswa: Franky Loing (201211006) Study Club Bandung

Pelayanan GPdI Bumi Adipura telah berjalan sekitar 12 tahun.
Keberadaan tempat pelayanan ini, ada di lingkungan perumahan Bumi
Adipura Gedebage Bandung. Dilihat dari sudut pandang sosiologi,
gereja Adipura tidak mungkin berjalan, bertahan dan apalagi berkembang
ditengah-tengah masyarakat yang multi budaya seperti etnis, asal,
agama, dll. Khususnya karena berada di lingkungan mayoritas agama
muslim.
Di buktikan di awal pelayanan , pelayanan GPdI Bumi Adipura sangat
ditentang dan ditolak keberadaannya. Tapi Puji Tuhan dengan
pertolongan Tuhan, memberi hikmat bagaimana untuk kami tetap ada
berjalan, serta mengembangkan pelayanan yang ada, yaitu
bersosialisasi dengan baik ditengah-tengah lingkungan dan masyarakat
sekitar.
Ini menunjukkan bahwa pelayanan gereja akan dapat
diterima, ketika gereja memperhatikan hal-hal yang bersifat sosiologi
itu, sebagi suatu hal yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan
gereja lokal yang ada di lingkungan multi budaya ini, karena banyak
hal gereja mengalami kemudahan untuk berjalan secara fisik
keberadaannya.
Ada beberapa hal secara pendekatan sosiologis, yang dilakukan
dilingkungan masyarakat sekitar pelayan GPdI Bumi Adipura ini. Antara
lain melalui kegiatan kebersihan lingkungan perumahan , bergabung
dengan komunitas kegiatan olah raga yang diadakan seminggu sekali.
Juga dalam kegiatan bersama seperti bakti sosial, mengumpulkan koran,
baju bekas. Sumbangan baju muslim, kambing,dll . Bantuan dana pada
kegiatan rt rw desa kecamatan, perbaikan jalan, dll. Meminjamkan
fasilitas pelayanan gereja seperti kursi, alat musik, dll pada
kegiatan lingkungan masyarakat.
Keterlibatan aktif juga dalam Pertemuan Rutin di
lingkungan masyarakat misalnya Arisan RT, arisan Rw, Pos Yandu,
Kegiatan perlombaan 17 agustus¸ dll. Pembagian parcel di hari-hari
besar kepada tetangga juga keamanan seperti satpam, polisi, rt rw,
dll.
Dalam hal ini ilmu sosiologi sangat besar peranannya dalam
mewujudkan gereja bagi penjangkauan jiwa-jiwa baru di lingkungan
masyarakat yang multi budaya dengan latar belakang yang berbeda-beda.
Namun hal yang terpenting dalam mempelajari bidang ilmu
sosiologi bukanlah bagaimana menguasai secara teori tetapi
penerapannya dan aplikasinya di lingkungan pelayanan dimana kita
berada.

Gereja dan Sosiologi | HEIN MOKODASER | BANDUNG

PENDAHULUAN:
Perkembangan penduduk dan khususnya penduduk perkotaan yang melanda
dunia sesudah perang dunia kedua yang dampaknya juga terasa di
Indonesia telah mengubah banyak tatanan sosial termasuk tatanan
kehidupan berjemaat, khususnya jemaat perkotaan (urban parish). Di
tengah-tengah perubahan cepat demikian yang menimbulkan dampak luar
biasa, mau tidak mau gereja juga diperhadapkan dengan perubahan
strategi dan misi pelayanannya yang membutuhkan penyesuaian dan juga
antisipasi menghadapi hal itu.
Masalah perkotaan yang timbul belakangan ini seperti soal kejahatan
kerah putih (white collar crime) semacam kasus Bapindo, masalah jurang
kaya miskin di kota besar, Lingkungan Hidup, PHK,
demonstrasi-demonstrasi perburuhan, bahkan pengrusakan pabrik semacam
yang banyak terjadi di Tangerang dan Medan, telah menjadi topik
liputan utama surat-surat kabar dan majalah maupun mass media lainnya,
tetapi sayang sekali perhatian dan tanggapan gereja pada umumnya sepi
kalau tidak mau dibilang sebagai tidak ada sama sekali.
