20 Oktober 2009

Melatih Kaum Awam Terlibat Penginjilan

MELATIH KAUM AWAM UNTUK TERLIBAT DALAM PI


I. PENDAHULUAN

Dalam bagian pendahuluan ini akan dibahas: pokok masalah dan tujuan pelatihan.
Pokok Masalah

Tugas dan tanggung jawab PI bukan semata-mata tanggung jawab gereja, missionaris, pendeta, majelis, atau orang-orang yang secara langsung terlibat dalam pelayanan gerejawi/lembaga pelayanan. Penginjilan adalah tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepada gereja secara kolektif dan secara individual kepada setiap orang Kristen. Sudah menjadi tanggung jawab setiap orang kristen untuk memberitakan Injil Kristus. Orang kristen adalah penyambung lidah Allah untuk menyampaikan berita pengampunan Allah kepada orang berdosa. Tuhan menghendaki setiap orang kristen untuk melayani Dia sesuai dengan karunia yang telah diberikan kepadanya oleh Tuhan (1 Kor. 12:7-11; Rom. 12:6-8). Jadi tidak setiap orang kristen harus berkhotbah, menjadi guru sekolah minggu, dsb. Tetapi pemberitaan Injil adalah pelayanan yang harus dilakukan oleh setiap/semua orang kristen (Mat. 28:19; Kis. 1:8; Kis 8:1,4).
Salah satu potensi gereja adalah kaum awam, ini telah terbukti sejak jaman Perjanjian Lama di mana kaum awam telah menjadi mitra kerja Allah. Demikian juga di dalam sejarah gereja, kaum awam terbukti sebagai alat yang efektif di tangan Allah. Sebagai bagian tubuh Kristus, kaum awam punya tanggung jawab untuk melaksanakan Amanat Agung (Mat. 28:18-20; Mark. 16:15; Luk. 24:47; Yoh. 20:21). Selain itu kaum awam juga memiliki peran penting dalam memelihara kesehatan gereja (pertumbuhan gereja), karena tanpa peran kaum awam, gereja hanya akan bertumbuh secara biologis.
Sebelum melibatkan kaum awam untuk PI atau memenangkan orang berdosa bagi Kristus (Yoh. 9:4), tentu membutuhkan persiapan terlebih dahulu melalui pelatihan-pelatihan. Demikian juga dengan materi pelatihan, harus difokuskan pada Kristus dan karyanya.
Tujuan Pelatihan
Tujuan pelatihan ini adalah memberikan pembekalan kepada kaum awam supaya ketika mereka terlibat/terjun dalam PI dapat mengkomunikasikan berita Injil secara efektif. Selain itu diharapkan lewat pelatihan ini PI dapat mewarnai segala segi kehidupan peserta, sehingga PI menghasilkan orang-orang kristen yang berkualitas.

II. PROSES PELATIHAN
Lingkup pelatihan ini terdiri dari beberapa tahap, antara lain: tahap pertama mencari peserta pelatihan, tahap kedua menetapkan jadwal dan materi pelatihan, tahap ketiga melatih peserta. Pelatihan pertama berlangsung pada tanggal 31 Juni 2009, dengan jumlah peserta 2 orang. Peserta berasal dari Papua dan Nias yang saat ini sedang studi di Palalangon-Ciranjang. Tanggal 11 September 2009 diikuti oleh 4 orang. Pelatihan ini diawali dengan mengajak mereka untuk memikirkan orang-orang yang ada disekitar mereka, seperti: tetangga, teman, kenalan dan anggota keluarga yang belum percaya Yesus. Pernakah mencoba untuk membagikan berita keselamatan kepada orang-orang tersebut. Jika kita tidak pernah memikirkan kehidupan kekal mereka, bagaimana mereka dapat menerima keselamatan yang telah Tuhan berikan melalui karya kematian dan kebangkitan-Nya. Kemudian dilanjutkan dengan sharing pengalaman selama menjadi orang kristen, dari hasil sharing ini memberikan gambaran bahwa peserta adalah kristen sejak lahir, namun pemahaman mereka tentang pentingnya PI masih sangat kabur.
Setelah mengetahui latar belakang dan pemahaman mereka tentang PI, selanjutnya saya menguraikan tentang kondisi orang yang hidup tanpa Yesus. Orang yang hidup tanpa Yesus akan sesat atau menyimpang (Yes 53:6a), hidup di dalam kegelapan (Ef. 5:8), mati/terancam (Ef. 2:1-3) mati dalam arti putus relasi dengan Allah yang kudus, hubungan dengan Allah terputus (Rm. 3:10,23). Jadi dapat disimpulkan bahwa orang yang hidup tanpa Yesus mengalami kerusakan total dalam arti potensi yang ada pada dirinya berfungsi terbalik. Manusia tanpa Yesus akan berada dalam keadaan terpisah dari Allah yang adalah sumber kehidupan satu-satunya. Keadaan ini dilukiskan Yesus dalam Injil Yohanes pasal 15, dalam perumpamaan pokok anggur yang benar, itu terlihat bilamana seseorang mempunyai hubungan dengan Yesus, barulah ia memiliki hidup. Kalau hubungan tersebut putus, ia menjadi kering dan tidak berguna bagi pemilik kebun. Adapun sifat-sifat manusia yang hidup diluar persekutuan dengan Yesus, seperti: (1) Memiliki kecenderungan melakukan yang jahat, mereka memberontak, melanggar setiap pernyataan dan kehendak Allah, mereka bermusuhan dengan Allah sehingga sering membenci orang-orang yang percaya kepada Yesus.
Untuk mengatasi masalah manusia yang hidup tanpa Yesus, maka jalan satu-satunya adalah PI. Saya menguraikan mengapa orang percaya harus memberitakan Injil? Ada beberapa point mengapa Injil harus diberitakan, yaitu:
1. Karena PI adalah perintah Tuhan (Mat. 28:19; Kis 1:8)
Tuhan menghendaki setiap orang Kristen memakai karunia yang telah dipercayakan kepadanya untuk melayani Dia (1 Kor. 12:7-11; Rom. 12:6-8). Meskipun setiap orang percaya tidak diberi karunia untuk berkhotbah, mengajar, dls, tetapi pemberitaan Injil adalah pelayanan yang harus dilakukan oleh setiap/semua orang percaya (Mat. 28:19; Kis. 1:8; Kis. 8:1,4)
2. Penginjilan adalah beban dan tanggung jawab orang percaya
Penginjilan merupakan beban dan tanggung jawab orang percaya sebab tugas penginjilan yang diberikan Tuhan adalah tugas amat mulia yang menggambarkan secara nyata kerja sama yang indah antara Allah dan pemberita-pemberita Injil. Sebagai manusia yang dahulu berdosa yang seharusnya binasa, tetapi sekarang sudah diselamatkan, sudah selayaknya kita rindu menyaksikan kehebatan Allah yang sanggup juga mengubah hidup orang lain. Kita pantas mengajak orang lain menikmati keselamatan yang sama. Orang yang telah merasakan kasih Kristus dalam dirinya tidak dapat dicegah untuk senantiasa menyaksikan kebaikan Allah. Penginjilan merupakan implementasi dari melakukan seluruh Taurat yang terutama, yaitu mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akan budi, serta mengasihi sesama seperti diri sendiri.
3. Keselamatan merupakan kebutuhan semua orang percaya
Kebutuhan manusia yang utama adalah keselamatan kekal setelah kehidupannya di dunia berakhir. Kehidupan manusia di dunia akan sia-sia apabila pada akhirnya mereka binasa karena tidak menerima Kristus sebagai Juru Selamat. Keselamatan itu hanya ada di dalam Yesus, seperti yang ditunjukkan Alkitab (Kis. 4:12; Yoh. 4:16; Why. 20:15).
4. Keteladanan Yesus dan Para Rasul-Nya yang juga melakukan PI
5. Supaya Injil dapat tersebar dengan cepat
6. Supaya manusia berdosa mendapat jalan untuk bebas dari hukuman Allah atau dengan kata lain orang berdosa berdamai dengan Allah.
7. Kesadaran akan tanggung jawab pribadi (1 Kor 9:16), Paulus mengatakan celakalah aku jika tidak memberitakan Injil (tidak setia, mencelakakan orang lain).

