20 Februari 2012

TUGAS KELOMPOK DAN PRIBADI MK SOSIOLOGI


Tugas Kelompok Sosiologi (sesuai kelompok yang sudah ditentukan)
1.      Mengumpulkan artikel dari koran, Jawa pos, kompas, surya+Sindo, koran lokal atau majalah Kristen, topik yang berkaitan dengan: (1) Efek media terhadap masyarakat, (2). Partai Politik Kristen, (3) Penutupan tempat ibadah (Gereja), (4). Pembubaran ormas yang anarkis.
2.      Dikumpulkan setiap pertemuan, mulai dari pertemuan ke-3 sampai pertemuan ke-13 artinya akan terkumpul masing-masing kelompok 10 artikel.
3.      Setelah artikel terkumpul:
a.      Buatlah sebuah analisis dengan hasil riset berkaitan dengan kasus yang dipilih (efek media terhadapa masyarakat, Partai Politik Kristen, Penutupan Tempat Ibadah (Gereja), pembubaran ormas yang anarkis ).
b.      Kemudian carilah 10 responden dan ditanyakan bagaimana pendapatnya tentang kasus tersebut?
c.       Bagaimana respon masyarakat terhadap adanya kasus tersebut, apakah ada pengaruh terhadap kehidupan mereka sehari-hari?
4.      Hasil laporan di ketik pada kertas A4 spasi 1,5 cm dan di kumpul sebelum UAS.

Tugas Pribadi: (masing-masing mahasiswa) 
  1. Pilihlah sebuah artikel bertema KORUPSI dari media cetak dan gunakan artikel tersebut untuk membuat sebuah esai (maksimal 500 kata). 
 Jika ada yang tidak jelas tanyakan ke dosen pengampu mata kuliah ini!
Catatan:

Pengertian Esai
Kata “essay” berasal dari bahasa Prancis, essai, artinya mencoba atau berusaha (a try or attempt). Esai adalah sebuah upaya mengkomunikasikan informasi, opini, atau perasaan, dan biasanya menyajikan argumen tentang sebuah topik. Definisinya, esai adalah tulisan pendek yang biasanya berisi pandangan penulis tentang subjek tertentu.
Esai adalah karangan prosa yang membahas suatu masalah secara sepintas lalu dari sudut pandang pribadi penulisnya. Pengarang esai disebut esais. Esai sebagai satu bentuk karangan dapat bersifat informal dan formal. Esai informal mempergunakan bahasa percakapan, dengan bentuk sapaan “saya” dan seolah-olah ia berbicara langsung dengan pembacanya. Adapun esai yang formal pendekatannya serius. Pengarang mempergunakan semua persyaratan penulisan.

Tipe-tipe Esai
Ada enam tipe esai, yaitu :
1. Esai deskriptif. Esai jenis ini dapat meluliskan subjek atau objek apa saja yang dapat menarik perhatian pengarang. Ia bisa mendeskripsikan sebuah rumah, sepatu, tempat rekreasi dan sebagainya.
2. Esai tajuk. Esai jenis ini dapat dilihat dalam surat kabar dan majalah. Esai ini mempunyai satu fungsi khusus, yaitu menggambarkan pandangan dan sikap surat kabar/majalah tersebut terhadap satu topik dan isu dalam masyarakat. Dengan Esai tajuk, surat kabar tersebut membentuk opini pembaca. Tajuk surat kabar tidak perlu disertai dengan nama penulis.
3. Esai cukilan watak. Esai ini memperbolehkan seorang penulis membeberkan beberapa segi dari kehidupan individual seseorang kepada para pembaca. Lewat cukilan watak itu pembaca dapat mengetahui sikap penulis terhadap tipe pribadi yang dibeberkan. Disini penulis tidak menuliskan biografi. Ia hanya memilih bagian-bagian yang utama dari kehidupan dan watak pribadi tersebut.
4. Esai pribadi, hampir sama dengan esai cukilan watak. Akan tetapi esai pribadi ditulis sendiri oleh pribadi tersebut tentang dirinya sendiri. Penulis akan menyatakan “Saya adalah saya. Saya akan menceritakan kepada saudara hidup saya dan pandangan saya tentang hidup”. Ia membuka tabir tentang dirinya sendiri.
5. Esai reflektif. Esai reflektif ditulis secara formal dengan nada serius. Penulis mengungkapkan dengan dalam, sungguh-sungguh, dan hati-hati beberapa topik yang penting berhubungan dengan hidup, misalnya kematian, politik, pendidikan, dan hakikat manusiawi. Esai ini ditujukan kepada para cendekiawan.
6. Esai kritik. Dalam esai kritik penulis memusatkan diri pada uraian tentang seni, misalnya, lukisan, tarian, pahat, patung, teater, kesusasteraan. Esai kritik bisa ditulis tentang seni tradisional, pekerjaan seorang seniman pada masa lampau, tentang seni kontemporer. Esai ini membangkitkan kesadaran pembaca tentang pikiran dan perasaan penulis tentang karya seni. Kritik yang menyangkut karya sastra disebut kritik sastra.

Ciri-ciri Esai
  1. Berbentuk prosa, artinya dalam bentuk komunikasi biasa, menghindarkan penggunaan bahasa dan ungkapan figuratif.
  2. Menggunakan bahasa yang sangat pribadi atau personal. Ciri personal dalam penulisan esai adalah pengungkapan penulis sendiri tentang kediriannya, pandangannya, sikapnya, pikirannya, dan dugaannya kepada pembaca.
  3. Cenderung sederhana, padat dan focus pada masalah. artinya penulis memilih segi-segi yang penting dan menarik dari objek dan subjek yang hendak ditulis. Penulis memilih aspek tertentu saja untuk disampaikan kepada para pembaca.
  4. Penulis bersifat meyakinkan pembaca untuk menerima pendapat penulis.
Lakukan kegiatan ini !
  1. bacalah esai “KORUPSI” !
  2. temukan pokok pikiran esai
  3. selanjutnya, catatlah pokok pikirannya!
  4. sampaikan ide atau pendapat penulis esai!
  5. ungkapkan penggunaan bahasa dalam esai!
  6. kemudian, simpulkan isi esai!

10 Februari 2012

Materi Kuliah Sosiologi


Pengantar
Tanpa disadari kita sebenarnya sudah belajar sedikit tentang sosiologi, misalnya
·         Selama hidupnya dia sudah enjadi anggota masyarakat dan sudah mempunyai pengalaman-pengalaman dalam hubungan social atau hubungan antar manusia.
·         Sejak lahir di dunia, dia sudah berhubungan dengan orang tuannya, semakin meningkat usiannya, bertambah luas pula pergaulannya dengan manusia lain di dalam masyarakat.
·         Dia memahami bahwa kebudayaan dan peradaban dewasa ini merupakan hasil perkembangan masa-masa yang silam.
·         Dia pun mnyadari bahwa di dalam pelbagai hal, dia mempunyai persamaan-persamaand engan orang lain, sedangkan dalam hal-hal lain dia mempunyai sidafat-sifat yang khas sehingga berbeda dengan orang lain.
Semunya ini merupakan pengetahuan yang bersifat sosiologis, karena keikutsertaannya dalam hubungan-hubungan social.

