15 Januari 2012

Syarat PI Yang Baik


SYARAT-SYARAT
PENGINJIL PRIBADI YANG BAIK
1)  Sudah sungguh-sungguh percaya / menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat dan yakin akan keselamatannya.
a)   Sudah percaya kepada Yesus.
·        Mat 4:19 - ikut Tuhan dulu, baru menjala manusia.
·        Kis 1:8 1Yoh 1:1-4 - ‘saksi’ adalah orang yang tahu / mengala­mi sendiri.
b)   Yakin akan keselamatannya sendiri.
Sebetulnya orang yang sudah betul-betul percaya kepada Tuhan Yesus pasti yakin akan keselamatannya sendiri (Ro 8:16 1Yoh 5:13). Keyak­inan ini penting, karena tanpa keyakinan ini kita tidak akan memberitakan Injil, atau, kalaupun kita memberitakan Injil, kita tidak bisa memberitakannya dengan yakin.
Bayangkan kalau ada orang kristen yang tidak yakin akan keselamatannya sendiri menginjili orang yang belum percaya dan mendesak supaya orang itu mau percaya kepada Yesus, supaya bisa masuk surga. Lalu orang yang diinjili itu bertanya: ‘Apakah kamu sendiri yakin bahwa kamu akan masuk surga?’. Kalau penginjil ini jujur, ia harus menjawab: ‘lha ya itu, aku sendiri belum tahu’. Jelas sekali bahwa penginjilan ini akan bubar!
2)  Harus yakin akan kebenaran Firman Tuhan / Injil.
Pemberitaan Injil merupakan pemberitaan Firman Tuhan, dan karena itu seorang pemberita Injil harus yakin bahwa Firman Tuhan itu benar. Dan dalam memberitakan Injil selalu ada keberatan-keberatan terhadap apa yang kita jelaskan, misalnya: masakan orang berdosa itu dimasukkan neraka selama-lamanya?
Kalau Firman Tuhan bertentangan dengan ‘fakta’, atau kalau Firman Tuhan bertentangan dengan ‘Ilmu Pengetahuan’, atau kalau Firman Tuhan bertentangan dengan ‘pemikiran umum’, atau kalau Firman Tuhan bertentangan dengan ‘logika’ (misalnya: mujijat), maka seorang penginjil pribadi harus tetap percaya akan kebenaran Firman Tuhan, dan bahkan tetap menyatakannya dengan yakin.
Contoh:
a)   Firman Tuhan mengatakan semua manusia berdosa (Ro 3:23).
Pada waktu kita memberitakan hal ini, bisa saja orang yang kita injili itu berkata: ‘Lho, saya kenal orang yang tidak kristen, tetapi ia baik sekali, tidak pernah menyakiti orang, dsb’.
Di sini Firman Tuhan dipertentangkan dengan ‘fakta’. Dalam menghadapi hal ini, penginjil pribadi itu harus tetap berpegang pada kebenaran Firman Tuhan. Ia harus tetap berkeras bahwa orang baik itu tetap berdosa di hadapan Tuhan.
b)   Firman Tuhan mengatakan bahwa semua manusia berasal dari Adam.
Orang yang diinjili itu bisa saja mendebat dengan mengajukan teori Darwin.
Di sini Firman Tuhan dipertentangkan dengan ‘ilmu pengetahuan’. Dalam menghadapi hal ini, penginjil pribadi itu harus tetap berpegang pada kebenaran Firman Tuhan. Ia harus mempertahankan pandangan bahwa semua manusia berasal dari Adam, dan bahwa teori Darwin bukanlah ilmu pengetahuan, tetapi hanya dugaan yang tidak berdasar.
 