Dari penguraian di atas, peserta mulai memahami begitu pentingnya penginjilan, namun terlebih dahulu saya menjelaskan perbedaan antar menginjil dan bersaksi. Untuk menjadi seorang penginjil membutuhkan orang profesional yang sudah/harus diperlengkapi, sedangkan orang yang sudah mengalami kasih Kristus harus bersaksi. Syarat untuk bersaksi dan menjadi seorang penginjil adalah: Pertama, sudah bertobat atau lahir baru. Kedua, menyadari akan kesesatan orang berdosa yang sangat butuh pertolongan. Ketiga, mengasihi Allah dan sesama, dan mau bayar harga.
Adapun sikap yang harus dimiliki seorang penginjil adalah berinisiatif untuk memulai percakapan, melakukan pendekatan yang wajar, membangun komunikasi. Untuk membangun komunkiasi, seorang pengijil harus memulai dengan hal-hal yang umum dimana orang tertarik akan hal itu, terlebih lagi hal yang dibutuhkan orang itu. Seorang penginjil harus mengatur yang diinjili, bukan sebaliknya yang diinjili mengatur sang penginjil.

Tabel 1: Jadwal dan Materi Pelatihan
Tanggal
Peserta
Materi
31 Juli 2009
2 orang
Sharing Pengalaman Penginjilan
Kondisi Orang Tanpa Yesus
Pentingnya Penginjilan
Penginjilan dan Bersaksi
Hal-hal yang harus diperhatikan seorang penginjil
2 Agustus 2009
2 orang
Penjelasan 4 Fakta Rohani
Latihan Penginjilan



11 September 2009
4 Orang
Sharing Pengalaman Penginjilan
Kondisi Orang Tanpa Yesus
Pentingnya Penginjilan
Penginjilan dan Bersaksi
Hal-hal yang harus diperhatikan seorang penginjil
Penjelasan 4 Fakta Rohani
Latihan Penginjilan


Penjelasan 4 Fakta Rohani

Fakta 1: Dosa dan Hukumannya ..Roma 3:10, 20, 23; 6:23
Setiap orang telah berbuat dosa (Roma 3: 23; Yes. 53:6). Akibat dosa adalah maut (Roma 6:23), maut adalah perceraian dengan Allah (Yes. 59:2). Karena semua manusia telah berbuat dosa, maka manusia hidup terpisah dari Allah dan kasihnya untuk selama-lamanya. Dosa adalah pelanggaran hukum Allah (1 Yoh 3:4). Dosa telah membuat manusia tidak damai dengan Allah, tidak damai dengan sesama, tidak damai dengan diri sendiri, dan tidak damai dengan alam. Dalam penjelasan ini peserta diajak untuk menyadarkan orang yang diinjili supaya insaf dan menyadari bahwa ia adalah seorang berdosa dan mau bertobat. Sebelum orang yang diinjili mengakui dosa-dosanya dan mau bertobat, maka bimbingan tidak dapat diteruskan ke fakta yang kedua.

Fakta 2: Semua usaha manusia sia-sia
Manusia yang telah jatuh dalam dosa beranggapan bahwa ada suatu usaha yang dapat membawa mereka kembali kepada jalan pergaulan dengan Allah. Yesus mengatakan kepada murid-muridNya bahwa keselamatan adalah mustahil untuk diusahakan oleh manusia; hanya dapat disediakan oleh Allah (Mrk. 10:27). Usaha untuk menyelamatkan diri sia-sia karena keselamatan adalah anugerah (Ef 2:8,9), keselamatan atau hidup kekal adalah pemberian Allah. Usaha-usaha manusia, seperti: melakukan syarat-sayarat agama: dibabtis (Rm 3:20), amal atau perbuatan baik, filosofis atau doktrin, pengorbanan-pengorbanan, tradisi-tradisi, mengandalkan diri sendiri. Jadi hal keselamatan, manusia tidak punya andil sama sekali.



Fakta 3: Yesus jalan satu-satunya
Hanya Yesus yang dapat melaksanakan tugas penebusan manusia dari dosa-dosanya, karena Yesus memiliki dua hal yang istimewa yaitu: pertama, Yesus bukan hanya manusia, ada dua tabiat yang tergabung dalam Yesus yaitu kemanusian dan keilahian. Dengan keilahiannya Yesus sanggup mengerjakan sesuatu bagi seluruh umat manusia. Kedua, Hanya Yesus saja yang pernah hidup tanpa dosa. Yesus datang untuk menebus manusia, menebus adalah menyediakan jalan keluar bagi manusia yang tak berdaya lagi. Dengan cara yang sukar dimengerti, Yesus telah memenuhi kesucian dan keadilan Allah dalam kematiannya di kayu salib. Sehingga manusia dapat dibebaskan dari hukuman maut ( Yoh. 3:16; Rom. 5:8). Jadi tidak ada jalan lain, hanya Yesus jalan satu-satunya (Yoh.14:6; Kis 4:12). Yesus rela mati dan bangkit (1 Pet 2:24; 3:18), kematian dan kebangkitannya berkenan dihadapan Allah, kematian dan kebangkitan Yesus adalah titik sentral dalam penginjilan.

Fakta 4: Menerima Yesus atau mengundang Yesus (Yoh 1:12)
Untuk memperoleh keselamatan yang telah Yesus sediakan, seseorang harus menerima Dia secara pribadi (Yoh. 1:12; Why. 3:20). Sebelum hadiah itu ia buka berarti sesorang itu masih sesat. Kalau ia buka ia akan menikmati isinya yaitu pengampunan dosa, pembaharuan hidup, dan hidup yang kekal. Langkah penerimaan inilah yang akan membukakan semua anugerah Allah kepada seseorang. Jadi percaya dan menerima adalah kunci.