Apakah sosiologi itu?
Pendahuluan
Manusia dan kehidupanya merupakan masalah yang sangat kompleks. Setiap kajian atas setiap dimensi kehidupan manusia itu telah menumbuhkan sebuah disiplin ilmu tersendiri. Masalah manusia dan kejiwaannya, misalnya, menumbuhkan psikologi. Masalah manusia dan kekuasaan menumbuhkan ilmu politik. Secara umum, sosiologi merupakan ilmu yang mengkaji masalah manusia dan kehidupan sosialnya atau masyarakat. Tentu saja tidak sesederhana itu.
Sosiologi sebagai Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan pada dasarnya adalah sistem pengetahuan manusia yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut. Pertama, merupakan bagian dari pengetahuan manusia. Kedua, pengetahuan itu bersifat rasional dengan mendasarkan pada penggunaan logika (Ilmiah). Ketiga, pengetahuan itu bersifat sistematis. Keempat, pengetahuan itu dapat dibuktikan kebenarannya oleh orang lain.
Secara umum, ilmu pengetahuan dapat diklasifikasikan menjadi empat macam (Soerjono Soekanto, 1990, hal 1). Pertama, Ilmu Matematika. Kedua, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajari gejala-gejala alam yang bersifat hayati (biologi) maupun gejala-gejala alam non hayati (fisika, kimia). Ketiga, Ilmu Perilaku (behavoiral science). Keempat, Ilmu Pengetahuan Kerohanian (agama, teologi).
Ilmu perilaku mencakup dua kajian. Pertama, ilmu perilaku hewan (animal behavior). Kedua, ilmu perilaku manusia (human behavior). Ilmu perilaku manusia ini disebut juga Ilmu Pengetahuan Sosial karena mengkaji perilaku-perilaku manusia pada ummnya. Dari sini berkembang berbagai cabangnya. Ilmu yang mempelajari perilaku kejiawaan manusia disebut psikologi. Yang mempelajari perilaku kekuasan manusia disebut ilmu politik. Yang mempelajari perilaku manusia yang mengembangkan mata pencaharian disebut ilmu ekonomi. Yang mempelajari perilaku manusia dan kebudyaaannya disebut antropologi.
Sosiologi merupakan sebuah ilmu pengatahuan karena memenuhi syarat-syarat ilmu pengetahuan seperti di atas (pengetahuan, rasio, logika, sistematis, teruji kebenarannya secara ilmiah). Disamping ciri-ciri itu, ciri-ciri sosiologi sebagai ilmu pengetahuan ilmiah menurut Harry M Johnson adalah sebagai berikut (Soerjono Soekanto, 1990, hal 15). Pertama, bersifat empiris, yaitu berdasar pada observasi terhadap kenyataan, bukan spekulatif. Kedua, teoritis, yaitu selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil-hasil obsrvasi. Ketiga, kumulatif, artinya teori-teori sosiologi dibentuk di atas teori-teori yang sudah ada (memperbaiki, mengembangkan teori-teori yang sudah ada). Keempat, non-etis, artinya tidak mempersoalkan masalah baik buruk (moral) tetapi hanya bertujuan untuk menjelaskan fakta secara analitis.
Mengenai definisi sosiologi sebagai ilmu pengetahuan, beberapa ahli memberikan penekanan yang berbeda-beda sebagai berikut (Soerjono Soekanto, 1990, hal 20-21). Pertama, menurut Patirim A. Sorokin, sosiologi adalah ilmu yang (1) mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial, misalnya antara gejala ekonomi dan agama, antara keluarga dan moral, (2) mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dan gejala non sosial seperti gejala biologis, geografis, alam, dan sebagainya, (3) mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial. Kedua, menurut Roucek dan Waren, sosiologi mempelajari hubungan antar manusia yang ada di dalam kelompok-kelompok. Ketiga, menurut J.A.A. van Doorn dan C.J. Lammers, sosiologi mempelajari tentang struktur sosial dan proses-proses sosial. Kelima, menurut Selo Soemardjan, sosiologi mempelajari struktur sosial, proses sosial, dan perubahan sosial.
Karena sosiologi merupakan ilmu yang luas cakupannya, dan definisi pastinya juga tidak bisa ditentukan secara sempit, maka bahan ajar ini mengacu pada pemahaman yang diberikan oleh sosilog Soerjono Soekanto dalam buku ”Sosiologi Suatu Pengantar”. Pada dasarnya, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari dimensi-dimensi sosial masyarakat, yaitu: (1)   proses-proses Sosial, (2) Kelompok Sosial, (3) Lembaga Kemasyarakatan, (4) Stratifikasi Sosial, (5) Masyarakat dan Kebudayaan, (6) Perubahan Sosial, (7) Kekuasaan dan Wewenang.
Adapun masyarakat didefinisikan dengan serangkaian penjelasan sebagai berikut (Soerjono Soekanto, 1990, hal 26-27). Pertama, sekelompok manusia yang hidup bersama. Kedua, mereka bercampur untuk waktu yang cukup lama. Ketiga, mereka sadar jika mereka merupakan satu kesatuan. Keempat, mereka menjadi sebuah sistem yang hidup bersama.
Mengacu pada definisi di atas, masyarakat mempunyai komponen-komponen sebagai berikut (Soerjono Soekanto, 1990, hal 28-29). Pertama, populasi, yaitu manusia-manusia yang menjadi anggota masyarakat itu. Kedua, kebudayaan, yaitu hasil karya, rasa, dan cipta manusia. Ketiga, hasil-hasil kebudayaan material. Keempat, organisasi sosial, yaitu jaringan hubungan antar warga-warga masyarakat yang mencakup unsur-unsur seperti (1) status dan peran (2) kelompok-kelompok sosial, (3) stratifikasi sosial.