Dalam Koran ‘Surya’ hari Minggu, tanggal 22 November 1998, ada sebuah artikel yang berjudul “Coelacanth ‘ikan fosil’ yang masih hidup”. Dikatakan bahwa di perairan Indonesia (sekitar Manado) ditemukan ikan Coelacanth (baca: silakan), yang disebutkan sebagai ‘mbahnya komodo’, dan yang oleh ahli-ahli ilmu pengetahuan dianggap sudah punah pada sekitar 70 atau 80 juta tahun yang lalu. Ternyata pada waktu tulang-tulang dari ikan yang baru ditangkap itu dibandingkan dengan fosil ikan yang dianggap sudah berumur 80 juta tahun itu, ternyata bahwa: “kita hampir tidak dapat membedakan kerangka tulang mana yang purba (80 juta tahun lalu) dengan yang sekarang. Dan ini menimbulkan pertanyaan mengapa? Mengapa organ ikan ini tetap statis untuk jangka waktu yang demikian lamanya tanpa mengalami evolusi?”.
Pertanyaan ini mudah sekali jawabannya, yaitu: karena evolusi tidak pernah ada!
c)   Firman Tuhan mengatakan kalau ditampar pipi kanan berikan pipi kiri (Mat 5:39).
Banyak orang tidak bisa menerima hal ini dan menganggapnya tidak masuk akal. Demikian juga dengan Mat 5:28 (tentang perzinahan dalam hati).
Di sini Firman Tuhan dipertentangkan dengan ‘pandangan umum’. Dalam menghadapi hal ini penginjil pribadi yang baik harus tetap berpegang pada Firman Tuhan! Tidak peduli semua orang menganggap hal itu tidak salah, kalau Kitab Suci / Firman Tuhan menganggapnya salah, maka ia juga harus menyatakannya sebagai sesuatu yang salah!
Tetapi dalam hal ini juga ada peringatan yang penting.
·        keyakinan itu harus betul-betul ada dalam hati. Kalau keyakinan itu dibuat-buat, maka saudara bukan sedang menginjil, tetapi sedang berlaku munafik / berdusta!
·        Kalau saudara percaya dengan teguh pada kebenaran Firman Tuhan, itu tentu baik sekali, tetapi pastikanlah bahwa saudara percaya pada ayat-ayat yang ditafsirkan secara benar, bukan yang diputar-balikkan / disalah-artikan. Misalnya ada orang kristen yang percaya bahwa Yesus betul-betul turun ke neraka, atau bahwa nanti setelah kematian masih ada ‘second chance’ (= kesempatan kedua), karena orang itu akan diinjili oleh Yesus sendiri. Ini semua adalah kepercayaan yang didasarkan atas penafsiran yang salah dari ayat-ayat Kitab Suci (bdk. 1Pet 3:18-20 1Pet 4:6).
3)  Harus yakin bahwa Tuhan Yesus adalah satu-satunya (bukan salah satu!) jalan ke surga (Yoh 14:6 Kis 4:12 1Yoh 5:11-12).
Ia bukan hanya perlu yakin segi positifnya, yaitu bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga, tetapi juga pada segi negatifnya, yaitu bahwa di luar Kristus, bagaimanapun baiknya / salehnya orang itu, dan agama apapun yang ia anut, ia tidak bisa selamat, tetapi sebaliknya akan dihukum dalam neraka.
Kalaupun orang itu lalu menunjukkan orang yang betul-betul kelihatan saleh, dan bahkan jauh lebih saleh dari pada kita, kita harus tetap berkeras menyatakan bahwa kalau orang itu terus ada di luar Kristus, ia pasti masuk neraka. Alasannya mudah saja yaitu: bagaimanapun baiknya seseorang, di hadapan Tuhan ia adalah orang berdosa, bahkan sangat berdosa (Ro 3:10-12,23). Karena itu tanpa Juruselamat / Penebus dosa ia tetap harus masuk neraka untuk memikul sendiri hukuman dosa-dosanya selama-lamanya.
Kalau kita tidak mempercayai hal ini, maka kita tidak akan memberitakan Injil. Sebaliknya, kalau kita betul-betul mempercayai hal ini, kita akan aktif memberitakan Injil. Dalam Kis 4:1-13 kita bisa melihat bahwa Petrus tidak mau berhenti memberitakan Injil karena ia yakin bahwa Tuhan Yesus adalah satu-satunya jalan keselamatan (Kis 4:12).
4)  Mengasihi Tuhan dan sesama manusia (Yoh 14:15 1Yoh 4:20).