Latihan Penginjilan
Setelah peserta pelatihan memahami tentang 4 fakta rohani, selanjutnya mereka mensimulasikan pola penginjilan pribadi dengan menggunakan 4 fakta Rohani ini. Hasil pemantauan dari simulasi penginjilan ini masih banyak keterbatasan, misalnya, dari pembicaraan peserta dengan yang diinjili masih sangat susah untuk menemukan titik atau jalan masuk guna menyampaikan berita Injil kepada yang diinjili. Selain itu peserta kebingungan untuk menjawab ketika yang diinjili menanyakan soal pekerjaan, dan terkadang peserta terlalu lama memikirkan apa yang akan dibicarakan selanjutnya.


III. HASIL YANG DICAPAI
Dari kelompok pertama yang mengikuti pelatihan, laporan mereka sudah ada yang mencoba untuk menginjili, dengan melakukan pendekatan-pendekatan kepada beberapa tukang bangunan yang berlatar belakang agama Islam. Walaupun saat tulisan ini dibuat belum ada lagi laporan perkembangan, bersyukur dari pelatihan pertama ini para peserta telah mencoba menerapkan apa yang telah diajarkan.


IV. PENUTUP
Demikian proses pelatihan penginjilan yang penulis dapat laporakan. Walaupun masih sangat terbatas, tetapi melalui pelatihan ini penulis banyak mendapatkan masukan khususnya dalam melatih kaum awam ke dapan untuk terlibat dalam menyampaikan berita Injil (PI).

Hari Akhirat

HARI AKHIRAT


I. PENDAHULUANDalam bagian pendahuluan ini akan dibahas: pokok masalah, tujuan penulisan, pentingnya penulisan, lingkup penulisan.
Pokok Masalah
Hari akhirat adalah istilah yang dipakai untuk menyebut kehidupan setelah kematian. Orang-orang yang beragama meyakini akan adanya hari akhirat, tetapi tidak sedikit orang yang meragukan akan adanya kehidupan akhirat. Kepercayaan akan adanya akhirat juga merupakan salah satu rukun iman dalam agama Islam. Kepercayaan ini berupa kepercayaan akan adanya akhir dari kehidupan di dunia ini yang diawali dengan datangnya hari kiamat yaitu hari berakhirnya kehidupan di dunia ini. Dan kedatangan hari ini tidak seorang pun mengetahuinya. Bagi orang Muslim, mengimani hari akhirat mengandung 3 hal, yaitu:
a. Mengimani akan terjadinya hari kebangkitan, di mana orang-orang yang telah mati dihidupkan kembali saat sangkakala ditiup untuk kedua kalinya maka bangkitlah mereka untuk menghadap Allah dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak berpakaian, dan belum berkhitan.
b. Mengimani akan adanya hisab dan pembalasan amal, setiap orang akan dibalas berdasarkan amalnya.
c. Mengimani terhadap surga dan neraka, keduannya merupakan tempat tinggal abadi bagi manusia. Surga adalah negeri yang penuh dengan kenikmatan yang Allah persiapkan bagi hamba-hambaNya yang beriman dan bertaqwa. Sedangkan neraka adalah negeri yang penuh dengan siksaan yang dipersiapkan oleh Allah bagi orang-orang yang kafir dan zalim.
Dengan meyakini adanya kehidupan akhirat setelah kehidupan di dunia ini akan menjaga seseorang dari bertindak sesuka hatinya, karena ia yakin segala hal yang ia perbuat dalam kehidupannya sekarang akan dituainya kemudian di alam setelah kematian. Oleh karena itu setiap orang Muslim yang mementingkan keselamatan dirinya akan benar-benar memberikan perhatian besar dalam mempersiapkan diri dan mengumpulkan bekal untuk menghadapi hari yang kekal abadi ini. Pada hakikatnya, hari inilah masa depan dan hari esok manusia yang sesungguhnya.
Penganut agama Islam meyakini bahwa semakin banyak dia berbuat baik di dunia, semakin banyak pula kebaikan yang akan di raihnya diakhirat nanti, yang berarti semakin besar pula peluangnya untuk meraih keselamatan dalam perjalanannya menuju surga.
Beranjak dari persoalan di atas, dirancang pertanyaan penelitian, sebagai berikut: Apakah hari akhirat sebagai salah satu rukun iman dalam agama Islam terdapat unsur-unsur yang dapat dijadikan sebagai jalan masuk untuk menyaksikan Injil.
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan paper ini adalah untuk memaparkan bahwa ada unsur tertentu dalam pokok kepercayaan agama Islam yang dapat dijadikan sebagai jalan masuk untuk menyaksikan Injil, baik di tinjau dari aspek teologis maupun sosiologis.
Lingkup Penulisan
Penulisan paper ini terfokus pada pokok kepercayaan agama Islam yaitu hari akhirat sebagai salah satu rukun iman dalam Islam yang dapat dijadikan sebagai jembatan untuk memberitakan Injil Kristus.