Apakah masalah itu bukan masalah gereja? Ataukah gereja yang belum
peka akan lingkungannya? Topik inilah yang menjadi salah satu bahasan
dalam "Minister Convention 1994" yang menantang para Hamba Tuhan
maupun Pengerja Kristen agar mulai menggumuli nisbah antara Gereja,
Teologi dan Masyarakat.
PERKEMBANGAN PERKOTAAN
Pada tahun 1990 PBB mengeluarkan laporan kegiatannya selama 45 tahun
(1945-1990), laporan mana menonjolkan masalah-masalah global yang
cukup serius yang menantang umat manusia. Di antaranya
tantangan-tantangan yang menonjol disebut masalah Urbanisasi sebagai
tantangan yang berjalan sama cepatnya dengan kemajuan Era Informasi di
akhir abad ke-20 ini, di mana disebutkan:
"Ledakan Perkotaan": Lebih dari 40 persen penduduk dunia bertempat
tinggal di kota-kota - sebelumnya tak pernah sebesar ini. Begitu
penduduk berduyun-duyun mengalir ke kota-kota untuk mencari pekerjaan,
tempat tinggal dan pelayanan sosial yang lebih baik, maka lingkungan
pedesaan dan perkotaan berubah secara drastis. Di akhir abad ini,
lebih separuh dari penduduk dunia berada di kota-kota. Sebagian besar
dari penduduk kota yang baru ini akan berada di negara-negara yang
sedang berkembang. Akibat urbanisasi yang berlangsung dengan cepat
sudah terasa dalam bentuk kota yang penuh sesak, persediaan air dan
sanitasi yang tidak memadai, pencemaran lingkungan, pengangguran,
kemiskinan yang endemis dan keputusasaan yang bertambah luas.
Ledakan penduduk perkotaan merupakan tantangan serius di seluruh dunia
baik di negara-negara maju dan terutama di negara-negara yang
berkembang, bahkan dalam laporan PBB berjudul "Prospect of World
Urbanization" (1987) disebutkan bahwa pada tahun 2000 akan terdapat 23
kota-kota Metropolis dengan penduduk di atas 10 juta orang di mana
Jakarta termasuk sebagai kota terpadat ke sebelas dengan penduduk 14
juta orang, dan di antaranya, 6 kota berada di atas 15 juta penduduk
di mana 4 kota di antaranya berada di negara-negara sedang berkembang!
Sekarang ini dunia menghadapi perkembangan kota-kota yang bukan lagi
jutaan penduduknya tetapi belasan juta bahkan puluhan juta
penduduknya!
Memang masalah perkotaan merupakan topik hangat di akhir abad ini,
bahkan dalam Kongres Metropolis Sedunia terakhir, dibahas 6 masalah
pokok yang dihadapi kota-kota besar dunia yang cukup memusingkan para
penata dan pengelola kota pada umumnya yaitu masalah-masalah berikut:
1. Masalah Pertumbuhan Penduduk Perkotaan yang tidak terkendali
2. Masalah Perumahan Rakyat dan Sarana Fisik dan Sosial yang makin tidak memadai
3. Masalah Lingkungan Hidup dan Kesehatan yang makin merosot
4. Masalah Lalu lintas dan Transportasi yang makin langka
5. Masalah Organisasi dan Manajemen Perkotaan yang makin tidak mampu
Masalah-masalah mana memang makin sulit diatasi dalam kehidupan
kota-kota modern karena pertumbuhan penyediaan prasarana dan sarana
lebih lambat dari tuntutan kebutuhan, hal mana mengakibatkan
dampak-dampak negatif perkotaan yang makin sulit ditanggulangi dan
akan berdampak berat bagi penduduk perkotaan.