Pemberitaan Injil adalah suatu bentuk pelayanan kepada Tuhan dan itu harus kita lakukan bukan dengan terpaksa, tetapi dengan dasar kasih.
Illustrasi: Ada kapal merapat ke pelabuhan, lalu memberikan sepotong papan sebagai jembatan antara kapal dengan daratan. Orang-orang lalu turun ke darat melalui papan itu, tetapi pada waktu berdesak-desakan, seorang bayi lepas dari pelukan ibunya dan jatuh ke air. Ibunya berteriak-teriak minta supaya ada yang menolong bayi itu. Orang-orang semua berkerumun melihat bayi itu masuk ke air. Lalu tiba-tiba seseorang dengan gagah berani terjun ke air dan menyelamatkan bayi itu. Setelah ia naik ke atas, ia dikerumuni orang banyak dan lalu ada seorang wartawan yang bertanya kepadanya: ‘Mengapa kamu mau menolong bayi itu?’. Menurut saudara mengapa? Orang itu memandang sekelilingnya dengan marah, dan ia membentak: ‘Siapa yang tadi mendorong saya?’. Jadi, orang ini bukan menolong bayi itu dengan kasih, tetapi dengan terpaksa!
Tanpa kasih kita tidak akan sung­guh-sungguh, baik dalam memberitakan Injil maupun dalam mendoakan orang yang kita injili itu.
Juga perlu diingat bahwa pemberitaan Injil adalah perang frontal melawan setan, sehingga orang yang memberitakan Injil pasti diserang setan. Serangan ini bisa datang sebagai akibat langsung dari penginjilan, misalnya orang yang kita injili itu mengejek, atau bahwa membenci dan menganiaya kita. Tetapi serangan itu bisa juga tidak merupakan akibat langsung dari penginjilan itu. Misalnya usaha kita tahu-tahu bangkrut, kita sakit, dsb. Justru karena Pemberitaan Injil selalu menimbulkan serangan setan, maka kasih sangat dibutuhkan. Mengapa? Karena tanpa kasih kita tidak akan mau berkorban, sehingga kita akan berhenti menginjil.
Kita juga harus menyadari bahwa wujud terutama dari kasih kita kepada sesama kita, adalah dengan memberikan keselamatan kepada mereka.
The will of Patrick Henry“I have now disposed of all my property to my family; there is one thing more I wish I could give them, and that is the Christian religion. If they had this, and I had not given them one shilling, they would be rich; but if they had not that, and I have given them all the world, they would be poor” (= Sekarang aku telah memberikan semua milikku kepada keluargaku; ada satu hal lagi yang aku berharap bisa memberikannya kepada mereka, dan itu adalah agama Kristen. Jika mereka mempunyai ini, dan aku tidak memberikan mereka satu senpun, mereka adalah orang kaya; tetapi jika mereka tidak mempunyai ini, dan aku memberikan seluruh dunia kepada mereka, mereka adalah orang miskin) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 497.
5)  Harus sadar dan percaya sepenuhnya bahwa pertobatan adalah hasil pekerjaan Tuhan / Roh Kudus (Yoh 6:44,65 Kis 11:18 16:14).
Tuhan / Roh Kudus akan bekerja kalau:
·        kita banyak berdoa. Tetapi kita tidak akan berdoa kalau kita merasa bahwa orang yang kita injili itu bisa bertobat karena kepand­aian kita dalam memberitakan Injil.
·        kita menggunakan Firman Tuhan pada waktu memberitakan Injil (Ro 1:16 Ef 6:17 Yer 23:29).
Banyak orang memberitakan Injil dengan langsung menyerang agama orang itu. Ini salah, karena pada umumnya hanya mengundang kemarahan. Disamping itu Tuhan memanggil kita untuk memberitakan Injil / Firman Tuhan, bukan untuk menyerang agama lain. Tetapi kadang-kadang, dalam perdebatan dimana Injil itu ternyata bertentangan dengan ajaran agama lain, maka kita memang harus menjelaskan perbedaan itu, dan terpaksa menyerang agama lain.