Sejarah Perkembangan Sosiologi
Sosiologi adalah ilmu sosial yang relatif masih muda karena baru berkembang setelah tokoh bernama Auguste Comte (1798-1853) mengembangkan pemikiran-pemikirannya (Soerjono Soekanto, 1990, hal 31). Dengan demikian perkembangan sosiologi dapat diklasifikasikan sebagai sosiologi sebelum Auguste, sosiologi Auguste Comte, dan sosiologi sesudah Auguste Comte.
Pada era sebelum Auguste Comte, sosiologi belum terbentuk sebagai sebuah disiplin ilmu tersendiri. Pada periode itu baru berkembang pemikiran-pemikiran filosofis tentang kehidupan sosial (masyarakat). Para filsuf yang banyak memberi kajian masalah-masalah sosial adalah sebagai berikut:
Plato (429-37 SM) Menurutnya, masyarakat adalah refleksi dari kehidupan manusia secara perorangan yang memiliki tiga unsur (nafsu, semangat, intelegensia). Masyarakat pada dasarnya merupakan kesatuan yang menyeluruh (sistem).
Aristoteles (384-32 SM) Masyarakat yang merupakan sebuah sistem dapat dianalogikan dengan organisme biologis manusia. Basis masyarakat adalah moral.
Ibn Khaldun (1332-1406). Masyarakat merupakan kesatuan sosial yang terikat oleh perasaan solidaritas. Faktor solidaritas menyebabkan adanya ikatan dan usaha-usaha atau kegiatan-kegiatan bersama antara manusia.
Pemikiran zaman Renaisans (1200-1600).Thomas More mengemukakan ide tentang bentuk masyarakat yang ideal. N. Machiavelli menekankan masalah kekuasaan dalam masyarakat dan bagaimana mempertahankan kekuasaan itu.
Thomas Hobbes (1588-1679). Menurutnya, manusia secara alamiah  mempunyai keinginan-keinginan mekanis yang membuat mereka bisa saling berkonflik. Tetapi, manusia juga mempunyai pikiran untuk hidup damai sehingga menciptakan masyarakat berdasarkan perjanjian atau kontrak antara para warganya (kontrak sosial).
Pemikiran abad ke-18. John Locke (1632-1704) dan J.J. Rousseau (1712-1778) mengembangkan konsep “kontrak sosial” dari Thomas Hobbes. Kontrak antara warga masyarakat degan fihak yang mempunyai wewenang sifatnya atas dasar faktor pamrih.
Saint Simon (1760-1825). Menurutnya, manusia harus dipelajari dalam konteks kehidupan berkelompok. Sejarah manusia adalah seperti sebuah ”fisika sosial”.
Auguste Comte (1798-1853) adalah ilmuan yang pertama-tama menggunakan istilah ”sisiologi” dan yang pertama-tama memberikan definisi ilmu tersebut sehingga membedakan ruang lingkupnya dengan ilmu-ilmu lainnya (Soerjono Soekanto, 1990, hal 34). Comte bertolak dari pemikirannya bahwa perkembangan intelektual manusia melewati tiga tahap. Pertama, tahap teologis atau fiktif, yaitu manusia menafsirkan dunia ini sebagai dunia gaib yang dikendalikan roh dewa-dewa semata. Kedua, tahap metafisika, yaitu pandangan bahwa setiap gejala yang ada pada akhirnya akan bisa diungkapkan atau dipahami. Pengungkapkan itu akan membuat manusia bisa menemukan hukum-hukum alam.Ketiga, tahap ilmu pengetahuan positif.
Menurut Comte, sosiologi adalah ilmu pengetahuan positif yang mengungkapkan kebenaran-kebenaran kehidupan manusia secara ilmiah. Hirarki atau tingkatan ilmu-ilmu pengetahuan menurut tingkat pengurangan generalitas dan penambahan kompleksitasnya adalah, (1) matematika, (2) astronomi, (3) fisika, (4) ilmu kimia, (5) biologi, (6) sosiologi. Bagi Comte, sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang paling kompleks.
Auguste Comte membeadakan sosiologi menjadi dua. Pertama, sosiologi statis, yaitu sosiologi yang mempelajari hukum-hukum statis yang menjadi dasar adanya masyarakat. Ini semacam studi tentang ”anatomi sosial” yang mempelajari aksi-aksi dan reaksi-reaksi yang terjadi dalam sistem sosial. Kedua, sosiologi dinamis, mempelajari perkembangan atau pembangunan kehidupan masyarakat.
Perkembangan sosiologi setelah Auguste Comte banyak dipengaruhi oleh ilmu-ilmu lainnya sehingga menunculkan berbagai aliran atau mazhab yang bersifat khusus (Soerjono Soekanto, 1990, hal 37-47).
Mazhab Geografi dan Lingkungan. Mazhab ini melihat hubungan sangat erat antara kehidupan masyarakat dengan keadaan tanah dan lingkungan alam. Sebagai contoh adalah pemikiran sosiologi Edward Buckle dari Inggris (1821-1862) yang  menyimpulkan bahwa perilaku bunuh diri adalah akibat dari rendahnya penghasilan karena kondisi alam yang buruk.
Mazhab Organis dan Evolusioner Sosiologi pada mazhab ini banyak dipengaruhi oleh teori-teori ilmu biologi. (1) Herbert Spencer (1820-1903) misalnya, melihat masyarakat seperti sebuah organisme biologis. Menurut Spencer, sama seperti evolusi mahluk hidup, masyarakat akan berkembang dari bentuk organisme yang sederhana menuju bentuk organisme yang kompleks. Masyarakat yang kompleks mempunyai sistem pembagian kerja yang kompleks yang bersifat heterogen. (2)  Pemikiran Spencer mempengaruhi W.G. Summer (1840-1910). Menurut Summer, kompleksitas masyarakat terlihat dari sistem norma yang mengatur kehidupan mereka. Semakin kompleks sebuah masyarakat, semakin rumit pula sistem aturan kehidupan sosial yang berkembang. (3) Menurut Soerjono Soekanto, Emile Durkheim (1855-1917) bisa digolongkan sebagai sosiolog mazhab organis ini karena dia membahas kehidupan masyarakat yang juga dianggapnya seperti sebuah organisme. Menurut Durkheim, unsur baku dalam masyarakat adalah solidaritas. Pertama, solidaritas mekanis, yaitu solidaritas yang mengikat masyarakat sederhana yang belum mempunyai diferensiasi dan pembagian kerja yang kompleks. Pada masyarakat sederhana, kepentingan dan kesadaran antar warganya relatif sama. Kedua, solidaritas organis, yaitu solidaritas yang mengikat masyarakat kompleks yang memiliki diferensiasi dan pembagian kerja yang rumit seperti halnya masyaraka industri. (4) Tokoh lain dari mazhab ini adalah Ferdinand Tonnies dari Jerman (1855-1936), membedakan antara masyarakat ”paguyuban” dan masyarakat ”patembayan”. Paguyuban (gemeinchaft) adalah kehidupan masyarakat yang sederhana yang bersifat karib, akrab, menekankan hubungan perasaan, simpati pribadi, dan kepentingan bersama. Patembayan (gesselschaft) adalah kehidupan masyarakat kompleks yang menekankan kepentingan-keentingan dan ikatan-ikatan rasional
Mazhab Formal. Mazhab ini dipengaruhi oleh ajaran-ajaran dan filsafat Immanuel Kant. (1) Georg Simmel (1858-1918) mengatakan bahwa elemen-elemen masyarakat mencapai kesatuan melalui bentuk-bentuk yang mengatur hubungan antar elemen-elemen itu. Sosiologi bertugas mengidentifikasi proses terjadinya kesatuan tersebut. (2) Leopold von Wiese (1876-1961) mengatakan bahwa sosiologi harus memusatkan perhatian pada hubungan-hubungan antar manusia tanpa mengaitkan dengan tujuan-tujuan maupun kaidah-kaidah. Sosiologi harus mulai dengan pengamaan terhadap perilaku-perilaku konkrit. (3) Alfred Vierkandt (1867-1953) mengatakan bahwa sosiologi justru harus menyoroti situasi-situasi mental yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara insivisu-individu dan kelompok-kelompok dalam sebuah masyarakat.
Mazhab Psikologi. Pada mazhab ini, sosiologi banyak dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran dan teori-teori psikologi. (1) Gabriel Tarde (1843-1904) dari Perancis mengembangkan sosiologi dari pemikiran bahwa gejala-gejala sosial mempunyai sifat psikologis yang terdiri dari interaksi jiwa-jiwa individu. Dengan demikian gejala-gejala sosial harus dijelaskan dalam kerangka reaksi-reaksi psikis seseorang. (2) Albion Small (1854-1926) dan beberapa sosiolog Amerika Serikta menekankan bahwa sosiologi harus mempelajari reaksi-reaksi  individu terhadap individu maupun kelompok terhadap kelompok. (3) Richard Horton Cooley (1864-1924) menekakan bahwa individu dan masyarakat itu saling melengkapi. Dalam kelompok primer (primary group), hubungan antar pribadi dari para warganya sangat erat. Inilah kehidupan sosial yang paling mendasar. (4) L.T. Hobhouse (1864-1929) mengatakan bahwa psikologi dan etika harus menjadi kriteria untuk mengukur perubahan sosial.
Mazhab Ekonomi. Mazhab ini sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran di bidang ekonomi. (1) Karl Marx (1818-1883) mengembangkan pemikiran tentang perubahan masyarakat yang disebabkan karena faktor ekonomi. Ketika masyarakat masih terdapat stratifikasi sosial maka akan terdapat kelas-kelas sosial yang saling bertikai. Kelas sosial yang berkuasa akan menindas kelas sosial yang rendah seperti halnya masyarakat buruh dan kaum miskin (golongan proletar). Kondisi ini akan mendorong kelas bahwa itu melakukan pemberontakan dan memenangkan kekuasaan sehingga akhirnya tumbuh suatu jenis masyarakat baru yang tanpa kelas. (2) Max Weber (1864-1920) menjelaskan bagaimana perilaku individu-individu dalam masyarakat. Weber membedakan perilaku individu sebagai berikut: (1) aksi yang bertujuan, yaitu aksi-aksi individu yang dilakukan untuk mencapai hasil-hasil tertentu secara efisien, (2) aksi yang berisikan nilai yang telah ditentukan, yaitu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu, (3) aksi tradisional, yaitu perilaku untuk melakukan aturan yang bersanksi, (4) aksi emosional, yaitu perilaku yang menyangkut perasaan seseorang. Jenis-jenis aksi itumenimbulkan hubungan-hubungan sosial yang beragam di dalam masyarakat.
Mazhab Hukum. Mazhab sosiologi ini dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran di bidang hukum. (1) Emile Durkheim.Sosiologi mempelajari hubungan antara hukum dan jenis-jenis solidaritas dalam masyarakat. Pada amasyarakat sederhana yang berolidaritas mekanis, terdapat kaidah-kaidah hukum yang bersifat represif. Pada masyarakat kompleks bersilidaritas organis, terdapar kaidah-kaidah hukum yang bersifat restitutif. Hukum represif menekankan pemberian sanksi pidana yang berat, yang sering merampas kehormatan dan masa depan serta memberikan penderitaan pada terpidana. Sedangkan hukum restitutif memberikan sanksi sedemikian rupa untuk mengembalikan pada keadaan semula sebelum terjadi keguncangan akibat pelanggaran kaidah hukum itu. Karena itu dalam masyarakat modern, disamping terdapat hukum pidana terdapat pula hukum perdata, hukum dagang, hukum acara, hukum administrasi, dan hukum tata negara. (2) Max Weber. Menurutnya ada 4 jenis hukum: (1) hukum irasional dan materiil yang dasar keputusannya bersifat emosional tanpa kaidah, (2) hukum irasional dan formal di mana ada undang-undang dan hakim namun dasarnya adalah kaidah-kaidah di luar akal yang dianggap sebagai wahyu, (3) hukum rasional dan materiil, keputusan para pembentuk undang-undang dan hakik menunjup pada suatu kitab suci, kebijaksanaan-kebijaksanaan penguasa atau ideologi, (4) hukum rasional dan formal, hukum yang dibentuk berdasar konsep-konsep abstrak dari ilmu hukum. Menurut Weber, hukum rasional dan formal merupakan dasar dari negara modern
Menurut Soerjono Soekanto, beberapa tokoh Indonesia asli sudah memikirkan masalah-masalah sosiologi (Soerjono Soekanto, 1990, hal 56). Ajaran Wulang Reh dari Sri Paduka Mangkunegoro IV misalnya, membahas hubungan sosial antar golongan sosial. Ki Hadjar Dewantoro juga mengkaji masalah sosiologis berkenaan dengan kepemimpinan dan kekeluargaan.
Sebelum Indonesia merdeka, sudah ada percikan-percikan pemikiran sosiologis. Snouck Hurgronje, C. Van Vollenhoben, Ter Haar, Duyvendak, dan lain-lain telah menghasilkan karya-karya tulis sosiologis. Sekolah Tinggi Hukum (Rechtshogeschool) di Jakarta juga mengajarkan sosiologi pada mahasiswa-mahasiswanya.
Setelah Indonesia merdeka, sosiologi berkembang pesat di Indonesia, meski awalnya hanya dianggap sebagai ilmu bantu (Soerjono Soekanto, 1990, hal 58-60).
  • Pada 1948, Soenario Kolopaking mulai mengajar sosiologi di Akademi Ilmu Politik Yogyakarta (kemudian menjadi Fakultas Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada).
  • Sejak 1950, beberapa mahasiswa Indonesia belajar sosiologi di luar negeri.
  • Djody Gondokusumo menulis buku sosiologi pertama berjudul ”Sosiologi Indonesia”.
  • Hasan Shadily, lulusan Cornell University, menulis buku ”Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia”.
  • Selo Soemardjan, lulusan Cornell University menerbitkan disertasinya berjudul “Social Changes in Yogyakarta” (1962)
  • Selo Soemardjan bersama Soelaeman Soemardi menulis buku ”Setangkai Bunga Sosiologi” (1964)
  • Mayor Polak, seorang warga Indonesia bekas anggota Pangreh Praja Belanda yang telah belajar sosiologi di Leiden (Belanda) menulis buku ”Pengantar Sosiologi Pengetahuan, Hukum, dan Politik” (1967)
  • Beberapa Universitas Negeri mengajarkan sosiologi (Universitas Gadjah Mada, Univerisitas Indonesia, Universitas Padjajaran, dan lain-lain)
  • Sejalan dengan perkembangan dan pergolakan masyarakat Indonesia, analisis-analisis, riset-riset dan buku-buku sosiologi semakin merebak. Demikian juga para sosiolog bermunculan di Indonesia.
Kegunaan atau Manfaat Sosiologi
Sosiologi memberikan manfaat secara praktis melalui penelitian ilmiah (kegiayan ilmiah yang didasarkan pada proses analisis dan konstruksi) (Soerjono Soekanto, 1990, hal 457). Tujuan penelitian adalah mengungkapkan kebenaran dalam kehidupan sosial masyarakat. Dengan demikian, misalnya, kita bisa mengetahui faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial atau penyimpangan sosial. Selanjutnya informasi itu menjadi masukan untuk mengambil keputusan atau kebijakan untuk pembangunan masyarakat.
Manfaat penelitian adalah sebagai berikut. Pertama, penelitian murni bermanfaat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan secara teoritis. Kedua, penelitian yang berpusat pada masalah bermanfaat untuk memecahkan masalah yang timbul dalam perkembangan teori. Ketiga, penelitian terapan bermanfaat untuk memecahkan masalah yang dihadapi (oleh masyarakat atau pemerintah).
Melalui penelitian sosiologis kita dapat memahami kebenaran masalah-masalah sosial seperti masalah-masalah proses sosial, kelompok sosial, stratifikasi sosial, lembaga kemasyarakatan, kekuasan dan wewenang, dan perubahan sosial. Hasil-hasil penelitian sosiologis dapat dimanfatkan oleh ilmu-ilmu sosial lainnya. Hal ini disebabkan karena penelitian sosiologis memusatkan perhatiannya pada masyarakat, yang merupakan wadah kehidupan bersama yang mencakup aspek-aspek: (1) fisik, (2) biologis, (3) politis, (4) ekonomis, (5) sosial, (6) budaya, (7) kesehatan, (8) pertahanan-keamanan, (9) hukum.
Sebagai contoh adalah manfaat penelitian sosiologis dalam proses pembangunan. Dalam merencanakan pembangunan, selalu dibutuhkan data-data akurat tentang perkembangan masyarakat, misalnya mengenai perkembangan proses sosial, kelompok-kelompok sosial, kebudayaam, lembaga-lembaga kemasyarakatan, dan lain-lain. Melalui penelitian sosiologis, data-data itu diperoleh dan menjadi masukan-masukan yang penting. ......bersambung

Materi Kuliah Liturgika


Pengantar
·         Pertanyaan apa yang saudara pahami tentang liturgy…………….?
·         Dalam teologi Ilmu yang membahas tentang peribadahan di sebut ilmu liturgy
·         Liturgy adalah kegiatan ibadah, baik berbentuk seremonial maupun praksis (ibadah yang sejati). Ibadah yang sejati tidak terbatas pada pelayanan di gereja melalui selebrasi, tetapi terwujud pula di dalam sikap huidup orang percaya di dunia sehari-hari selalui aksi. Aksi ibadah meliputi pelayanan, tindakan, tingkah laku, hidup keagamaan, spritualitas, cara berpikir, pola piker, menanggapi, dsb.
·         Ibadah yang sejati menurut paulus …. Roma 12:1, menurut Paulus, inti ibadah Kristen adalah mempersembahkan hidup kepada Tuhan. Tanpa dasar ini, ibadah dalam bentuk apapun tidak bernilai. Ibadah menjadi hambar jika ia terbatas hanya pada perayaan.
·         Ada hubungan antara ibadah dan sikap hidup sehari-hari, yang satu mewarnai yang lain secara timbal balik dan harmonis.