Memang harus diakui bahwa kota-kota besar merupakan simbol kemajuan
ekonomi, tetapi harga apakah yang harus dibayar darinya? Asian
Business, dalam artikelnya menyebutkan bahwa:
"This is what Asian countries are learning as their major urban
centres suffer the symptons of their economics success: Traffic
congestion, air pollution, inadequate sanitation and infrastructure
that has been stretched to breaking point by rapid urban growth ...
Many of Asia's cities are degrading faster than the region's robust
economies are growing."
Sudah jelas bahwa gejala-gejala fisik itu berpengaruh pada perilaku
penghuninya seperti apa yang pernah diucapkan oleh Winston Churchill
bahwa, "We build our cities and it will build our way of life."
Mengenai kesan masyarakat kota terhadap kotanya, majalah Newsweek
dalam artikelnya mengemukakan hasil penelitiannya di kota-kota di
Amerika Serikat dan menghasilkan kesimpulan berikut:
Tiga puluh dua persen Amerika tinggal di kota-kota -- tetapi hanya 13
persen yang menganggap kota sebagai tempat hunian yang paling
diingini. Tiga puluh tujuh persen orang-orang Amerika menganggap
kota-kota besar di Amerika sebagai "sakit parah" atau "kritis" ...
Penduduk perkotaan menyalahkan situasi ekonomi dan birokrasi sama-sama
menjadi penyebab timbulnya masalah-masalah perkotaan.



MASALAH PERKOTAAN DI INDONESIA
Indonesia juga menghadapi masalah perkotaan yang cukup menekan
khususnya sejak Pemerintahan Orde Baru tahun 1970-an di mana keamanan
hidup di perkotaan makin meningkat dan pembangunan di kota-kota makin
menggebu-gebu, ini merangsang urbanisasi berjalan dengan pesat dan
tidak terkendali.
Dalam sensus tahun 1961 tercatat bahwa dari 97 juta penduduk
Indonesia, 14 juta tinggal di kota (=15 persen). Angka ini meningkat
dalam sensus tahun 1971 di mana terlihat bahwa dari 119 juta penduduk,
21 juta tinggal di kota (=18 persen), dan dalam sensus tahun 1980
tercatat dari 148 juta penduduk Indonesia, 33 juta tinggal di kota
(=22 persen). Dalam sensus terakhir tahun 1990 diketahui bahwa
penduduk Indonesia sudah mencapai 180 juta orang di mana 56 juta di
antaranya tinggal di kota-kota (=31 persen) dan diperkirakan pada
tahun 2000, 40 persen penduduk Indonesia akan tinggal di kota-kota.
Bayangkan bahwa dalam kurun waktu 30 tahun terakhir (1961-1990)
kenaikan jumlah penduduk Indonesia hanya meningkat menjadi kurang dari
2 kali, tetapi kenaikan jumlah penduduk kotanya meningkat menjadi 4
kali lipat! Hal ini memang sesuai dengan hasil sensus 1990 di mana
ditemukan fakta bahwa pertumbuhan penduduk Indonesia sekarang telah
bisa ditekan menjadi 1,9 persen pertahun tetapi angka urbanisasi
perkotaan pertahun mencapai 5,7 persen! Kota Bandung sebagai kota
terbesar di Jawa Barat sekarang dihuni lebih dari 2 juta penduduk dan
kota Jakarta sebagai Ibukota Negara telah berpenduduk 9 juta lebih.
Persentase penduduk kota yang meningkat itu menghasilkan kepadatan
bangunan dan hunian yang makin tinggi di kota-kota yang berdampak
serius terhadap penduduk perkotaan itu sendiri. Perumahan kelompok
berpenghasilan rendah di kampung-kampung kota makin tinggi
kepadatannya bahkan bisa mencapai 1000 orang per hektar tingkat
huniannya, kenyataan mana menimbulkan masalah kemerosotan lingkungan
perumahan menjadi kumuh, yang benar-benar makin tidak layak huni
karena kepadatan bangunan dan kepadatan hunian. Banyak rumah-rumah di
kampung-kampung kota dihuni lebih dari satu keluarga bahkan sering
pula dihuni beberapa keluarga.