·        kita taat pada Firman Tuhan (2Tim 2:20-21).
6)  Harus belajar cara-cara memberitakan Injil yang baik dan cocok untuk dirinya dan selalu berusaha untuk meningkatkan kemampuannya dalam memberitakan Injil.
Ada bermacam-macam cara untuk memberitakan Injil dan tidak setiap cara cocok untuk setiap orang. Dan setelah melakukan pemberitaan Injil, kita harus merenungkannya kembali, untuk memikirkan apa-apa yang bisa kita perbaiki. Dengan demikian kita akan maju dalam kemampuan kita. Sekalipun kita percaya bahwa pertobatan adalah pekerjaan Roh Kudus, itu tidak berarti bahwa kita tidak perlu berusaha secara maximal.
7)  Rindu Firman Tuhan dan selalu mengisi diri dengan Firman Tuhan (Yoh 15:1-8).
Pada saat kita memberitakan Injil, kita pasti mendapatkan pertanyaan-pertanyaan. Bagaimana kita bisa menjawabnya kalau kita punya pengertian yang sangat sedikit tentang Firman Tuhan? Juga pengisian diri dengan Firman Tuhan ini menyucikan dan mendekatkan kita kepada Tuhan sehingga kita bisa lebih berhasil dalam Pemberitaan Injil.
Karena itu seorang penginjil pribadi harus aktif ikut Pemahaman Alkitab!
8)  Punya teladan hidup yang baik (Fil 1:27).
Makin kita memberitakan Injil, makin hidup kita disorot oleh masyarakat. Kalau kita hidup dalam dosa, kita justru akan menjadi batu sandungan. Tetapi, kita juga tidak boleh menunggu sampai hidup kita suci dulu baru mau memberitakan Injil. Pemberitaan Injil dan usaha untuk hidup suci harus dilakukan bersama-sama.
Catatan: kalau saudara memberitakan Injil, dan lalu diserang dosa-dosanya oleh orang yang sedang saudara injili itu, maka katakan bahwa saudara memang adalah orang berdosa, tetapi saudara mempunyai Juruselamat dosa dan karenanya pasti selamat. Tetapi dia, sekalipun juga adalah orang berdosa seperti saudara, tetapi tidak mempunyai Juruselamat, sehingga akan dihukum di neraka selama-lamanya.
9)  Menyesuaikan diri dengan orang yang diinjili (1Kor 9:19-23).
Kita harus menyesuaikan diri supaya lebih bisa diterima oleh orang-orang yang kita injili, tetapi kita tidak boleh menyesuaikan diri dalam hal-hal yang berdosa (1Kor 9:21b).
Contoh yang benar:
·        menginjili orang Islam, kita ikut tidak makan babi.
·        menginjili orang yang miskin, jangan datang kepadanya dengan memamerkan perhiasan saudara dsb.
Contoh yang salah:
¨      menginjili seorang pelacur dengan melacur dengan dia.
¨      menginjili seorang pengguna ecstasy dengan cara ikut menggunakan ecstasy.
10) Menggunakan lidah hanya untuk kemuliaan Tuhan (Yak 3:1-12).
Jangan menggunakan lidah sebentar untuk memberitakan Injil, lalu sebentar lagi untuk dusta, fitnah, gossip, caci maki dsb.
11) Harus bisa dimengerti oleh orang yang diinjili:
Untuk itu kita harus mempunyai karunia untuk menjelaskan dan juga kita harus menggunakan bahasa sederhana. Jangan menggunakan istilah-istilah theologia atau istilah-istilah Kristen yang tidak dimengerti oleh orang dunia agama lain, tanpa menjelaskannya (misal: domba / kambing, hidup kekal, iman, selamat, mati kekal, bertobat / pertobatan dsb).
Perlu diingat bahwa istilah-istilah tertentu mempunyai arti berbeda dalam kekristenan dan dalam agama-agama lain. Misalnya: kata ‘bertobat’ dalam agama-agama lain dianggap meninggalkan dosa, dan lalu hidup baik. Dalam kristen, sekalipun juga bisa mencakup arti itu, tetapi dalam kontex penginjilan lebih sering diartikan ‘datang / percaya kepada Kristus’.
12) Tekun / giat (Ro 12:11 1Kor 15:58).
Sama seperti dalam menjala ikan, menjala manusia / memberitakan Injil juga membutuhkan sifat giat dan tekun / tidak mudah putus a