II. PANDANGAN TENTANG AKHIRAT
Pandangan Al-Quran
Menurut Al-Quran kehidupan akhirat adalah lanjutan dari kehidupan di dunia ini. Setiap orang muslim percaya bahwa hari kiamat akan datang dan bahwa apa yang tersebut di dalama Al-Quran dan Hadits akan kelihatan pada hari itu. Hari kiamat adalah hari yang penuh dengan hal-hal yang menakutkan, di mana anak-anak kecil akan menjadi putih rambutnya, dan di mana orang-orang akan bangun dari kuburnya dan mereka itu akan digiring ke suatu lapangan yang disebut padang Makhsyar. Di situ segala manusia harus memberi pertanggung jawab atas segala perbuatannya di dunia. Perbuatan manusia pada hari kiamat itu akan ditimbang-timbang baik buruknya pada suatu timbangan, Al-Quran dalam surat 21 Al Anbiyah ayat 47 menyebutkan: “dan kami pada hari kiamat akan mengadakan timbangan yang adil, sehingga seseorang tidak akan dirugikan barang sdikitpun, dan kalau ada (perbuatan) sebesar biji sawipun, niscaya akan kamu kemukakan kepadanya dan cukuplah kami sebagai penimbang”. Jika pada timbangan itu tenyata amal yang baik lebih berat dari pada amal yang jahat, maka orang itu masuk surga. Jika amal yang jahat lebih besar maka masuk ke neraka. Selainkeburukan dan kebaikan manusia pada hari itu ditimbang, maka akan diperlihatkan juga kitab catatan perbuatannya, hal ini dicatat dalam surat 13:11; surat 43:80; surat 82:10-12; dan Surat 29:45. catatan-catatan ini pada hari kiamat akan dibukakan kepada setiap orang, demikian dituliskan dalam surat 17:13-14: “dan tiap-tiap manusia itu, telah kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya, dan kami keluarkan baginya di hari kiamat satu kitab yang dijumpainya dengan terbuka.
Iman kepada hari akhirat adalah salah satu rukun iman dalam Islam dan rukun ini paling banyak di sebut dalam Al-Quran, misalnya dalam surat al-Baqarah 2:8; surat al-Taubah 9:8; surat al-Maidah 5:69; surat al-Baqarah 2:177. Dari surat-surat ini terlihat bahwa keimanan kepada Allah berkaitan erat dengan iman kepada hari akhir. Menurut Prof. Quraisy Syihab keimanan kepada Allah tidak sempurna kecuali dengan keimanan kepada hari akhirat. Keimanan kepada Allah menuntut adanya amal perbuatan, sedangkan amal perbuatan baru sempurna motivasinya dengan adanya keimanan tentang adanya hari akhirat. Karena kesempurnaan ganjarannya dan balasannya hanya ditemukan di akhirat nanti.
Tanda-tanda hari akhir (kiamat)
Seperti telah dijelaskan di atas bahwa hari akhirat merupakan rahasia Allah, pengetahuan manusia hanya terbatas pada tanda-tanda akan kedatangannya. Firman Allah dalam surat Q.S. an-Nazi’at 79:42-44, (orang-orang kafir) bertanya kepada (Muhammad) tentang hari kebangkitan, kapankah terjadinya? Siapakah kamu (sehingga) dapat menyebutkan (waktunya)? Kepada Tuhanmulah dikembalikan kesduahannya (ketentuan waktunya). Juga di dalam surat Q.S. al-Isra 17:51, dialog antara kaum musyrik dengan Rasulullah tentang kapan kiamat. Menurut Prof. Bey Arifin dalam bukunya “Hidup Sesudah Mati” (hal. 182-196) ada 15 peristiwa yang mendahului hari kiamat, menurut beliau dari 15 peristiwa yang mendahului kiamat, 3 diantaranya merupakan peristiwa yang paling penting yaitu:
a. Munculnya Dajjal
Dajjal artinya pembohong yang kerjanya menyesatkan manusia, bentuknya ada dua macam yaitu Dajjal besar dan Dajjal kecil. Dajjal-dajjal menyebabkan kerusakan-kerusakan dalam masyarakat. Kerusakan yang ditimbulkan Dajjal kecil disebut kiamat kecil sedangkan Dajjal besar adalah pembohong besar yang kerjanya membohongi dan menyesatkan umat manusia, Dajjal besar ini akan muncul menjelang kiamat kubra (kiamat besar) tiba. Dalam sejarah Islam Dajjal besar yang mengaku nabi palsu itu telah ada sejak zaman rasulullah.
b. Turunnya Isa ibnu Maryam A.S
Menurut A. Hasan dalam bukunya Pembela Islam menerangkan bahwa ada lebih dari 30 hadits yang menerangkan turunya Isa ibnu Maryam AS. Kedatangannya adalah untuk membunuh semua babi dan menghancurkan semua salib. Islam percaya sebagai kehancuran dan lenyapnya agama Kristen dan memperkuat agama Islam. Kedatangan Isa ibnu Maryam adalah sesudah munculnya Dajjal.
c. Turunnya Imam Mahdi
Di antara umat Islam kepercayaan akan adanya imam mahdi pada akhir zaman sudah merata, sekalipun hal ini tidak ada dalam Al-Quran. b

Macam-macam kiamat
Yaumal qiyaamah (yaumal=hari; qiaamah=kiamat) adalah satu keyakinan Islam yang penting. Islam mengenal beberapa macam kiamat:
(1) Qiyaamah Shugra yaitu kiamat kecil
Kiamat ini berupa kejadian atau musibah yang terjadi di alam ini, seperti kematian setiap saat, banjir badang, angin beliung, gunung meletus, gempa bumi, peprangan, kecelakaan kenderaan, kekeringan yang berkepanjangan, hama tanaman yang merajalela. Dari serangkaian peristiwa ini dapat dipandang sebagai peringatan dari Allah. Bagi umat yang beriman peristiwa ini merupakan peringatan dan ujian.
(2) Qiyaamah Kubra yaitu kiamat total.
Kehancuran seluruh alam semesta dan berakhirnya kehidupan alam dunia serta hari mulai dibangkitkannya semua manusia yang sudah mati sejak zaman nabi adam sampai manusia terakhir, untuk menjalankan proses kehidupan selanjutnya. Menurut kepercayaan Islam kedua kiamat ini mengalihkan manusia dari alam dunia ke alam kubur. Sedangkan peralihan dari alam kubur ke alam akhirat disebut kiamat akhirat, pada hari inilah terjadi perhitungan atas amal perbuatan manusia, hari perhitungan yang sempurna, hari ditampakkannya semua perbuatan yang tersembunyi sewaktu di dunia, hari yang pada waktu itu orang-orang yang melampaui batas akan berkata dengan penuh penyesalan.

Proses menuju kehidupan akhirat
Menurut keparcayaan Islam, pada hari kiamat nanti manusia mengalami beberapa proses tahapan antara lain:
1. Yaumul Barzakh yaitu masa penantian sebelum terjadinya hari kiamat besar (kiamat kubra). Hal ini dapat dilihat dalam surat al-Mukminum: 100
2. Yaumul Ba’ats (hari kebangkitan dari alam kubur), dapat dilihat dalam surat al-Mujadalah:6
3. Yaumal Hasyr (hari berkumpul di padang Mahsyar), dapat dilihat dalam surat al-An’am:22
4. Yaumul Hisab (hari perhitungan/pemeriksaan), dapat dilihat dalam surat al-Insyiqaq:8
5. Yaumul Mizan (hari pertimbangan amal), dapat dilihat dalam surat al-Anbiya:87
6. Yaumul Jaza (hari pembalasan), dapat dilihat dalam surat al-mukmin:17


III. AKHIRAT SEBAGAI TITIKTEMU
Penulis memilih Akhirat sebagai jalan masuk untuk kesaksian Injil karena alasan-alasan berikut ini:
Alasan Teologis
Orang-orang Muslim memiliki pemahaman bahwa berbuat amal dan kebaikan adalah jaminan untuk memperoleh keselamatan. Semakin banyak bebuat baik di dunia semakin banyak pula kebaikan yang akan diraihnya di akhirat nanti, dengan demikian semakin besar pula peluangnya untuk meraih keselamatan dalam perjalanan menuju ke surga. Orang muslim percaya bahwa perjalanan terakhir manusia adalah surga yang penuh kenikmatan, atau neraka yang penuh siksaan. Quran mengharuskan umat Islam untuk berdoa, berpuasa, dan naik Haji, mereka percaya dan meyakini bahwa tindakan-tindakan ketaatan akan membawa mereka kepada kebenaran dan kebenaran itu akan bermuara pada taman firdaus (surga).
Pemahaman orang muslim tentang keselamatan selalu dikaitkan dengan amal dan perbuatan baik. Keselamatan itu dapat diperoleh dengan usaha manusia, hal inilah yang dapat dapat dijadikan titik temu untuk memberi pemahaman tentang keselamatan di dalam Yesus Kristus. Pada umumnya orang muslim kalau ditanya tentang keselamatannya, mereka tidak yakin akan keselamatannya, mereka tidak yakin masuk surga sebelum hari akhir yaitu hari penghakiman apabila semua amal dan dosanya ditimbang. Untuk mendapatkan keselamatan (surga) tidak dapat diperoleh berdasarkan amal dan perbuatan baik seseorang. Dalam Alkitab kita menemukan jani bahwa jikalau dosa-dosa kita dipercayakan/diserahkan kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat kita, maka dosa-dosa kita akan diampuni/dibersihkan dan kita pasti akan masuk surga pada waktu meninggal dunia. Kita tidak perlu menunggu hari kiamat untuk tahu apakah kita akan masuk surga atau tidak. Jadi keselamatan tak dapat dibeli atau diperoleh dengan berbuat baik atau dengan memperbanyak amal. Keselamatan adalah anugerah atau pemberian Cuma-Cuma dari Tuhan.
Alasan Sosiologis