Istilah dan Pemahaman Etimologis Liturgi
·         Apa bedanya liturgy, kebaktian, dan ibadah?
·         Kata liturgy berasal dari bahasa Yunani: leitourgia berasal dari dua kata, yaitu ergon, artinya melayani atau bekerja, dan laos, artinya bangsa, masyarakat, persekutuan umat. Kata laos dan ergon diambil dari kehidupan masyarakat Yunani kuno sebagai kerja nyata rakyat kepada bangsa dan Negara. Secara praktis hal ini berupa bayar pajak, membela Negara dari ancaman musuh atau wajib militer.
·         Leitourgia juga digunakan untuk menunjuk pelayan rumah tangga dan pegawai pemerintah, semisalnya penarik pajak.
·         Rasul Paulus menyebut dirinya sebagai pelayan (leitourgos) Kristu Yesus bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi (Rm. 15:16). Paulus juga menyebut para penarik pajak sebagai para pelayan (leitourgoi) Allah (Rm 13:6). Paulus juga memahami bahwa liturgy adalah sikap beriman sehari-hari. Liturgy tidak terbatas pada perayaan gereja.
·         Dewasa ini kata liturgy menjadi sebutan khas dan umum untuk perayaan ibadah Kristen. Kata liturgy sudah diterima secara umum untuk menyebut ibadah Kristen.  Kata liturgy sendiri bagu dimasukkan sebagai perayaan ibadah gereja sekitar abad ke-12.
·         Kata yang seajajar dalam bahasa Indonesia adalah “kebaktian”. Bhakti (sansekerta) adalah perbuatan yang menyatakan setia dan hormat, memperhambakan diri, perbuatan baik. Bakti dapat ditujukkan baik untuk seseorang, Negara, maupun untuk Tuhan yang dilakukan dengan sukarela…misalnya sebutan untuk kebaktian natal.
·         Kata ibadah, misalnya ibadah minggu, berasal dari bahasa Arab yaitu ebdu atau abdu (abdi=hamba). Kata ini sejajar dengan kata Ibrani, abodah (ebed=hamba) yang artinya perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Tuhan. Ibadah terkait seerat-eratnya dengan suatu kegiatan manusia kepada Tuhan, dengan pelayanan kepada Tuhan.
·         Pemahaman ibadah atau kebaktian tidak terbatas pada sisi selebrasi (walaupun itu penting), tetapi mengandung arti “perbuatan tunduk dan hormat”. Pada satu pihak kebakti mempunyai makna terbatas pada upacara agama dalam bentuk perayaan, tetapi juga mempunyai makna yang luas, yakni sikap hidup sebagai pelayan Tuhan. Sikap hidup ini menyangkut tabiat, perbuatan, karakter, pola piker yang ditunjukkan secara utuh dan nyata oleh orang percaya did lam dunia.
·         Liturgy, kebaktian, dan ibadah secara resmi digunakan secara sama dan sejajar dalam bahasa Indonesia, tetapi ada perbedaan pemakaian. Misalnya kata liturgy sering dipakai dalam kaitan dengan disiplin ilmu atau tata cara resmi dan agung sebagaimana dalam gereja katolik roma. Kata kebaktian lebih sering digunakan untuk menunjuk kegiatan perayaan peribadahan. Semntara kata ibadah cenderung digunakan secara umumuntuk menunjuk perayaan agama apa pun, bahkan agama-agama tradisi dan agama suku.
·         Respon atau tanggapan umat kepada Allah terjadi melalui tata ibadah, termasuk tata gerak, tata warna, tata ruang, music, dsbnya. Melalui berbagai tata, baik hal keteraturan maupun hal ketertiban, karya keselamatan Allah kepada dunia dirayakan. Hal ini sesuai dengan pemahaman Paulus yaitu segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan tertib (1 Kor. 14:26-40)
·         Respon dalam liturgy manandakan bahwa sifat ibadah adalah dialogis, dalam liturgy terjadi dialog antara umat dan Allah. Dialog ini tidak boleh dikurangi nilainya oleh para pelayan liturgy dengan mengambil alih atau merebut hak umat untuk berdialog dengan Allah.
·         Pusat perhatian umat dalam liturgy adalah Kristus. Inisiatif dan peran Kristus adalah utama antara para pelayan liturgy, gereja, music. Kristuslah pusat perhatian umat, bukan sang mempelai jika dalam kebaktian pernikahan atau calon baptis jika dalam pembaptisan. Daam  disiplin ilmu liturgy ada dua tahap yang harus dilakukan oleh teolog atau pemimpin gereja atau komisi liturgy untuk membuat tata liturgy, yaitu:
1.    Mengadakan penelitian historis dan teologi tentang liturgy dan elemen-elemennya.
2.    Menilai dan memperhatikan relevansinya bagi tata liturgy yang sedang disiapkan.
Jadi liturgy kita dari denominasi apapun berada dalam suatu tradisi tertentu yang dapat ditelusuri dalam sejarah gereja. ...bersambung...selengkapnya download di sini