Perpalingan Dari Agama Kristen

KORELASI ANTARA PEMAHAMAN KRISTOLOGIS DAN PERPALINGAN DARI AGAMA KRISTEN
(Studi Kasus di GKP Palalangon Periode 2004-2010)


TESIS
Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan dan Memenuhi
Tugas Akademik untuk Mencapai Gelar

MAGISTER OF ARTS (MA)
Dalam Bidang Misi dan Penginjilan

Oleh:
ADRIANUS
09 21 5763

                                                                





SEKOLAH TINGGI ALKITAB TIRANUS
BANDUNG
 2011



BAB I
PENDAHULUAN

            Bab pendahuluan ini membahas latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, tesis, ruang lingkup penelitian, metode dan prosedur penelitian, manfaat penelitian dan penulisan, penjelasan istilah, sistematika penulisan.
Latar Belakang Masalah
Pada satu titik tertentu orang Kristen akan mengalami suatu tantangan yang akan berujung pada penentuan pilihan, mempertahankan, atau meninggalkan agama Kristen.  Di antara orang-orang yang pernah mengaku sebagai orang Kristen, aktif di gereja, bahkan  pernah terlibat dalam pelayanan untuk kurun waktu yang lama, tetapi kemudian meninggalkan agama Kristen. Peristiwa ini sudah terjadi di daerah Ciranjang-Cianjur. Data yang penulis peroleh dari beberapa gereja yang ada daerah Ciranjang menyebutkan bahwa dalam kurun waktu lima tahun (2004-2010) ada sekitar limapuluh orang yang telah berpaling dari agama Kristen dan pindah ke agama Islam.
Data yang tercatat di GKP Palalangon dalam kurun waktu lima tahun (2004-2010), terdapat  tiga puluh enam orang jemaat Gereja Kristen Pasundan Palalangon yang meninggalkan agama Kristen. Dari laporan kegiatan pelayanan GKP jemaat Palalangon tercatat  jemaat yang meninggalkan agama Kristen sebagai berikut: periode April 2004-Maret 2005 ada enam orang, periode April 2005- Maret 2006 ada enam orang, periode April 2007-Maret 2008 ada tiga orang, periode April 2008-Maret 2009 ada tujuh orang, periode April 2009-Maret 2010 ada empat belas orang[1]. Alasan-alasan praktis mengapa mereka meninggalkan keyakinannya adalah karena masalah perkawinan, karena faktor ekonomi, dan karena keinginan sendiri[2].
            Mencermati apa yang terjadi khususnya di Gereja Kristen Pasundan (GKP) Palalangon, Penulis melihat persoalan ini sangat serius dan perlu untuk diteliti supaya gereja dapat mengantisipasi dan  mengambil langkah-langkah penanggulangan.
  