Di Indonesia masalah perumahan makin sulit dijangkau oleh penduduk
berpenghasilan rendah. Gejala makin langkanya perumahan di kota
mengakibatkan makin banyaknya para gepeng (gelandangan pengemis) yang
berkeliaran di kota-kota termasuk anak-anak jalanan (street children).
Makin padatnya penduduk perkotaan makin menyulitkan penyediaan
prasarana dan sarana fisik dan sosial dan kondisi lingkungan hidup
makin merosot. Days dukung lingkungan bukan saja makin tidak memadai
tetapi rusak akibat adanya polusi yang sekarang mengotori
sungai-sungai di kota, dan udara kota penuh dengan polusi udara karena
asap pabrik dan kendaraan. Kenyataan ini mendatangkan kerawanan
kesehatan di kota-kota.
Masalah polusi pabrik bukan hanya soal kesehatan dan lingkungan hidup
saja, tetapi masalah moral mengenai ketidakadilan dan hak azasi
penduduk dalam menuntut kehidupan yang asri, demikian juga kotornya
sungai-sungai karena zat buangan pabrik-pabrik industri mematikan
banyak ikan dan tidak memberi kesempatan banyak orang bergantung dari
pengusahaan ikan sungai, bahkan penggunaan lain untuk air minum,
mandi, atau mencuci makin tidak mungkin.
Perkembangan kota dan industrinya memang menumbuhkan ekonomi kota, hal
ini terlihat dengan lajunya pembangunan fisik gedung-gedung
perkantoran, pusat-pusat pertokoan, dan pabrik-pabrik, tetapi sejalan
dengan ini masalah lowongan pekerjaan, PHK, dan pengangguran makin
menekan. Sekarang makin banyak kasus-kasus kita baca mengenai
pemogokan buruh industri karena upah buruh di bawah standar dan
perlakuan majikan yang tidak adil terhadap buruhnya, masalah PHK
karena rasionalisasi dan otomatisasi perusahaan menjadi peristiwa yang
makin sering terjadi di pabrik-pabrik dalam kota.
Tidak dapat disangkal bahwa pengangguran makin meningkat yang akan
berdampak luas terhadap kenaikan angka kejahatan atau kriminalitas.
Kasus-kasus demonstrasi dan pemogokan buruh sudah menjadi agenda rutin
di Tangerang dan bahkan di Medan belum lama ini telah menjurus kepada
SARA yang mendatangkan korban jiwa!
Jurang kaya miskin di kota antara mereka yang memperoleh kesempatan
dan yang tidak makin menganga, dan kesenjangan sosial antara
konglomerat dan yang melarat makin mustahil dijembatani. Di kota-kota
besar kita melihat makin banyak villa-villa eksklusif dengan taman dan
kolamnya yang lebar, tetapi kawasan kumuh tanpa air minum juga makin
meluas. Makin banyak penduduk kota naik mobil mewah bahkan di kawasan
elit satu rumah sering mempunyai mobil lebih dari dua, sedangkan
masyarakat umum makin berhimpit-himpitan di bis-bis kota.
Dibandingkan dengan situasi sosial di pedesaan (rural), kemelut sosial
di perkotaan makin menghantui masyarakat kota, sebab kriminalitas
menjadi berita sehari-hari pos kota, perkelahian antar pelajar makin
menjadi hobi anak-anak sekolah, penyalahgunaan alkohol dan narkotika
sudah menjadi masalah serius yang berdampak negatif terhadap masa
depan generasi muda, dari masalah anak-anak jalanan dan pelacuran yang
juga menimpa anak-anak makin menjadi isu sehari-hari di kota-kota yang
membutuhkan uluran tangan mendesak.
BAGAIMANA SIKAP GEREJA?