Sebagai salah satu rukun iman, hari akhirat sangat mempengaruhi kehidupan orang-orang muslim. Karena orientasi kebahagian mereka adalah di dunia dan akhirat, maka hampir semua orang-orang muslim mengamalkan ajaran agamanya, seperti solat 5 waktu, berpuasa pada bulan ramadhan, berjiwa jihat, mengusai bahasa Arab, pandai baca kitab suci Alquran, ibadah haji, dan amalan-amalan lainnya. Dengan melakukan semua itu mereka meyakini akan mendapat pahala yang akan menolong dan mempermudah untuk masuk surga. Banyak orang-orang muslim takut menghadapi hari akhirat karena mereka tidak yakin akan masuk surga. Mereka selalu mengukur perbuatan baik mereka sebagai syarat untuk masuk surga. Kebanyakan dari mereka merasa belum pantas karena dalam hidupnya masih banyak melakukan dosa. Orang-orang muslim memiliki keyakinan bahwa percaya kepada hari akhirat akan menerima pahala pada hari penghakiman. Jadi tidak heran jika dalam kehidupan komunitas muslim selalu dianjurkan untuk memiliki keyakinan akan hari akhirat serta berlomba berbuat kebajikan karena pahalanya besar yaitu surga.


IV. PENUTUP
Melalui pemaparan di atas, akhirnya penulis sampai pada bagian penutup ini penulis memberikan beberapa kesimpulan.
Kesimpulan
1. Orang muslim berkeyakinan bahwa hari akhirat adalah hari setelah kematian yang wajib diyakini kebenarannya oleh setiap orang muslim. Mereka percaya bahwa pada hari itulah hari pembalasan semua amal perbuatan manusia, hari perhitungan yang sempurna, hari ditampakkannya semua perbuatan yang tersembunyi sewaktu di dunia, hari yang pada waktu itu orang-orang yang melampaui batas akan berkata dengan penuh penyesalan. Orang muslim sangat menekankan untuk benar-benar memberi perhatian besar pada hari akhirat demi keselamatan. Mereka mempersiapkan diri dan mengumpulkan bekal (amal, perbuatan baik) untuk menghadapi hari yang kekal abadi itu.
2. Hari akhirat ini dapat dijadikan titik temu untuk menyampaikan berita Injil kepada orang muslim. Orang kristen juga percaya bahwa dunia ini suatu waktu akan berakhir dan manusia yang diselamatkan akan masuk ke dalam kehidupan kekal (dunia baru). Untuk mendapatkan hidup yang kekal itu, tidak bisa diukur dengan amal dan perbuatan baik kita. Hidup kekal itu hanya didapatkan di dalam satu Pribadi yang telah mengorbankan diriNya, disalib, mati dan bangkit kembali untuk menebus dosa manusia. Hidup kekal hanya diperoleh melalui Tuhan Yesus Kristus. Tidak ada jalan lain, ”Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yohanes 14:6).
3. Baik orang Kristen maupun orang-orang Muslim sama-sama percaya dan meyakini akan kesudahan dunia ini (hari akhirat). Dengan adanya pemahaman yang sama tentang hari akhirat akan memudahkan untuk menyampaikan berita Injil kepada orang-orang Muslim.

Daftar Pustaka:
Muhammad Husein Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, Litera Antarnusa, Jakarta 2007.
Dr. Soebardi, Pengantar Sejarah dan Ajaran Islam, Bina Cipta, Bandung 1986
Prof. Dr. H. Kraemer, Agama Islam, Badan Penerbit Kristen, Jakarta 1952
George W. Braswel Jr. Apa yang anda perlu tahu mengenai Islam dan orang-orang Muslim, IIS Indonesia, Malang 2004

Upacara Rambu Solo Sebagai Sarana Penginjilan

MEMANFAATKAN UNSUR-UNSUR DALAM UPACARA RAMBU SOLO' SEBAGAI SARANA PENGINJILAN

I. PENDAHULUAN
Dalam bagian pendahuluan ini akan dibahas: pokok masalah, tujuan penulisan, pentingnya penulisan, lingkup penulisan.

Pokok Masalah
Menurut tradisi pertama yang ditemukan dalam karya H. Van der Veen, The Merok Feast, mengisahkan perpisahan antara langit dan bumi melahirkan tiga dewa yaitu: Gaun Tikembong (awan yang berkembang dengan sendirinya), Pong Banggairante (dewa dataran yang luas), Pong Tulakpadang (dewa yang menopang bumi). Ketiga dewa ini mengadakan kombong kalua (musyawarah besar) untuk menciptakan matahari, bulan dan bintang-bintang.
Pong Tulak padang turun ke bagian bawah bumi dan menjadi penguasa di sana. Pong Banggairante mengambil bumi ini sebagai tempat kediamannya dan menjadi penguasa dunia tengah. Gaun Tikembong naik ke pusat cakrawala untuk mencapai sang bapa yang melahirkannya; dia menjadi penguasa dunia atas. Puang Matua (pencipta) tinggal di zenit, pusat atau puncak langit. Dialah yang menciptakan ritus-ritus dan manusia pertama bersama nenek moyangnya, tanaman-tanaman, binatang, dan benda-benda mati. Penciptaan itu dilakukan dilangit; kemudian barulah ciptaan itu diturunkan ke dunia tengah (bumi).
Segala sesuatu penciptaannya terjadi di langit. Jadi kehidupan itu turun dari atas ke bumi; karena asalnya dari atas maka kehidupan harus diamalkan dalam kerangka ketentuan-ketentuan religius dan adat, yang juga berasal dari atas. Apabila seseorang hidup sesuai dengan ketentuan-ketentuan, maka ia tidak perlu takut terhadap sesuatu apa pun. Kematian itu hanyalah sebagai pintu untuk kembali kepada realitas semula.
Orang Toraja memiliki pemahaman bahwa kehidupan yang ideal atau nyata, bukanlah yang dibumi melainkan di langit di atas. Dunia ini hanyalah peralihan atau pintu masuk; tempat tinggal yang kekal ada di langit. Kehidupan di dunia ini tidak kekal, tetapi bersifat sementara saja. Orang Toraja percaya bahwa ia berasal dari atas dan ke sana pulalah ia akan kembali. Manusia masuk ke dalam dunia dengan potensi yang digenggamnya yaitu tanggung jawab untuk mengembangkan kehidupannya menurut ketentuan-ketentuan adat. Kehidupan di dunia harus menjamin untuk mempunyai kehidupan yang lebih baik di seberang sana.
Tradisi adat adalah wahana untuk meneruskannya dari generasi ke generasi. Dibalik nyanyian-nyanyian untuk orang mati (badong) juga menjelaskan tentang kehidupan dibalik kematian. Bagi orang Toraja lebih penting untuk mengembangkan kehidupan di dunia ini secara bertanggung jawab dengan memenuhi ketentuan-ketentuan aluk dan adat agar tidak mengalami kesulitan-kesulitan ketika kembali kepada kehidupan nyata di seberang sana. Kematian merupakan peraliha ke dimensi ekstensi yang lain. Peralihan ini merupakan fase yang sangat menentukan. Dalam fase ini manusia kembali ke titik awal kehidupan. Fase ini sangat ditentukan oleh ritus-ritus yang sangat kompleks. Kompleksitas ritus-ritus tidak menjadi masalah asalkan menaati ketentuan-ketentuannya. Setelah ketentuan-ketenuan terpenuhi, maka yang meninggal dapat kembali ke dalam status semula dan mejadi leluhur yang didewakan atau menjadi makhluk ilahi.
Menurut kepercayaan orang Toraja, setelah meninggal ia akan kembali kekehidupan asal di langit. Kembalinya ke sana dijamin oleh pelaksanaan ritus-ritus yang diwajibkan, mulai dari kehidupan sampai kematian. Ritus-ritus terakhir yang paling megah adalah ritus kematian atau Rambu Solo’ yaitu cara orang Toraja menguburkan orang mati. Ritual ini dilaksanakan sesudah pukul 12.00, ketika matahari mulai bergerak turun. Aluk Rambu Solo’ disebut juga Aluk Rampe Matampu’, ritus-ritus di sebelah barat. Ritus ini menutup kehidupan di bumi lalu yang mati itu kembali ke dalam kehidupan semula. Ritus kematian ini juga merupakan antisipasi kehidupan yang akan datang, jadi wajarlah kalau keluarga dari yang meninggal mempertaruhkan segala miliknya untuk mengadakan aluk bagi yang meninggal. Aluk rambu solo juga merupakan ungkapan persekutuan dan kasih terhadap yang meninggal. Bagi orang Toraja persekutuan antara orang-orang yang hidup dan mati tetap berlaku. Makin baik kehidupan leluhur di seberang sana, makin banyak pula berkat yang dapat diharapkan dari mereka.
Penulis tertarik untuk meneliti upacara rambu solo’ yang merupakan salah satu unsur dalam budaya orang Toraja karena unsur ini masih tetap terpelihara walaupun hampir sebagian orang Toraja menjadi pemeluk agama kristen. Beranjak dari persoalan di atas, dirancang pertanyaan penelitian, sbb: (1) Apakah arti rambu solo’ dan peranannya dalam kehidupan suku Toraja? (2) Bagaimana rambu solo’ sebagai salah satu wujud budaya dijadikan titiktemu bagi reevangelisasi suku Toraja?


Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan paper ini adalah (1) Untuk memaparkan bahwa ada unsur tertentu dalam budaya tiap suku, dalam konteks ini suku Toraja yang dapat dipakai sebagai titiktemu dalam penginjilan. (2) Untuk menjelaskan bahwa ritual rambu solo’ adalah ritual agama suku serta menjelaskan sejauh mana penganutnya menghayati ritual ini. (3) Menjelaskan dimensi misiologis berupa penawaran alternatif Alkitabiah.

Lingkup Penulisan
Penulisan paper ini terfokus pada ritual rambu solo’ sebagai salah satu wujud atau bentuk budaya dalam masyarakat Toraja yang dapat dijadikan sebagai jembatan untuk memberitakan Injil Kristus.

II. ARTI RITUAL RAMBU SOLO’ DAN PENGHAYATANNYA
Sekilas tentang Suku Toraja
Suku Toraja terletak di Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Secara geografis terletak antara 2o- 3o LS dan antara 119o- 120o BT, daerah ini berbatasan dengan Kabupaten Luwu dan Mamuju di utara, Kabupaten Luwu di selatan, Kabupaten enrekang dan Pinrang di selatan, Kabupaten Polmas di barat. Luas wilayah Kabupaten tana Toraja adalah 3.205,77 Km2. Secara administratif, daerah ini terbagi menjadi 29 kecamatan dan 268 Kelurahan (sebelum pemekaran).
Panorama gunung dan persawahan, seni ukir yang menghias rumah-rumah adat menjadi tontonan yang menawan yang terkenal dengan sebutan rumah tongkonan. Suku Toraja dengan kebudayaannya yang unik, dengan julukan Land of the Heavenly Kings yang mungkin tidak ditemukan di tempat lain di dunia dan masih hidup hingga sekarang. Begitu banyak situs tua yang bisa dikunjungi, termasuk pekuburan leluhur, seperti situs makam pahat di Lemo, makam goa purba di Londa, menhir di Rante Karassik, perkampungan Kete Kesu di sana ada tongkonan, lumbung padi dan megalit di antara persawahan, serta makam aristokrat. Salain itu, Suku Toraja yang juga dikenal sebagai tanah para raja ini juga terkenal dengan adat istiadat yang masih sangat kental.