Rumusan Masalah
Setelah memperhatikan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan masalah pokok dalam penelitian ini yaitu: Apakah perpalingan jemaat Gereja Kristen Pasundan (GKP) Palalangon dari agama Kristen ada korelasinya dengan pemahaman Kristologi mereka.
Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, penulis membagi dalam tiga pertanyaan penelitian, yaitu: (1) Bagaimanakah pemahaman Kristologi jemaat Gereja Kristen Pasundan (GKP) Palalangon? (2)  Apakah ada korelasi antara pemahaman Kristologi jemaat Gereja Kristen Pasundan (GKP) Palalangon dengan perpalingan mereka dari agama Kristen? (3) Apakah pemahaman Kristologi dapat  menanggulangi jemaat Gereja Kristen Pasundan (GKP) Palalangon tidak meninggalkan agama Kristen? Bagaimana upaya Gereja Kristen Pasundan Palalangon dalam pengajaran  Kristologi kepada jemaat?
Tujuan Penelitian
            Tujuan penelitian ini adalah: pertama, untuk menjelaskan pemahaman Kristologi jemaat Gereja Kristen Palalangon (GKP) Palalangon. Kedua, untuk mengungkapkan apakah ada korelasi antara pemahaman Kristologi jemaat dengan perpalingan mereka dari agama Kristen. Ketiga, untuk menjelaskan apakah pemahaman Kristologi dapat menolong jemaat untuk tidak meninggalkan agama Kristen. Keempat, menjelaskan upaya Gereja Kristen Pasundan (GKP) Palalangon dalam pengajaran Kristologi kepada jemaat.

Tesis
Pemahaman Kristologi Jemaat Gereja Kristen Pasundan (GKP) Palalangon memiliki korelasi terhadap perpalingan mereka dari agama Kristen.

Ruang Lingkup Penelitian
            Subjek penelitian dalam tesis ini adalah jemaat Gereja Kristen Pasundan (GKP) Palalangon yang masih terdaftar sebagai anggota. Objek penelitian adalah pemahaman Kristologi jemaat dan korelasinya dengan perpalingan jemaat Gereja Kristen Pasundan (GKP) Palalangon dari agama Kristen. Agar penelitian ini tidak terlalu luas maka penulis membatasi  hanya kurun waktu lima tahun, mulai dari periode 2004-2010. Penelitian ini dimulai pada bulan Januari 2011 dan akan berakhir pada bulan Juni 2011.  



Metode dan Prosedur Penelitian
            Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif (descriptive research) yaitu penelitian untuk mendeskripsikan suatu situasi atau area populasi tertentu yang bersifat faktual secara sistematis dan akurat. Tujuan penelitian deskriptif adalah mendeskripsikan seperangkat peristiwa atau kondisi populasi saat ini (Danim, 2005:41). Penelitian ini menggunakan dua sumber yaitu perpustakaan dan hasil penelitian lapangan. Perpustakaaan yaitu bahan-bahan literatur, baik berupa buku-buku teologia, dokumen-dokumen gereja GKP Palalangon, maupun buku-buku umum.
            Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui wawancara dan angket  untuk mengetahui pemahaman jemaat Gereja Kristen Pasundan Palalangon tentang pribadi dan karya Yesus Kristus. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (in-dept interview) yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka dengan orang yang diwawancarai. Wawancara akan menolong untuk mendapatkan informasi yang jelas dan lengkap langsung dari sumbernya, dan untuk memperjelas informasi atau data yang masih “kabur”. Selain wawancara data juga diperoleh dari dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan cara meminta data yang sudah ada sebelumnya (Djarwanto, 1990:23). Angket atau kuisioner adalah seperangkat penyataan atau pertanyaan tertulis dalam lembaran kertas atau sejenisnya dan disampaikan kepada responden penelitian untuk diisi olehnya tanpa intervensi dari peneliti atau pihak lain (Danim, 2005:138). Pengumpulan data dengan angket yaitu memberikan instrument angket kepada responden. Instrument angket meliputi pertanyaan tentang pemahaman jemaat GKP Palalangon terhadap  pribadi dan karya Yesus Kristus.
            Untuk menganalisis permasalahan dalam penelitian ini, digunakan metode deskriptif  kualitatif yaitu hasil penelitian beserta analisisnya diuraikan dalam suatu tulisan ilmiah yang berbentuk narasi, kemudian dari analisa yang telah dilakukan diambil suatu kesimpulan.