2 Februari 2012

Yesus dalam Quran

Buku ini menawarkan kajian baru tentang apa yang Qur’an katakan mengenai Yesus, dan dibandingkan dengan uraian-uraian yang sama dari Injil. Buku ini berupaya untuk membantu memberikan penjelasan supaya beberapa kesalah-pahaman dari kalangan muslim dan kristen tentang Yesus, karena akibat dari kesalapaman ini telah mengarah pada penghinaan Yesus dan Injil.
Dalam Qur’an Yesus diberi sejumlah gelar kehormatan. Dalam Quran Yesus dikenal dengan sebutan Isa, Qur’an menyebut nama Isa sebanyak 25 kali. Selain itu Yesus juga disebut Anak Maryam (Ibnu Maryam), gelar ini ditambahkan untuk menunjukkan bahwa Yesus juga mengalami kematian seperti nabi-nabi Tuhan yang lain. Dalam gelar ini Yesus menggunakan nama ibunya karena, Quran sendiri percaya bahwa Yesus dilahirkan tanpa seorang ayah, Quran tidak menyebut Yusuf, berbeda dengan Alkitab PL dan PB yang menyebut Yusuf sebagai ayah angkat Yesus. Dalam hal ini Quran percaya bahwa Yesus dilahirkan dari seorang perawan, seorang perempuan yang beriman yang menjaga kesuciannya serta seorang perempuan yang taat kepada Tuhan dan Tuhan telah memilihnya dari antara para wanita dunia. Dalam hal ini Quran tidak mengkritik.
Yesus menerima gelar Al-Masih (Kristus) sebanyak 7 kali dalam Quran. Tidak ada penjelasan tentang gelar ini, kelihatannya gelar ini memiliki pengertian khusus yaitu ingin menjelaskan bahwa Yesus bukan Tuhan tetapi hanya seorang rasul Tuhan. sehingga dikatakan telah kafir orang-orang yang mengatakan bahwa Tuhan adalah Al-Masih, anak Maryam (5:17; 5:72). Ada beberapa hal yang dilakukan Yesus juga terdapat di dalam Quran dan adalah eskplisit dalam Injil. Quran juga mengisahkan Yesus sebagai seorang pengembara atau pergi haji. orang-orang muslim kemudian menjadikan Yesus model orang naik haji dan contoh bagi pada sufi, bahkan aliran Ahmadiyah menerapkan pengembaraan Yesus pada kepercayaan mereka.
Quran juga menyebut Yesus sebagai hamba Tuhan. Yesus juga disebut Nabi (19:30), Quran memandang nabi sebagai utusan Tuhan yang membawa pesan khusus. Quran mencatat bahwa kitab Taurat, Zabur, dan Injil adalah wahyu Tuhan yang dibawah oleh para Nabi, dan pada saat yang sama muhammad diutus Tuhan untuk membawa Quran yang berbahasa Arab, untuk membuat orang-orang Arab menjadi masyarakat kitab. Quran juga menyebut orang-orang Yahudi sebagai ahli kitab, selain itu muhammad juga pernah menegur orang Yahudi yang tidak mengakui Yesus sebagai seorang Nabi. Dalam hadis Bukhari dikatakan bahwa Rasululah bersabda Aku adalah orang yang paling dekat kepada anak Maryam. Antara Yesus dan Aku tidak ada seorang pun Nabi. Jadi dapat disimpulkan bahwa muhammad pada intinya mengakui keberadaan Yesus sebagai Nabi. Yesus tidak hanya dianggap Nabi, tetapi Utusan dan Al-Masih, Tanda bagi seluruh alam. Quran dan Islam belakangan menyebut Yesus, Ruh Tuhan (Ruh Allah). Dalam dunia Islam Yesus dihormati sebagai model kesucian dan kemelaratan.
Quran juga memberi gelar utusan (rasul) kepada Yesus, gelar ini dipakai 10 kali dalam Quran. Menurut Quran Yesus  diutus sebagai seorang rasul, sama dengan muhammad hanya seorang rasul. Namun Quran menyebutkan Yesus sebagai nabi dan sekaligus rasul yang memeiliki kelebihan yaitu Dia memiliki Injil dan bukti-buksti sekaligus lewat ajaranNya. Lebih jauh Quran menyebutkan bahwa Yesus didukung atau dikuatkan oleh Ruh Kudus. Jadi dapat dikatakan Quran mengakui pesan Yesus dan Injil. Quran juga membicarakan tentang Yesus sebagai perkataan (Logos), Yesus adalah perkataan dari Tuhan, dalam surat 4:171 dikatakan bahwa Al-Masih, Yesus, Anak Maryam hanyalah utusan Tuhan dan perkataanNya yang dilemparkan  kepada Maryam dan Ruh dariNYa. Quran mencatat bahwa Yesus diberikan dukungan ruh, mulai dari saat masih dalam ayunan, saat muda, dan saat tumbuh berkembang sebagai manusia, Ruh suci mendukung Yesus. Dalam surat 4:171 Yesus dikatakan sebagai ruh dari Tuhan. Masih banyak gelar-selar yang lain yang diberikan Quran kepada Yesus seperti Saksi (syahid), Rahmat (rahma), Terkenal (wajih). Dapat disimpulkan bahwa Quran sangat menghargai dan memberi penghormatan kepada Yesus.
Sama dengan Injil, Quran juga mencatat tentang Yohanes pembatis anak Zakaria, namun Quran memberikan penjelasan yang samar-samar tidak seakurat yang dituliskan oleh Injil, kemungkinan besar apa yang ditulis dalam Quran cenderung dipengaruhi oleh cerita orang-orang kristen yang bersentuhan dengan orang-orang muslim. Tetapai menarik kisah Yohanes dalam Quran tidak terlepas mariam ibu Yesus. Quran memberi  penghargaan khusus kepada maryam karena menjadi ibu Yesus. Belakangan Islam memandang Maryam sebagai seorang yang tak berdosa, sama dengan para nabi. Namun pada bagian lain Quran menolak untuk menyebut maryam sebagai ibu Tuhan hal ini juga terjadi pada pengikut kristen Nestorius yang menolak menyebut Maryam sebagai ibu Tuhan. Demikian juga dengan Nabi Muhammad yang memiliki rasa penghormatan yang mendalam kepada Maryam sebagai ibu Yesus.
Quran juga menguraikan tentang kelahiran Yesus melalui Maryam. Quran percaya bahwa Yesus dilahirkan tanpa ayah, dan pembetukannya melalui peniupan roh Tuhan. Pada intinya Quran mencatat tentang kelahiran Yesus sebagai yang berasal dari Allah, meskipun dalam proses kelahirannya ada yang sejalan dengan Injil tetapi lebih banyak yang bertolak belakang dengan apa yang dituliskan dalan Injil. Selain kelahiran Yesus, Quran juga mengkonfirmasikan pekerjaan-pekerjaan Yesus. Quran mencatat bahwa Yesus melakukan mujizat-mujizat sebagai tanda kenabiannya, dan Quran menyaksikan bahwa semua mujizat yang dilakukan Yesus adalah atas kehendak Allah. Beberapa mujizat yang dilakukan Yesus dan ditulis dalam Quran, juga ditulis dalam Injil, seperti menyembuhkan orang buta, menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati. Quran hanya memaparkan tentang penyembuhan-penyembuhan tetapi tidak menceritakan tentang mijizat-mujizat seperti yang dipaparkan di dalam Injil. Namun mujizat tentang penciptaan burung yang bisa terbang dari tanah,  ini tidak di dapati di dalam Injil. Mujizat-mujizat yang dilakukan Yesus masih menjadi perdebatan diantara orang Islam, ada yang percaya namun ada yang menafsirkan dalam arti yang lain.
Demikian juga dengan kata-kata Yesus, sebagian kata-kataNya yang aktual juga dikisahkan di dalam Quran meskipun dengan gaya yang agak berlainan dengan yang terdapat di dalam Injil. Yang menarik banyak kata-kata dalam Quran yang merujuk kepada kata-kata yang ada di dalam Alkitab, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru baik dari segi ajaran agama maupun segi etika. Namun, ada juga yang sangat bertolah belakang dengan Injil. Misalnya, pernyataan Quran bahwa apa yang Yesus janjikan tentang penghibur ditafsirkan bahwa yang dimaksud adalah Muhammad, tetapi inipun masih menjadi perdebatan diantara para penafsir Islam sendiri.
Kematian Yesus pun menjadi perdebatan antara Islam dan Kristen sepanjang sejarah. Dikalangan penafsir Islam sendiri terdapat perbedaan tentang kematian Yesus, mereka pada umumnya berpendapat bahwa Yesus tidak mengalami penyiksaan karena Tuhan telah menggantinya dengan orang yang menyerupai Yesus, sementara Yesus sendiri diangkat oleh Tuhan ke sorga. Namun Quran sendiri dalam ayat-ayatnya tidak mengatakan bahwa Yesus disiksa dalam keadaan tubuhnya yang rusak dan juga Quran tidak menyatakan bahwa  ada seorang penggantinya. Jelas hal ini bertentangan dengan Quran sendiri, karena setiap tambahan keterangan pada ayat Quran tidak dibenarkan. Kelihatannya sebagian penulis Muslim telah mencoba mengangkat masalah kematian Yesus melampaui batas-batas interprestasi. Meskipun Quran tidak menuliskan tetapi Islam tradisional percaya bahwa Yesus telah diangkat ke sorga bersama jasadnya, dan juga dalam tradisi muslim muncul pendapat bahwa Yesus akan datang kembali untuk memperbaiki segala kerusakan dan memerintah sebagai seorang penguasa yang adil. demikian juga Bukhari dalam haditsnya menyebutkan bahwa putra maryam akan turun ditengah-tengah masyarakat sebagai hakim yang adil.
Pernyataan tentang Yesus sebagai anak Tuhan, Quran menolak pernyataan ini. Pada dasarnya Quran menegaskan keesaan Allah bahwa Tuhan tidak mungkin melahirkan anak seperti manusia, Tuhan tidak dapat disamakan dengan yang lain. Quran menolak keras pandangan bahwa Tuhan memiliki anak. Dengan kata lain Quran menegaskan bahwa Yesus bukanlah Tuhan tambahan yang berkedudukan sebagai anak. Karena bagi kaum muslim kepercayaan akan adanya anak Tuhan merupakan sebuah penghinaan terhadap keesaan Tuhan. Demikian juga dengan Trinitas juga Quran menolak, kaum muslim memahami trinitas sebagai tiga Allah. Jika demikian halnya pandangan tiga Alllah sangat tercela di dalam ajaran kristen, karena kristen mengklaim dirinya sebagai monoteis. Untuk memahami trinitas kaum muslim hendaknya melihat atau memahami trinitas dalam ajaran kristen.
Quran juga memberi penghargaan yang tinggi kepada kitab suci Taurat dan Injil dan ini disebutkan berkali-kali. Dijelaskan bahwa Quran menjelaskan apa yang ada sebelumnya dan tidak menghapus kitab sebelumnya tetapi mengukuhkan dan sebagai batu uji kebenaran yang memperjelas apa yang dimaksudkan kitab-kitab sebelumnya. Jika demikian Quran sendiri memberi kesaksian bahwa jika ada kesulitan mengenai isi Quran maka kitab-kitab sebelumnya dapat dijadikan rujukan (surat 10:94). Quran juga tidak memberi keterangan bahwa Injil yang menjadi pegangan orang-orang kristen berbeda dengan Injil yang dimaksud Quran. Zaman modern ini muncul polemik yang menyalakan orang-orang kristen karena merubah Injil, tetapi ada sejumlah komentator muslim yang berpendapat bahwa Injil tetap dalam keadaannya yang asli, hanya tafsirannya yang dikelirukan, bukan teksnya. Demikian juga dengan orang-orang kristen dimuliahkan dalam beberapa ayat Quran karena Quran menempatkan orang-orang kristen lebih dekat persahabatannya dengan kaum muslim.