Secara psikis dan spiritual kita melihat bahwa masyarakat perkotaan
makin individualistis dan kepeduliannya kepada tetangga makin menipis,
rumah tangga banyak yang berantakan dan kurangnya ikatan kasih antar
orang tua dan anak menimbulkan banyak korban. Pelayanan rohani makin
kurang dirasakan menggigit karena tekanan karir menimbulkan kurangnya
perhatian manusia pada agama, tetapi stress karir dan kejenuhan hidup
modern cenderung menghasilkan masyarakat kota yang kosong rohani yang
menjadi sasaran empuk ibadat-ibadat emosional dan yang bersifat
eskapis tanpa dampak, berarti bagi kehidupan spiritual.
Di samping banyak "gereja", yang makin suam dan kosong, memang banyak
"persekutuan" menjamur di kota-kota besar termasuk di kantor-kantor,
restoran-restoran, dan gedung-gedung umum lainnya, dan banyak
pengusaha dan orang modern menghadirinya, tetapi apakah kegairahan
spiritual perkotaan itu menghasilkan kehidupan yang bertobat? Hal ini
perlu dipertanyakan, sebab sekalipun banyak orang hadir dalam
persekutuan-persekutuan demikian kelihatannya para pengusaha itu
umumnya tetap tidak menunjukkan perubahan dalam cara dagangnya
sekalipun ia mulai rajin memberikan persembahan atau persepuluhan.
Kasus-kasus PHK dan pemogokan masih banyak terjadi di perusahaan yang
manajernya aktif di "praise center" atau menjadi "majelis gereja",
bahkan banyak perusahaan masih menjalankan cara-cara dagang yang
"mengabdi mamon" padahal banyak eksekutifnya yang rajin menghadiri
pertemuan-pertemuan demikian. Banyak direktur bank dikatakan bertobat
melalui persekutuan-persekutuan doa, tetapi kenyataannya tidak ada
perubahan terjadi dalam praktik bank itu yang menunjukkan sifat
Kristianinya. Sistem hadiah undian bank yang tidak mendidik tidak juga
berubah sekalipun direkturnya dikatakan sebagai bertobat.
Banyak konglomerat sekarang dielu-elukan sebagai "orang yang diberkati
Tuhan" karena sumbangannya kepada gereja dan persekutuan tetapi orang
lupa bahwa pengusaha demikian perlu diajak bertobat dan mentaati
Firman Tuhan agar tidak dikritik masyarakat umum karena ulahnya yang
entah merusak hutan tropis, pabriknya mencemari lingkungan, atau
menjadi mafia tanah yang ikut mempersulit penduduk miskin di kota.
Moralitas kota makin merosot tajam, hukum rimba makin menjadi etika
kota dan etika bisnis makin menjadi nostalgia, dan manusia kota akan
makin menjadi alat produksi dan makin kehilangan identitas diri dan
sadar hukumnya lemah. Gejala demikian menunjukkan fakta spiritualitas
perkotaan yang semu di mana agama memang dicari dan bermanfaat secara
"emosional" tetapi tidak berdaya men"transformasi"kan manusia modern
di kota. Agama bertumbuh secara kuantitatif tetapi secara kualitatif
masih dipertanyakan.
Jim Rohwer dalam tulisannya berjudul "What's in a nationality?"
mengatakan mengenai gejala dunia di tahun 1993 antara lain sebagai
berikut:
The growing integration of the world economy is pushing human society
into a borderless future... capital first, then goods and at last
services will be ever inclined to flow to places where they earn the
best returns, not necessarilly where governments would like them to
go; the companies and people who provide all these things are
increasingly following suit... But not so fast. The attachments of
blood, race, religion and language will be lessened hardly a jot by
all these developments. Indeed, they mill continue to weigh more
heavily in the worlds emotional scaleshan economic cosmopolitanism
does; and they will be the root cause of most of 1993's rows.
Komentar di atas senafas dengan analisis John Naisbitt dalam bukunya
mengenai dilema "High Tech-High Touch" di mana kehidupan modern
dikatakan sering mengalami dua kecenderungan komplementer yang saling
bertentangan. Kenyataannya kecenderungan yang diamati para pakar
tersebut kelihatannya berlaku pula di kehidupan perkotaan dan dalam
kaitannya dengan agama.