Manfaat Penelitian dan Penulisan
            Harapan penulis penelitian ini akan bermanfaat bagi: (1) penulis sendiri, penelitian ini akan menambah wawasan dan juga menolong untuk memahami apakah jemaat yang berpaling dari agama Kristen memiliki korelasi dengan pemahaman Kristologi mereka atau ada faktor-faktor lain yang menjadi penyebabnya. (2) Bagi Gereja Kristen Pasundan (GKP) Palalangon, penelitian ini akan menolong untuk mengetahui penyebab mengapa ada sebagian anggotanya meninggalkan agama Kristen, sehingga gereja dapat memberikan pembinaan supaya jemaat terus bertumbuh dalam pengenalan yang benar akan Yesus Kristus. (3) Penelitian ini akan menambah karya ilmiah bagi jurusan misi dan penginjilan yang akan berguna bagi pembaca yang akan meneliti hal-hal yang berhubungan dengan jemaat yang berpaling meninggalkan agama Kristen.

Penjelasan Istilah
Korelasi adalah hubungan timbal balik atau hubungan sebab akibat (KBBI,2003:595) Pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan.          Perpalingan adalah berbalik meninggalkan agama Kristen dan menggantikannya dengan agama yang lain.  


Sistematika Penulisan
            Bab satu, menguraikan tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, tesis, ruang lingkup penelitian, metode dan prosedur penelitian, manfaat penelitian dan penulisan, penjelasan istilah, sistematika penulisan.
            Bab dua, menguraikan tentang kondisi umum desa Kertajaya, perkembangan kekristenan di daerah Palalangon dan sekitarnya, mulai dari sejarah masuknya Injil, sejarah berdirinya GKP Palalangon, dan kondisi hidup kerohanian masa kini.
            Bab tiga, menguraikan pemahaman Alkitab terhadap Kristologi. Pada bab ini diuraikan pernyataan mengenai pribadi Yesus, nubuatan Perjanjian Lama tentang Yesus, inkarnasi Yesus, keilahian Yesus, kemanusiaan Yesus, kematian Yesus, kebangkitan Yesus, kenaikan dan kedatangan Yesus kembali.
            Bab empat, menjelaskan pemahaman Kristologi jemaat Gereja Kristen Pasundan (GKP) Palalangon. Pada bab ini diuraikan pandangan Jemaat Gereja Kristen Pasundan Palalangon baik yang masih terdaftar sebagai anggota jemaat
            Bab lima, kesimpulan dan saran dari semua pembahasan penelitian ini.




                                                                                   


[1] Data ini diambil dari Laporan Kegiatan Pelayanan Gereja Kristen Pasundan Jemaat Palalangon periode April 2004-Maret 2010
[2] Hasil wawancara dengan Majelis (Bapak Eman dan Bapak Iwan), Senin 14 Februari 2011. Menurut penuturan mereka, factor perkawinan cukup dominan, misalnya ada jemaat yang pacaran dengan orang yang beda kepercayaan, mereka rata-rata memilih meninggalkan imannya baik itu laki-laki maupun wanita. Demikian juga dengan factor ekonomi ada jemaat yang coba-coba untuk memperbaiki kondisi ekonomi dengan masuk ke “seberang”,  seiring berjalannya waktu mereka tidak kembali lagi. Selain factor perkawinan dan ekonomi, ada juga jemaat yang minta mengundurkan diri, tetapi ini sangat jarang terjadi.
Seseorang di segani dan di hormati bukan karena apa yang di perolehnya, Melainkan apa yang telah di berikannya. Tak berhasil bukan karena gagal tapi hanya menunggu waktu yang tepat untuk mencoba lagi menjadi suatu keberhasilan hanya orang gagal yang merasa dirinya selalu berhasil dan tak mau belajar dari kegagalan

BERITA TERKINI

« »
« »
« »
Get this widget

My Blog List

Komentar