Ritual Rambu Solo’
Masing-masing komunitas masyarakat memiliki adat dalam proses pemakaman orang yang sudah meninggal, demikian juga dengan masyarakat Tana Toraja dimana mereka mepunyai tradisi sendiri bagi tiap kerabatnya yang meninggal yaitu pesta adat “Rambu Solo”
Pendirian rumah-rumah bambu (dalam bahasa Toraja disebut lantang), pertanda akan dimulainya sebuah pesta adat dalam tradisi masyarakat Tana Toraja. Pesta adat atas meninggalnya kerabat. Pesta adat yang merupakan warisan tradisi para leluhur; upacara penguburan atau Rambu Solo'. Dalam bahasa lain, Rambu Solo' juga kerap dimaknai sebagai pesta kematian. Akan tetapi, maknanya tentu bukan berpesta atas kematian kerabat, melainkan upacara mengantar kepergian kerabat yang telah berjasa dalam hidupnya.
Dalam upacara Rambu Solo’ ada beberapa fase yang dilakukan sebelum yang meninggal dikuburkan. Fase-fase itu antara lain: fase pertama, mereka namakan Ma’karudusan, dalam fase ini akan dipotong dua ekor kerbau, lalu fase selanjutnya adalah Ma’pasa’tedong, dalam fase ini semua kerbau yang telah disepakati untuk dijadikan korban akan dikumpulkan di halaman tongkonan tempat jenazah disemayamkan, lalu kerbau itu diarak keliling bala’kaan sebanyak tiga kali. Keesokan harinya dilakukan pemindahan jenasah dari tongkonan ke lumbung. Setelah diadakan Ma’pasonglo jenasah dipindahkan lagi ke lakkian, suatu tempat terdekat dengan tempat pemakaman. Setiap pemindahan selalu diadakan arak-arakan. Puncak acara ialah semua kerbau yang akan korbankan dipotong dan dibagikan sesuai adat yang berlaku.
Penghayatan Penganut Aluk Todolo
Kepercayaan yang hidup diantara pemeluk agama Alu’ To Dolo bahwa seseorang yang telah meninggal dunia pada akhirnya akan menuju ke suatu tempat yang disebut puyo atau dunia arwah, tempat berkumpulnya semua roh. Menurut kepercayaan Alu’ To Dolo letak puyo dibagian selatan tempat tinggal manusia. Tetapi yang menjadi persoalan adalah tidak semua arwah atau roh orang yang telah meninggal dengan sendirinya bisa langsung masuk ke puyo. Untuk sampai ke sana perlu didahului upacara penguburan sesuai status sosial semasa ia masih hidup. Jika seseorang yang meninggal tidak diupacarakan atau upacara yang dilangsungkan tidak sempurna sesuai aluk (ajaran atau tata cara peribadatan agama Alu’ To Dolo) maka yang bersangkutan tidak dapat mencapai puyo, tetapi jiwanya akan tersesat. Untuk menghindari supaya roh orang yang meninggal tidak tersesat, tetapi sampai ke tujuan yaitu puyo, maka upacara yang dilakukan harus sesuai aluk yaitu mengikuti aturan yang sebenarnya.
Jika seseorang yang meninggal belum diupacarakan, maka ia akan menjadi arwah dalam wujud setengah dewa. Selama belum diupacarakan maka arwah dari yang meninggal dipercaya tetap memperhatikan dari dekat kehidpuan keturunannya. Oleh karena itu, upacara kematian menjadi penting dan semua aluk yang berkaitan dengan kematian harus dijalankan sesuai ketentuan. sebelum menetapkan dan menentukan dimana janasah dimakamkan, pihak keluarga harus berkumpul semua, hewan korban pun harus disiapkan sesuai dengan ketentuan. pelaksanaannya pun harus dilangsungkan sebaik mungkin agar kegiatan tersebut dapat diterima sebagai upacara persembahan bagi roh orang meninggal tujuannya agar mereka bisa mencapai puyo alias surga. Jika ada bagian-bagian yang dilanggar, misalnya yang meninggal adalah dari golongan bangsawan tetapi diupacarakan tidak sesuai dengan tingkatnya maka dipercaya bahwa yang bersangkutan tidak akan sampai ke puyo dan rohnya akan tersesat. Dan kepercayaan Aluk To Dolo bahwa keberadaan roh yang masuk puyo sangat ditentukan oleh kualitas upacara pemakamannya, semakin sempurna upacara pemakaman maka semakin sempurnalah hidupnya di dunia puyo. Agama Aluk To Dolo percaya bahwa puyo-lah negeri yang kekal, di sana pula akhir dari perjalanan hidup yang sesungguhnya.
Jadi para penganut Agama Aluk’ To Dolo berusaha memberikan yang terbaik kepada orang yang meninggal dengan cara membekali jiwa/roh orang yang meninggal dengan pemotongan hewan, biasanya berupa kerbau dan babi sebanyak mungkin. Para penganut Agama Alu’ To Dolo percaya bahwa roh binatang yang ikut dikorbankan dalam upacara kematian tersebut akan mengikuti arwah/roh orang yang meninggal dunia menuju puyo. Kepercayaan pada Aluk Todolo pada hakikatnya berintikan pada dua hal, yaitu padangan terhadap kosmos dan kesetiaan pada leluhur. Masing-masing memiliki fungsi dan pengaturannya dalam kehidupan bermasyarakat. Jika terjadi kesalahan dalam pelaksanaannya, sebutlah seperti dalam hal "mengurus dan merawat" arwah para leluhur, bencana pun tak dapat dihindari.
Kepercayaan leluhur (aluk todolo) jiwa yang mati mengendarai jiwa kerbau dan babi yang dikorbankan. Oleh sebab itu, hewan terbaik dan paling berharga adalah Tedong Bonga. Sebab, dengan bahu yang besar dan tanduk panjang yang kuat, bisa dikendarai bagi yang meninggal melintasi gunung dan lembah menuju alam baka (puya). Orang Toraja percaya bahwa jiwa dari hewan korban akan mengikuti tuannya yang dikorbankan pada upacara pemakaman. Dipercaya pula, roh dari rumah dan semua milik yang meninggal akan mengikuti pemiliknya. Karenanya, sekalipun seseorang meninggal di tempat lain, keluarga berusaha membawanya kembali ke tempat asal untuk upacara pemakaman.