Penduduk kota modern makin sekular, individualistis dan materialistis
tetapi mereka cenderung mencari kelompok-kelompok "primordial" semula
seperti SARA, itulah sebabnya di kota-kota besar kecenderungan untuk
berkelompok secara kesukuan atau sekampung menjadi lebih kuat sebagai
rem pengaman kecenderungan modernisasi yang makin menghilangkan
identitas diri manusia.
Dalam kehidupan kegerejaan kita melihat gejala yang sama di mana
banyak umat mencari kembali primodialisme agama dalam bentuk kehidupan
bergereja di samping mencari pelarian emosional sebagai kompensasi
kejenuhan kehidupan modern. Di satu segi kelihatannya gereja ada
manfaatnya untuk mengisi kehausan emosional dan kebutuhan
primordialisme, tetapi sebagai "Hamba Allah" jelas gereja demikian
tidak menjadi "berkat" bagi masyarakat bila ia tidak mempunyai
kepekaan lingkungan dan kepedulian sosial.


LALU BAGAIMANA?
Dapat di kata menghadapi tantangan permasalahan yang ditimbulkan
perkembangan kota-kota besar, gereja kelihatannya masih mandul dan
nyaris tidak berbuat apa-apa!
Melihat perkembangan pembangunan gereja-gereja di kota-kota besar,
sepintas lalu kita dapat melihat adanya pertambahan kuantitatif, baik
dalam jumlah gedung gereja baru yang dibangun maupun dalam biaya
pembangunan yang berlomba-lomba, tetapi di balik itu kita melihat
bahwa umumnya jemaat perkotaan lebih bersifat individualistis, di mana
sekalipun banyak gereja-gereja besar dibangun dengan mahal dan mewah,
ternyata kepedulian gereja-gereja besar kepada gereja-gereja miskin
boleh di kata hampir tidak ada. Harta gereja umumnya lebih
diprioritaskan untuk keperluan sendiri dalam bentuk gedung maupun
mobil, dan sangat sedikit diarahkan sebagai buah-buah kasih ke luar.
Di balik mercu-mercu gedung gereja yang bergemerlapan, kota-kota besar
juga menyimpan ribuan gedung-gedung gereja di kampung-kampung yang
miskin dan bahkan reyot. Di sini kita melihat bahwa dampak kepedulian
misi gereja-gereja kota kepada sesama gerejanya saja masih kecil,
lebih-lebih kepeduliannya kepada orang-orang di luar gereja. Kenyataan
ini dapat dilihat dari hasil penelitian STT Jakarta (1985), di mana
dijumpai fakta bahwa dari 226 gereja responden, hanya 15 gereja yang
mempunyai program pelayanan sosial yang bisa disebut sebagai
"pelayanan perkotaan" (urban ministry), ini jumlahnya hanya 6 persen
saja!
Dari hasil penelitian itu, termasuk penelitian yang dilakukan oleh
World Vision International bekerja sama dengan yayasan-yayasan Kristen
di Jakarta, Semarang dan Surabaya, juga ditemukan fakta bahwa
setidaknya ada tiga sikap gereja dalam kepeduliannya pada masyarakat
penyandang masalah di perkotaan, yaitu:
1. Sikap yang menganggap bahwa tugas gereja atau persekutuan hanya
untuk mengabarkan "Injil", sedang urusan sosial adalah tanggung jawab
pemerintah.
2. Sikap yang menganggap bahwa pelayanan diakonia hanya perlu
diberikan kepada anggota jemaat sendiri saja yang kebetulan
membutuhkan.
3. Sikap yang mulai menyadari bahwa pelayanan sosial termasuk tugas
gereja atau persekutuan Kristen dan menjadi bagian tak terpisahkan
dari pemberitaan Injil.