Karya Kristus dalam Menyelamatkan Manusia

Oleh: Adrianus Pasasa, S.T, M.A
Dalam kitab Ibrani, Kristus adalah sentralitas dalam menyelamatkan orang-orang percaya. Pasal pertama  menjelaskan bagaimana Allah telah berfirman dalam berbagai cara kepada nenek moyang kita melalui perantaraan nabi-nabi-Nya. Pernyataan itu dimulai dari Adam, Tuhan telah menyatakan bagaimana Kristus akan meremukkan kepala setan (Kej 3:15). Kepada Abraham, Kristus akan datang dari bangsa yang dikepalai Abraham (Kej 12:1-2). Kepada Yakub, Kristus akan berasal dari suku Yehuda (Kej 49:10). Kepada Daud, Kristus akan berasal dari keturunan Daud (Mzm 132:11). Kepada Mikha, Kristus akan lahir di Betlehem (Mi 5:2). Kepada Daniel, Kristus akan disalibkan (Dan 9:26). Kepada Zakharia, Kristus akan dijual seharga tiga puluh keping perak (Za 11:13). Kepada Yesaya, Kristus akan dianiaya karena dosa kita (Yes 53:7).
            Apa yang difirmankan Allah dengan perantraan nabi-nabi  dalam berbagai cara memang benar, tetapi belum genap dan belum sempurna. Kristus telah dinyatakan dalam Perjanjian Lama dengan ibarat dan ilustrasi, namun baru digenapi di dalam Perjanjian Baru. Wahyu Allah menjadi genap dan sempurna di dalam Yesus Kristus. Kristus adalah sentralitas dari seluruh rencana Allah untuk menyelamatkan umat manusia. Yesus adalah satu-satunya pengantara antara Allah dan manusia. Kristus adalah wahyu Allah yang genap dan sempurna dan paling tinggi di antara segala nabi maupun malaikat-malaikat dan lebih besar daripada Musa dan Harun. Yesus adalah gambar wujud Allah dan setara dengan Allah. Nabi-nabi, Musa dan Harun tidak sempurna, tetapi Yesus sempurna dan tidak bercacat cela. Penulis surat Ibrani meyakinkan pembacanya bahwa Yesus Kristus adalah pusat dari keselamatan. Malaikat-malaikat dan nabi-nabi hanya sarana yang dipakai Allah untuk menyatakan kedatangan Juruselamat yang sempurna yaitu Yesus Kristus.
            Yesus datang untuk mengerjakan keselamatan yang besar. Orang yang percaya kepada-Nya akan diselamatkan dan memasuki hidup berkemenangan di dalam Yesus Kristus. Orang yang masuk ke tempat perhentian di dalam Kristus hanya melalui iman kepada Yesus Kristus. Yesus Kristus adalah Imam yang lebih tinggi dari pada Imam Harun. Yesus Kristus adalah Imam Besar yang sempurna. Imamat Harun tidak sempurna dan tidak kekal karena ia sendiri masih berdosa, tetapi sebaliknya Yesus Kristus tidak berdosa malah Dia sendiri menjadi ”korban karena dosa”. Imamat Harun hanya mengibaratkan pekerjaan Kristus, tetapi pekerjaan Kristus adalah korban yang benar, sempurna dan kekal. Hanya Yesus Kristus satu-satunya pintu menuju kepada Bapa dan hanya Yesus Kristus saja yang memenuhi syarat-syarat untuk menjadi Imam Besar kita.
            Yesus adalah Imam Besar menurut peraturan Melkisedek. Yesus adalah Iman Besar yang kekal dan sempurna yang tidak menurut peraturan Harun, tetapi menurut peraturan Melkisedek. Yesus adalah Imam yang kekal dan sempurna, Yesus lebih besar daripada Melkisedek, sebab Melkisedek menjadi lambang dari suatu Imamat yang kekal yaitu Imamat Yesus Kristus. Imamat yang kekal dan sempurna tidak terdapat di dalam Imamat Harun, tetapi terdapat di dalam satu Pribadi yaitu Yesus Kristus. Yesus Kristus lebih tinggi dari pada Harun dan Imamat-Nya lebih unggul daripada imamat Lewi. Yesus Kristus adalah imam yang sempurna.
Taurat yang menjadi dasar imamat Harun tidak mempunyai kekuatan dan tidak dapat membawa kita kepada keadaan dibenarkan dan dikuduskan di hadapan Allah. Taurat tidak membawa apa-apa kepada kesempurnaan, karena Taurat hanya lambang pekerjaan Kristus. Hanya di dalam Yesus Kristus kita mempunyai pengharapan yang lebih baik dan keselamatan yang sempurna serta kekal selama-lamanya. Imamat Lewi dan Taurat tidak tetap dan tidak sempurna, karena itu harus dibatalkan.
Perjanjian Lama (Hukum Taurat) merupakan bayangan dari segala berkat yang akan datang dalam Perjanjian Baru. Segala berkat yang akan datang diberikan oleh Yesus Kristus. Taurat hanyalah bayangan dari berkat yang sesungguhnya yang akan dinyatakan di dalam Injil Yesus Kristus.
Yesus adalah pengantara dari perjanjian yang baru. Perjanjian yang baru digenapkan Yesus di atas kayu salib. Perjanjian yang baru itu lebih unggul daripada perjanjian yang pertama, karena perjanjian yang pertama bercacat dan tidak sempurna dan bersifat sementara yang dinyatakan di dalam perjanjian baru sebagai anugerah Allah untuk selama-lamanya. Dalam diri Yesus Kristus wahyu dari Allah sudah disempurnakan.
Tabiat manusia yang berdosa membuat manusia jauh dari Allah dan tidak dimiliki sepenuhnya oleh Allah. Manusia yang berdosa harus dikuduskan supaya menjadi milik Allah sepenuhnya. Hanya korban Yesus Kristus yang dilakukan satu kali untuk selama-lamanya, korban itulah yang dapat memulihkan hubungan manusia dengan Allah.

 Keunggulan dan kekayaan karya kristus dalam menyelamatkan manusia
Keunggulan pekerjaan Kristus dalam menyelamatkan manusia adalah sesuatu yang luar biasa. Dalam wujudnya sebagai Allah, Ia menjelma menjadi manusia dan menyatakan diri-Nya kepada manusia yang berdosa, Dia yang tidak berdosa mau menjadi korban penebus dosa orang yang percaya kepada-Nya. Kristus yang adalah Allah yang tidak berdosa telah merendahkan diri-Nya dan mati di kayu salib demi menebus dosa orang percaya. Dalam karya penebusannya Kristus tidak menggunakan binatang sebagai korban penghapus dosa, tetapi Dia mempersembahkan diri-Nya sendiri untuk menjadi korban penghapus dosa. Kematian-Nya tidak seperti kematian orang-orang biasa. Kematian-Nya dengan kesakitan yang hebat, kesengsaraan batin dan jiwa dan kesakitan badani. Kematian-Nya adalah korban dosa-dosa manusia supaya Ia memenangkan kembali kemuliaan dan kehormatan bagi manusia yang percaya, yang telah kehilangan kemuliaan karena Adam.
            Karya Kristus untuk menyelamatkan manusia dicapai melalui penderitaan, dalam ketaatan-Nya keselamatan manusia menjadi sempurna. Keselamatan dalam Yesus Kristus adalah kekal dan sempurna karena hanya dilakukan satu kali untuk selamanya melalui pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib. Pengorbanan-Nya telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan. Sedangkan apa yang dilakukan oleh imam Harun harus diulangi tiap-tiap tahun dan apa yang dilakukan imam Harun tidak dapat menghapus dosa atau menghilangkan dosa, tetapi pengorbanan yang dilakukan oleh Yesus Kristus akan melepaskan orang dari dosa. Yesus adalah imam yang sempurna, Ia tidak berdosa sehingga tidak usah mempersembahkan korban untuk diri-Nya, tetapi mengorbankan diri-Nya untuk orang lain. Iman-imam keturunan Harun mempersembahkan darah binatang, tetapi Yesus mempersembahkan darah-Nya sendiri. Tanpa darah Yesus tidak ada pengampunan dosa dan tidak ada penyucian diri dan hati. Darah Yesus yang tertumpah dari kayu salib, itulah yang membuat orang yang percaya kepada-Nya dapat menghampiri Allah. Darah Yesus telah menyucikan sehingga orang yang percaya kepada-Nya dapat masuk ke tempat yang mahakudus.  Oleh darah-Nya, surga disediakan bagi orang yang percaya kepada-Nya dan oleh darah-Nya orang percaya dibangkitkan dan tinggal bersama Yesus untuk selama-lamanya. Dengan demikian Darah Yesus memiliki kekayaan dan jauh lebih unggul daripada darah binatang yang dipersembahkan oleh imam-imam keturunan Lewi.
            Pengorbanan Yesus memiliki keunggulan dibanding dengan korban-korban yang dilakukan oleh keturunan Harun. Korban yang dilakukan keturunan Harun hanya menyucikan secara lahir dan tidak sampai kepada batin. Korban Yesus menyucikan roh dan batin orang. Pengorbanan Yesus untuk menyelamatkan umat manusia jauh lebih unggul dibanding dengan apa yang dilakukan oleh imam-imam keturunan Harun. Korban Kristus adalah atas kehendak-Nya sendiri sedangkan korban-korban Harun bukan atas kehendak binatang-binatang itu. Korban Kristus adalah korban penghapus dosa, korban Harun tidak menghapuskan dosa. Karena keunggulan tabiat dan korban-Nya, maka Allah menetapkan Yesus sebagai pengantara perjanjian baru.
            Perjanjian yang lama (Taurat) bagi segenap kaum secara kelompok sedangkan perjanjian baru berlaku bagi masing-masing orang secara pribadi. Perjanjian lama dengan banyak korban dan tidak dapat menghapus dosa orang, tetapi Yesus Kristus telah menetapkan Perjanjian Baru dengan hanya satu kali saja menyatakan diri-Nya untuk menghapuskan dosa oleh pengorbanan-Nya.  Pengorbanan-Nya lewat kematian di kayu salib berkuasa untuk menghapuskan dosa yang dilakukan orang sebelum dan sesudah kematian-Nya. Yesus telah mati untuk orang-orang dalam Perjanjian Lama dan orang-orang dalam Perjanjian Baru. Pengorbananya mempunyai kuasa untuk menghapus dosa sebelum dan sesudah kematian-Nya. Pengorbanan Yesus Kristus berlaku bagi semua orang pada segala masa. Pengorbanan-Nya membuat tiap-tiap orang yang percaya kepada Yesus dapat menghampiri Allah. Sebelum pengorbanan-Nya hanya Imam Besar boleh masuk ke tempat Mahakudus.
Dalam Perjanjian Baru hukum Allah ditulis dalam hati umat-Nya untuk membaharui hati mereka, sehingga dari hati mereka muncul kerinduan untuk melakukan kehendak Allah. Sedangkan dalam Perjanjian Lama hukum itu ada di luar mereka, sehingga di dalam hati mereka tidak ada kerinduan untuk mentaati hukum itu. Puncak dari Perjanjian Baru adalah persekutuan dengan Allah secara pribadi. Kasih manusia dipusatkan pada Allah.
Kesempurnaan hanya dapat dicapai melalui iman kepada Yesus Kristus. Kesempurnaan hanya datang melalui pengorbanan Yesus Kristus. Iman Yesus Kristus jauh lebih besar daripada imam semua orang dan iman kita disempurnakan di dalam Yesus Kristus. Pada waktu kita mengalami kekurangan, kesakitan, penganiayaan dan kesusahan dalam kehidupan, Tuhan tidak akan meninggalkan kita.
Yesus Kristus adalah Pribadi yang tidak berubah, Ia tetap Allah. Yesus sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia dalam satu Pribadi