III. DIMENSI MISSIOLOGIS
Pertemuan Injil dan budaya (adat-istiadat) akan diwarnai oleh dua hal, yaitu: (1) perbedaan dan bahkan pertentangan atau konfrontasi. (2) persamaan atau konfirmasi. Ada aspek-aspekk tertentu dari kebudayaan yang cenderung bertentangan dengan Injil. Dalam hal ini kita harus mengambil sikap konfrontasi dengan kebudayaan, tetapi ada juga aspek-aspek tertentu dari kebudayaan yang tidak bertentangan dengan Injil sehingga keduanya saling menerima. Dalam hal ini kita mengambil sikap konfirmasi.
H. Richard Niebuhr menjelaskan lima posisi antara Yesus dan kebudayaan, (1) sikap radikal artinya Kristus menentang kebudayaan, Kristus dianggap berlawanan dengan masayarakat. Sikap ini sama sekali tidak mengakui hubungan antara iman dan budaya. Iman selalu bersikap menghakimi terhadap kebudayaan karena kebudayaan selalu jahat. (2) Sikap Akomodatif artinya sikap ini melihat keselarasan antara Kristus dan kebudayaan. Dalam sikap ini tidak ada sama sekali pertentangan antara iman dan kebudayaan. Nilai-nilai yang menjadi dambaan masyarakat dianggap sebagai nilai-nilai yang juga dikejar dalam penghayatan iman. (3) Sikap Perpaduan artinya Kristus di atas kebudayaan, sikap ini merasa tidak perlu memilih antara Kristus dan kebudayaan, Injil yang adikodrati dipandang hadir untuk melengkapi yang kodrati. (4) Sikap Dualistik yaitu, Kristus dan kebudayaan dalam paradoks. Penganutnya mengakui kewajiban mereka untuk menaati Kristus dan kewajiban untuk mengembangkan kebudayaan. (5) Sikap Transformatif artinya Kristus membaharui kebudayaan. Sikap ini tidak dapat menerima kebudayaan dan adat istiadat, namun terbuka bahwa iman kita dapat menghakimi kebudayaan. Tidak ada budaya Kristen, yang ada adalah budaya setempat yang bernafaskan atau diwarnai iman Kristen.
Upacara rambu solo’ sebagai bagian dari agama aluk todolo (agama suku), tentu tidak bisa dihilangkan/disingkirkan begitu saja dengan hadirnya kekristenan di Tana Toraja. Faktanya meskipun saat ini hampir sebagaian besar masyarakat Toraja memeluk agama kristen, tetapi upacara rambu solo’ bukannya meredup melainkan terus mewarnai kehidupan masyarakat Toraja.
Perjumpaan budaya nenek moyang orang Toraja dan agama kristen yang datang dari konteks barat telah menciptakan masyarakat Toraja dalam suatu kondisi tarik menarik. Pada satu sisi agama kristen diakui sebagai dasar iman tetapi dilain sisi, etos dan pandangan dunia yang lahir dari budaya nenek moyang tetap berpengaruh walaupun itu tidak tampak secara eksplisit. Hal ini juga menyebabkan masyarakat Toraja sering menampilkan sikap dualisme yaitu pada satu sisi, agama diakui, namun pada sisi lain petunjuk nenek moyang tetap menjadi pegangan.
Persoalannya, bagaimana upacara rambu solo ini dapat diperluas menjadi sarana/jembatan untuk pengabaran Injil. Dalam suatu budaya, hampir semua adat akan melaksanakan fungsi yang penting. Adat seharusnya tidak di cap ”jahat” dan dihapuskan tanpa melihat fungsi dan artinya terlebih dahulu. Hal yang harus diperhatikan ketika membawa Injil ke dalam suatu budaya adalah Injil harus dikemas dalam suatu budaya dengan pengertian yang baru. Jika tidak demikian, maka akan ada kecenderungan Injil di tolak, karena kekristenan dianggap sebagai ancaman terhadap budaya suatu suku. Adat dan kepercayaan yang tidak cocok dengan Injil harus dihapus sedangkan yang tidak betentangan dengan Injil dapat dipertahankan, bahkan dipoles dibawah pemerintahan Tuhan.
Demikian juga halnya dalam memahami upacara rambu solo’ harus memiliki sikap yang selektif artinya unsur-unsur dalam upacara rambu solo’ ada yang baik dan ada yang bertentangan dengan iman kristen dan yang bertentangan harus ditolak. Dalam upacara rambu solo’ ada beberapa hal yang bersifat sosial budaya yang memainkan peran penting dalam kehidupan orang Toraja, antara lain:
a. Kekerabatan, orang Toraja memandang sistim dan kesatuan kekerabatan hal yang penting dan bernilai tinggi. Melalui upacara rambu solo; kekerabatan itu disegarkan kembali dimana para kerabat berkumpul dan hal ini semakin mempererat hubungan kekerabatan dari suatu keluarga besar bahkan dengan segala pihak yang datang berbelasungkawa.
b. Martabat, melalui penyelenggaraan upacara penguburan, martabat dan harga diri keluarga dinyatakan. Keberhasilan dan kemeriahan upacara yang diselenggarakan mempunyai nilai sosial budaya yang tinggi, dan sebaliknya akan merasa malu jika tidak dapat mengupacarakan orang mati mereka sebagaimana mestinya.
c. Pembagian warisan, melalui upacara ini pembagian warisan dapat ditentukan, kecuali ada wasiat yang di tulis oleh yang meninggal. Anak atau keluarga yang paling banyak pengorbanannya dalam upacara ini, merekalah yang berhak mendapat harta warisan yang lebih banyak.
d. Persekutuan/gotong royong, dalam upacara ini ada gotong-royong artinya bantuan berupa kerbau, babi dan lain-lain yang berasal dari kaum kerabat, handai tolan dan kenalan. Bantuan ini akan dekembalikan bila yang memberi itu pada suatu waktu ditimpa kematian. Gotong royong, solidaritas dan saling menghormati dikalangan orang Toraja merupakan suatu bulai diharga tinggi.
e. Rekreasi, upacara ini walaupun upacara kedukaan, tetapi sekaligus juga upacara kegembiraan. Orang desa, anak-anak muda, para pelancong ingin berkumpul untuk mengalami dan mengikuti suasana pesta kedukaan ini.
Setelah melihat unsur-unsur yang memainkan peran penting dalam budaya Toraja. Bagaimana kita menyikapi upacara rambu solo ini dan unsur-unsur apa saja yang dapat dimanfaatkan sebagai jembatan Injil untuk masuk ke dalam budaya orang Toraja.
a. Pemotongan hewan dalam upacara rambu solo harus diberi makna yang baru, hewan yang dikorbankan tidak lagi dimaknai sebagai korban kepada jiwa orang-orang yang telah mati. Harus diberi pemahaman kepada penganutnya bahwa mereka tidak boleh lagi memiliki pemikiran bahwa orang mati akan membawa serta binatang yang di korbankan itu ke puya (negeri arwah) atau ke surga, binatang tidak mempunyai jiwa kekal. Jadi hewan yang dikorbankan itu bukanlah bekal atau milik dari orang yang meninggal, melainkan hanya disuguhkan sebagai hidangan makanan kepada para tamu dan keluarga yang datang melayat.
b. Salah satu unsur dari upacara rambu solo adalah adanya kepercayaan kepada jiwa-jiwa orang mati, seakan-akan jiwa orang mati itu dapat memberi restu. Jadi harus diberi pemahaman yang baru bahwa restu dan bahagia datangnya bukan dari jiwa orang yang sudah meninggal, tetapi datangnya hanya dari Tuhan saja. Demikian juga dengan nyanyian ratapan yang dinyanyikan dalam upacara ini, hendaknya kata-katanya diganti dengan makna kekristenan, dan pujiannya ditujukan kepada Tuhan.

IV. PENUTUP
Melalui pemaparan di atas, akhirnya penulis sampai pada penutup yang terdiri dari kesimpulan.

Kesimpulan
Pada hakekatnya upacara rambu solo’ adalah sifatnya upacara agamawi, karena seluruh rangkaian acara tidak terpisah dari acara (ritus) agamawi. Selamat tidaknya arwah yang diupacarakan sangat tergantung dari upacara rambu solo’ yang diselengggarakan. Bila upacara tidak lengkap maka jiwa orang yang meninggal tidak selamat atau mengalami kehidupan yang susah di dunia roh. Upacara rambu solo’ bukan hanya sekedar adat, tetapi upacara rambu solo’ secara keseluruhan di dukung oleh suatu nilai agamawi. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya keyakinan akan persekutuan antara orang hidup dengan mereka yang telah suntuk hari-harinya. Keduanya saling mempengaruhi, jika arwah nenek moyang disembah.
Demikian juga dengan unsur-unsur yang ada dalam upacara rambu solo’ ada yang bisa diterima dan dimanfaatkan untuk menjelaskan Injil, namun terlebih dahulu melalui saringan (filter). Unsur-unsur yang sesuai firman Allah hendaknya dikembangkan secara dinamis, sedangkan yang bertentangan dengan Firman Allah hendaknya dibuang jauh-jauh.

Daftar Pustaka
1. Kobong, Theodorus, Injil dan Tongkonan: Inkarnasi, kontektualisasi, transformasi. Jakarta: Gunung Mulia, 2008
2. Th. Kobong, dkk. Aluk, Adat dan Kebudayaan Toraja: dalam perjumpaan dengan Injil. Jakarta: Institut Theologi Indonesia 1992
3. Runtu, Jacky. ”Pesta Adat ”Rambu Solo” – Gerbang Memasuki Alam Baka” Bejana Advent Indonesia Timur. Jakarta: B.A.I.T Ministry, November 2007........Perjumpaan antara Gereja dan Budaya. http://www.wfiniruku.blogspot.com
Seseorang di segani dan di hormati bukan karena apa yang di perolehnya, Melainkan apa yang telah di berikannya. Tak berhasil bukan karena gagal tapi hanya menunggu waktu yang tepat untuk mencoba lagi menjadi suatu keberhasilan hanya orang gagal yang merasa dirinya selalu berhasil dan tak mau belajar dari kegagalan

BERITA TERKINI

« »
« »
« »
Get this widget

My Blog List

Komentar