Dari gambaran di atas kita dapat melihat bahwa kesadaran Gereja atau
persekutuan Kristen di kota-kota besar masih bervariasi, sehingga
"misi" yang mereka lakukan juga diwarnai oleh konsep pengertian
tentang "Injil" yang belum seragam. Sebenarnya, apakah Injil yang
sebenarnya?
Tuhan Yesus pada waktu mengutus murid-muridnya yang ditulia Matius 28
mengatakan:
19 "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan
baptiskanlah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,
20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah
Kuperintahkan kepadamu."
Bukanlah kita cenderung hanya menyempitkan Injil sekedar menjadi tugas
Mat 28:19 dan mengabaikan Mat 28:20? Bukankah "kasih" yang vertikal
(kepada Allah) dan yang horisontal (kepada sesama manusia) merupakan
perintah Allah? Kasih kepada sesama yang diumpamakan dengan "orang
Samaria yang baik hati secara sosial?" Luk 10:25-37.
Ketika memulai pekerjaannya setelah berpuasa 40 hari lamanya, Yesus
meneguhkan kitab Yesaya dan mengatakan:
"Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk
menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah
mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan,
dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang
yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang."
Luk 4:18-19.
Dari ayat di atas kita dapat melihat bahwa Yesus sendiri mengabarkan
Injil yang mendatangkan Shalom bagi manusia, baik secara spiritual,
fisis, psikis, maupun sosial. Karena itu patut dipertanyakan sampai di
mana kesetiaan dan iman yang sudah ditunjukkan oleh gereja atau
persekutuan di kota-kota besar mengenai kepeduliannya menjalankan misi
kemasyarakatan yang disuruh Tuhan itu, bahkan pada saat kedatangannya
kelak, kelihatannya pelayanan sosial mendapat bobot yang besar pula:
Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang
telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. Sebab ketika Aku lapar,
kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum;
ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku
telanjang kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat
Aku; ketika aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku... sesungguhnya
segala sesuatu yang kamu lalaikan untuk salah seorang dari
saudara-saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk
Aku. Mat 25:34-40.
Kelihatannya dari terang beberapa ayat-ayat di atas saja kita dapat
berintrospeksi sampai di manakah kita sudah "melakukan kehendak Allah"
dalam hidup kita?
Berbicara mengenai "Gereja, Teologi dan Masyarakat" kita harus sadar
bahwa gereja tidak terlepaskan dari teologi yang benar yang
alkitabiah, tetapi lebih lagi perlu disadari bahwa teologi yang
alkitabiah itu justru teologi yang mengakar ke bawah, yang
memasyarakat. Teologi bukanlah "obat bius" yang membuai kita pada
pemikiran-pemikiran yang melambung di angkasa berupa perdebatan
doktrin-doktrin rumit yang tidak mendarat, dan teologi juga bukan
ekstatisme "kompensasi keresahan jiwa", tetapi teologi sepatutnya
merupakan sesuatu yang hidup yang mengakar ke bawah sekaligus
memasyarakat.
MENYIAPKAN SDM KRISTEN
Penyiapan SDM yang peka akan lingkungan perkotaan dan punya kepedulian
sosial perlu dimulai sedini mungkin di sekolah-sekolah Teologia. Perlu
digali kembali teologia alkitabiah yang seutuhnya yang tidak hanya
bersifat vertikalis tetapi juga tidak hanya bersifat horisontalis,
tetapi yang sekaligus bersifat vertikalis dan horisontalis.
Mata kuliah-mata kuliah yang menunjang termasuk Sosiologi, Pelayanan
Perkotaan (Urban Ministry), maupun studi mengenai Yayasan-Yayasan
Sosial Kristen perlu dikembangkan dan dipelajari agar dapat ditemukan
pelayanan seutuhnya mencakup pelayanan sosial yang merupakan buah-buah
kasih Kristiani.