Persoalan-persoalan kritis dalam kitab ini:
Apakah orang yang benar-benar percaya kepada Yesus Kristus tidak akan murtad? Ketidakpercayaan menyebabkan orang murtad dari Tuhan (3:12) kata murtad merupakan peringatan kepada jemaat. Jika jemaat tidak memiliki iman akan mengakibatkan kemurtatan dari Tuhan dan berpaling dari imannya kepada Yesus Kristus. Penulis surat Ibrani memberitahukan jalan untuk menghindari kemurtatan, yaitu dengan saling mengasihi dan saling menasehati setiap hari. Iman kepada Yesus Kristus memberikan pengharapan sehingga tidak mengalami kebimbangan apakah tetap mengikut Yesus atau undur dari Dia.
            Menolak Yesus sama dengan memutuskan semua pengharapan untuk mendapat keselamatan. Hanya ada satu ”korban karena dosa” yang benar. Jika seseorang yang telah memperoleh pengenalan dan sungguh-sungguh menjadi orang Kristen yang benar-benar telah percaya kepada Kristus, kemudian membuangnya dan berbalik dari Kristus, maka tidak ada lagi korban bagi dia. Orang demikian telah murtad dari Kristus dan jalan untuk menghampiri Allah sudah lenyap. Orang yang murtad dari Kristus akan binasa.
            Paulus memberi gambaran teladan-teladan iman dari pahlawan-pahlawan dari Perjanjian Lama. Mereka telah menderita, bersabar dan tabah sampai akhirnya. Walaupun mereka mengalami macam-macam penganiayaan dan siksaan, tetapi mereka tidak menyangkal imannya. Demikian juga halnya dengan orang-orang percaya di Ibrani yang masih kuat memegang apa yang menjadi tradisi pendahulu-pendahulu mereka dan takut akan penderitaan, sehingga mereka tidak melihat keselamatan yang begitu besar dalam Yesus Kristus. Orang-orang percaya di Ibrani ada yang ragu-ragu dan tidak percaya kepada pengorbanan Yesus, sehingga mereka mau kembali ke pola hidup lama mereka yaitu berbalik ke agama Yahudi.
            Dalam pasal Pasal 10:14, Apakah orang yang sudah dikuduskan tidak mungkin berbuat dosa lagi. Kemungkinan untuk berbuat dosa lagi ada, tetapi tentu sikap hatinya terhadap Allah adalah sempurna. Orang yang sudah dibenarkan dan dikuduskan harus menanggalkan hal-hal yang menghalangi kesempurnaan di dalam Yesus Kristus. Hal-hal yang menghalangi kemajuan dalam kerohanian harus ditanggalkan. Halangan-halangan dapat berupa kesusahan-kesusahan dalam kehidupan dan ejekan-ejekan dari dunia ini. Harus diingat bahwa penderitaan yang kita alami belum ada apa-apanya dibanding dengan penderitaan yang dialami oleh Yesus Kristus untuk menyelamatkan kita. Sebagai orang yang telah dikuduskan harus tetap memandang kepada Yesus Kristus sebagai pusat sasaran. Yesus adalah penawar bagi setiap persoalan umat-Nya. Orang percaya jangan putus asa karena penderitaan, ingat bahwa Yesus Kristus justru disempurnakan oleh penderitaan-Nya.

STRATEGI DON RICHARSON Dalam Menjangkau Suku Sawi

Oleh: Adrianus Pasasa,S.T, M.A

I.      PENDAHULUAN
Dalam bagian pendahuluan ini akan dibahas: pokok masalah, tujuan penulisan, pentingnya penulisan, lingkup penulisan.
           
Pokok Masalah
Don Richardson adalah seorang tokoh misi yang memiliki beban untuk melayani suku-suku di pedalaman Irian Jaya (Papua). Don Richardson mempersembahkan hidupnya untuk memberitakan Injil kepada beberapa wilayah yang paling terpencil dan terabaikan di dunia. Dalam sebuah kebaktian di Prairie Bible Institute tahun 1955, Don Richarson, seorang pemuda yang saat itu masih berusia 20 tahun, mengambil suatu keputusan untuk terlibat dalam pelayanan misi ke luar negeri. Panggilannya saat itu bukanlah panggilan yang samar-samar, tetapi suatu panggilan yang sangat jelas dan penuh dengan kepastian yaitu melayani suku-suku pengayauan (pemburu kepala manusia) di Irian Jaya (Papua). Suku-suku yang akan dilayani memiliki cara hidup yang tidak wajar, di mana kekejaman merupakan cara hidup mereka.
Setelah menyelesaikan kursus di Summer Institut of Linguistics pada tahun 1962, sambil menunggu kelahiran anak pertama mereka, Don dan Carol berlayar menuju Papua, di mana nantinya mereka akan bergabung dengan pelayanan misionari RBMU (Regions Beyond Missionary Union). Setelah sampai di Papua, Don dan Carol ditugaskan untuk melayani suku Sawi. Suku Sawi adalah salah satu suku yang memiliki budaya yang merupakan gabungan antara kanibalisme dan pengayauan. Selain penduduknya yang menakutkan, wilayah yang diduduki oleh suku Sawi juga menjadi tempat yang menakutkan, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Don, istri dan anaknya. Walaupun kondisinya demikian, Don tetap maju dalam pelayanannya karena Don selalu yakin dan tidak pernah meragukan panggilannya. Mengingat kondisi suku Sawi yang sangat berat dan menyeramkan, Don tidak patah semangat tetapi mulai menyusun strategi-strategi yang akan dipakai untuk dapat menjangkau orang-orang Sawi bagi Yesus Kristus.
                                       
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan paper ini adalah (1) Untuk memaparkan pelayanan yang dilakukan oleh Don Richarson dalam menjangkau suku Sawi bagi Kristus (2) Untuk menjelaskan strategi-strategi yang digunakan oleh Don Richardson dalam memberi solusi atau jawaban bagi harapan-harapan yang tidak terpenuhi oleh budaya suku Sawi.; (3) untuk menjelaskan pola mengkomunikasikan Injil sebagai jawaban bagi harapan-harapan mereka, di mana budaya suku Sawi tersebut tidak bisa memberi jawaban.

Lingkup Penulisan
Penulisan paper ini terfokus dalam menganalisa pelayanan Don Richardson yang berhubungan dengan strategi dalam menjangkau suku Sawi yang memiliki budaya Pangayauan (kanibal), mengubahkan pola pikir mereka untuk meninggalkan budaya mereka yang kejam dan mengganti dengan kasih Yesus Kristus.

II.      MENGENAL DAN MEMAHAMI  BUDAYA DAN HARAPAN-HARAPAN SUKU SAWI

Sekilas tentang Suku Sawi
            Suku Sawi adalah salah satu suku yang tertinggal di pulau Papua. Suku Sawi terbagi menjadi dua bagian yaitu: bagian utara dan bagian selatan. Don Richardson melakukan pelayanannya pada suku Sawi bagian Selatan. Sebelum Don Richardson masuk ke suku Sawi, mereka memelihara budaya secara turun temurun. Kehidupan Suku Sawi sangat dipengaruhi oleh budaya nenek moyang mereka, hal ini Nampak dalam budaya mereka antara lain: budaya Pangayauan dan Kanibalisme, budaya Penghianatan, budaya Aumaway.

Budaya Pangayauan
Suku Sawi, salah satu suku yang memiliki budaya yang merupakan gabungan antara kanibalisme dan pengayauan. Sangat berbahaya! Tidak hanya penduduknya yang menakutkan, wilayah yang didiami suku Sawi juga merupakan tempat yang menakutkan. Budaya Pangayau sering kali dihubungkan dengan simbol keberanian dan kejantanan. Kepala-kepala yang telah dipenggal direbus dan dikeringkan, seringkali bergantungan di rumah dan  sering dipakai sebagai bantal kepala.