Mata kuliah Konseling Kristen selama ini hanya dibatasi pada konseling
dan bimbingan psikologi saja, padahal masalah manusia yang perlu
dibimbing, bukan sekedar bimbingan kejiwaan, tetapi termasuk juga
bimbingan sosial, ekonomi, bahkan hukum. Konseling Kristen perlu
dikembangkan mencakup apa yang disebut dengan "advocacy" termasuk
bantuan hukum. Bimbingan untuk mengatasi masalah ekonomi keluarga,
mencari pekerjaan, masalah PHK dan masalah pengadilan perlu
diantisipasi dalam pelayanan Konseling.
Pelayanan gereja perlu diperluas bukan hanya terbatas pada pelayanan
diakonia untuk lingkungan sendiri saja, tetapi perlu mencakup pelayan
kasih kepada sesama manusia, termasuk kepada non jemaat.
Pelayanan-pelayanan Kasih dapat berbentuk:
1. Pelayanan "karitatif", yang memberikan pertolongan pertama dan
darurat bagi mereka yang membutuhkan pertolongan. Berikan ikan pada
yang lapar.
2. Pelayanan "pengembangan", yang memberikan ketrampilan dan bekal
agar seseorang dibekali dengan kemampuan untuk memperoleh hasil.
Berikan kail agar ia dapat mengail ikan.
3. Pelayanan "pembebasan", yang membantu melepaskan seseorang dari
penindasan dan keterikatan yang berada di luar kemampuan mereka.
Seseorang bisa mempunyai kail tetapi tidak dapat mengail karena air
sungai sudah dikotori polusi pabrik industri.
Gereja-gereja dapat membuka klinik pelayanan, lembaga-lembaga bantuan
maupun yayasan-yayasan sosial Kristen sebagai perpanjangan gereja.
Dengan demikian gereja melayani bukan hanya dengan kata-kata tetapi
juga dengan perbuatan. Khotbah-khotbah harus berani membicarakan
secara terus terang isu-isu kontemporer yang dihadapi masyarakat
perkotaan secara umum dan anggota jemaat secara khusus, dengan
demikian isi khotbah tidak hanya melayang-layang di udara, tetapi
mendarat di bumi yang nyata. Ada kalanya masalah ekonomi sosial justru
ditimbulkan oleh pelaku yang adalah anggota gereja, dalam hal ini
gereja perlu berani ikut berbicara menegakkan kebenaran dan
mengingatkan yang salah.
Berita Injil perlu diterjemahkan dalam konteks kontemporer, sehingga
Injil bahkan merupakan "kabar baik" yang hanya bersifat puitis, tetapi
juga perlu bersifat "aksi". Dalam sidang Dewan Gereja Dunia di Upsala
(1968) ada demonstran membawa poster berbunyi "No Tracts but Tractor".
Traktat tanpa traktor itu ibarat roh tanpa tubuh, sedang traktor tanpa
traktat itu ibarat tubuh tanpa roh (Yak 2), tetapi manusia membutuhkan
baik traktat berisi kabar baik sekaligus traktor untuk mengisi
perutnya. Benar bahwa Yesus mengatakan bahwa "Manusia hidup bukan dari
roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah",Mat
4:4, tetapi ingat bahwa Yesus tidak mengatakan bahwa kita "tidak
membutuhkan roti", artinya roti juga dibutuhkan!
Sudah saatnya gereja tidak hanya membentuk "kerajaan dunia dengan
segala isinya" (gedung dan aset gereja, mobil, sekolah dan lain-lain),
tetapi perlu menyisihkan sebagian harta miliknya untuk pelayanan
kepada sesama kita, dan menyisihkan dana yang cukup untuk pengembangan
Sumber Daya Manusia.
(Sumber dari internet yang dilengkapi dengan pemikiran pribadi).
Seseorang di segani dan di hormati bukan karena apa yang di perolehnya, Melainkan apa yang telah di berikannya. Tak berhasil bukan karena gagal tapi hanya menunggu waktu yang tepat untuk mencoba lagi menjadi suatu keberhasilan hanya orang gagal yang merasa dirinya selalu berhasil dan tak mau belajar dari kegagalan

BERITA TERKINI

« »
« »
« »
Get this widget

My Blog List

Komentar