Budaya Penghianatan
Budaya pemujaan penghianatan ini berujung pada maut dan yang lebih mengerikan lagi mereka juga memakan daging musuh mereka yang dikalahkan. Dampak dari budaya penghianatan ini telah menyebabkan suku Sawi menjadi kanibal. Menurut kepercayaan mereka yang telah diwarisi secara turun temurun, makan daging manusia (kanibal) merupakan salah satu ambang pintu utama yang harus mereka lewati untuk mengenal hakekat tertinggi dari kehidupan Sawi. Mereka memiliki pemahaman bahwa ketika seseorang makan daging manusia, tampaknya seolah-olah matanya terbuka untuk mengerti kebaikan dan kejahatan. Budaya ini tidak akan pernah habis karena disebabkan oleh rasa dendam yang terus membara untuk membalas kematian anggota kelompoknya. Dan dendam itu tidak pernah mereka lupakan, bagi mereka membalas dendam itu pasti terlaksana, hanya menunggu waktu saja. Dan lebih tidak masuk akal lagi adalah strategi yang mereka gunakan adalah jebakan ”musuh dalam selimut”, seperti teman tetapi teman yang akan membawa maut.
Di dalam menyusun strategi penghianatan itu tidak pandang bulu sanak keluarga pun dapat dimanfaatkan untuk melakukan penghianatan itu. Hal ini membuat kehidupan suku sawi tidak pernah tenang dan selalu was-was karena ancaman dari kelompok lain akan muncul setiap saat. Karena pengaruh pemujaan terhadap penghianatan itulah, ketika mendengar kisah penghianatan Yudas, mereka mengaggap Yudas adalah pahlawan, mereka kagum akan penghianatan yang dilakukan Yudas, dan Kristus yang menjadi korban penghianatan tidak berarti apa-apa. Istilah Tuwi asonai man telah mendarah daging dalam kehidupan suku Sawi. Mereka bersahabat dan bersikap baik terhadap seseorang, namun suatu saat bisa menyembelinya. Pembunuhan secara terang-terangan sudah tidak mendatangkan kesenangan lagi bagi mereka, musuh mereka kadang dibiarkan melarikan diri, kemudian dikejar dan diburu menuruti ideal Tuwi asonai man yang lebih menggairakan. Orang-orang Sawi bukan saja kejam, tetapi juga menghormati kekejaman. Puncak kesenangan mereka didasarkan atas kesengsaraan dan keputusasaan orang lain, penghianatan dipuja-puja sebagai suatu kebajikan dan tujuan hidup. Sangat bertolak belakang dengan Injil yang akan disampaikan kepada mereka, namun hanya kuasa Injil yang dapat menghentikan kebiadaban mereka.
Budaya Aumaway
Selain pemujaan terhadap penghianatan, yang lebih mengerikan lagi ialah kepercayaan kepada Aumaway. Kepercayaan ini sangat kuat menguasai orang-orang Sawi. Kepercayaan ini telah menyebabkan ribuan orang yang sakit dan tidak berdaya dipaksa mati sebelum waktunya. Orang yang pinsan, tidak sadarkan diri atau dalam keadaan koma sudah dianggap mati. Dalam kondisi tidak berdaya orang yang sudah dianggap mati masih diperlakukan dengan kasar bahkan disulut dengan bara api. Tidak sampai di situ dalam keadaan tak berdaya mereka membungkus si sakit dengan tikar dan menggantung mereka di tiang-tiang yang telah disiapkan sebagai kuburan. Selanjutnya si sakit yang sudah mati karena perlakuan yang tidak manusiawi itu diupacarakan yang disebut gefam ason. Dalam upacara ini mereka meratapi mayat yang sudah berbau busuk itu. Tujuan dari gefam ason ini adalah supaya mereka mengalami pembaharuan tubuh, dan mereka tidak mengalami kematian lagi.

Harapan-Harapan yang terkandung dalam Upacara
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa dalam budaya suku Sawi mereka menaruh suatu pengharapan. Budaya pengayau terus dipelihara oleh suku Sawi karena budaya ini memberikan suatu penghargaan yang tinggi jika mereka dapat mengalahkan musuhnya dan membawa kepala musuhnya pulang. Ini akan menjadi suatu kebanggaan dan memberi status sebagai seorang pemberani. Budaya penghianatan terus dipelihara secara turun temurun karena didalamnya juga terkandung suatu pengharapan untuk membalas dendam kepada musuh. Mereka memuja-muja budaya penghianatan sebagai suatu kebajikan dan tujuan hidup. Demikian juga dengan budaya Aumaway yang mereka lakukan supaya mengalami pembaharuan tubuh dan tidak mengalami kematian lagi. 
Persoalan yang sedang dihadapi oleh suku Sawi adalah persoalan rohani yang belum mereka temukan jawabannya. Selama ribuan tahun kebudayaan Sawi telah berjuang tanpa dapat memberikan jawaban yang memuaskan. Hanya Injil yang bisa menghentikan kebiasaan/budaya suku Sawi.



III.      STRATEGI UNTUK MENYAMPAIKAN INJIL SEBAGAI JAWABAN ATAS HARAPAN-HARAPAN YANG TIDAK TERJAWAB OLEH BUDAYA.
Untuk membawa orang-orang berbalik dari kegelapan kepada terang prasyarat pertama yang harus dilakukan adalah ”membuka mata mereka”. Paulus ketika masuk ke dalam bangsa-bangsa yang Allahnya samar-samar, misalnya sikap Paulus ketika menjumpai bangsa Athena yang penuh sesak dengan patung dewa-dewa, Paulus tidak mengutuki tetapi Paulus berjalan-jalan di kota dan melihat-lihat (Kis. 17:23) dan Ia menjumpai sebuah altar dengan tulisan ”kepada Allah yang tidak dikenal” yang dibangun oleh Epimedines sebagai penghormatan kepada ”Allah yang tidak dikenal” yang telah menolong bangsa Atena dari wabah. Altar inilah yang menjadi kunci komunikasi yang dipakai Paulus untuk membuka gembok-gembok pada hati dan pikiran ahli-ahli pikir Stoa dan Epikuros.
            Paulus mengungkapkan kepada bangsa Atena Allah yang mereka tidak kenal itu, ”Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu (Kis. 17:22,23)”. Setelah membuka mata mereka, Paulus berusaha untuk membuat orang-orang Atena berbalik dari kegelapan kepada terang. Don Richardson memberikan contoh pengalamannya ketika diutus di suku Sawi di Papua. Don Richardson menemukan kunci komunikasi lewat kepercayaan suku Sawi tentang konsep ”anak perdamaian” yang bisa menghapus dendam.
Strategi pertama yang digunakan Don Richardson adalah mempelajari bahasa dan budaya orang Sawi. Saat Don mempelajari bahasa Sawi dan semakin mengenal penduduk Sawi, dia mulai menyadari adanya rintangan-rintangan yang dihadapinya untuk mengenalkan kekristenan kepada mereka. Jurang yang memisahkan antara kekristenannya yang alkitabiah dengan keganasan suku Sawi tampaknya terlalu sulit untuk dijembatani. Bagaimana mereka dapat menceritakan tentang Juruselamat yang maha kasih, dan yang bersedia mati bagi mereka? Strategi kedua setelah memahami bahasa mereka, Don dan istrinya mengajar orang-orang Sawi untuk membaca dalam bahasa ibu mereka, dan menerjemahkan seluruh Perjanjian Baru ke dalam bahasa orang Sawi. Strategi ketiga mencari analogi untuk menjadi jembatan Injil. Don menemukan "Redemptive Analogy" (Analogi Penebusan) konsep dari suku Sawi mengenai "Peace Child" (Anak Perdamaian). Don Richardson akhirnya memahami konsep anak perdamaian yang dilakukan suku Sawi. Kepala suku memberikan putranya sendiri kepada musuh, tindakan kepala suku ini, walaupun menyakitkan tetapi tindakan ini akan mengakhiri semua kecurigaan antar suku Sawi dan musuhnya. Dengan persetujuan bersama, sepanjang anak itu hidup tidak akan ada lagi perang antara kedua suku. Konsep anak perdamaian ini digunakan oleh Don Richardson untuk menyampaikan pekabaran tentang Allah yang pengampun. Don mengumpulkan semua orang Sawi dan membacakan kepada mereka kitab Yesaya 9:5: “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putra telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasehat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai”. Allah telah mengutus Putranya untuk menjadi pendamai dan mengakhiri perang terhadap dosa dan kematian.
Suku Sawi dan Haeman membutuhkan anak perdamaian untuk menemukan kedamaian. Sama seperti mereka, anak perdamaian datang sebagai seorang bayi dan tumbuh sebagai Mesias. Dia adalah Putra Allah yang Maha Kuasa yang datang untuk menawarkan damai yang melampaui pengertian manusia. Kedamaian itu dapat dimiliki hanya jika hidup dan mencintai sama seperti Dia yang telah memanggil umatnya. Hidup dan mencitai Dia bukan hanya akan membawa damai di dalam hati. Ini juga akan membawa damai antara diri sendiri dan orang lain, dalam rumah tangga, dalam masyarakat, dan bahkan di antara bangsa-bangsa. Kuncinya adalah anak Perdamaian Allah, Tuhan kita Yesus Kristus.

IV.      PENUTUP
Melalui pemaparan di atas, akhirnya penulis sampai pada penutup yang terdiri dari kesimpulan.
Kesimpulan
            Dari penguraian di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa strategi yang digunakan oleh Don Richarson dalam menjangkau suku Sawi yang masih hidup terisolasi dan  menganut budaya nenen moyang mereka tidak terlepas dari peran Allah. Allah telah merancang analogi anak perdamaian sebagai jembatan supaya orang-orang Sawi dapat memahami kasih-Nya. Terlepas dari itu, faktor bahasa dan budaya juga memegang peran penting. Don Richardson dapat menjangkau suku Sawi tidak terlepas dari usahanya untuk memahami bahasa suku Sawi, supaya dapat berkomunikasi dengan mereka. Dengan menguasai bahasa mereka akan memudahkan untuk mengenal budaya mereka. Dengan memahami bahasa dan budaya mereka, akan memudahkan Don untuk mencari analogi-analogi yang dapat dijadikan jembatan untuk mengenalkan Injil bagi orang-orang Sawi.

Daftar Pustaka
Richardson, Don
            1996    Kerinduan akan Allah yang sejati, Bandung: Kalam Hidup.
Smith, Oswald. J.
            Tt         Merindukan Jiwa yang sesat, Surabaya: Yakin
Richardson, Don
            Tt         Penguasa—penguasa Bumi, Bandung: Kalam Hidup

Stott, John R.W
                        Misi Menurut Perspektif Alkitab
Hesselgrave, David J.
                        Communicating Christ Cross-Culturally
Richardson, Don
            1978    Anak Perdamaian, Bandung: Kalam Hidup
Seseorang di segani dan di hormati bukan karena apa yang di perolehnya, Melainkan apa yang telah di berikannya. Tak berhasil bukan karena gagal tapi hanya menunggu waktu yang tepat untuk mencoba lagi menjadi suatu keberhasilan hanya orang gagal yang merasa dirinya selalu berhasil dan tak mau belajar dari kegagalan

BERITA TERKINI

« »
« »
« »
Get this widget

My Blog List

Komentar